Part. 12 : School life

2 2 0
                                    

Kehidupan sekolahku tak terlalu monoton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehidupan sekolahku tak terlalu monoton.

Paginya berangkat naik bis, Kak Andre, atau di jemput Aksa. Di sekolah aku belajar seperti murid pada umumnya. Mengantuk ketika pelajaran berhitung, bersemangat ketika pelajaran BK, dan bermalasan ketika pelajaran olahraga. Selain karena berkeringat, kadang tubuhku pegal-pegal setelah berolahrag. Maklum, generasi remaja jompo seperti ini. Berbeda dengan Aksa, dengan berolahraga tubuhnya semakin bagus.

Siangnya mengantuk hingga tertidur di meja dan di tegur, belum di hukum oleh guru tertentu. Seperti saat ini, aku ketahuan tertidur di kelas fisika oleh Pak Akbar. Ada beberapa murid juga yang di hukum, salah satunya Sam yang satu kelas denganku. Sisanya dari kelas sebelah kanan dan kiri yang kebetulan sama di hukum.

Tugasku adalah memungut sampah yang berada di lapang dan Sam yang membuangnya ke tempat sampah besar di belakang sekolah, tempat pembakaran.

Tugasku adalah memungut sampah yang berada di lapang dan Sam yang membuangnya ke tempat sampah besar di belakang sekolah, tempat pembakaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku duduk di pinggir lapang. Bersandar pada sebuah pohon yang membuatku merasakan sejuk. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahku, aku menikmatinya dengan memejamkan mata.

Pipiku terasa basah dan dingin. Ketika aku melihatnya ternyata itu Sam memberikanku sebotol minuman isotonik.

"Remaja jompo kek lu harus banyak minum yang begini." komentarnya. Aku mencebik kesal pada lelaki itu sambil meminumnya.

Dahagaku hilang seketika. Panasnya matahari membuat tubuhku keluar ekstra keringat. Mengendus ketekku apakah bau atau tidak. Lalu rambutku, aku ikat asal karena terkena keringat.

"Kek lu bukan remaja jompo aja, Sam!" Aku menoleh padanya. Keringat bercucuran di pelipisnya hinbgga jatuh ke pundaknya. Aroma mint terasa begitu keringatnya berjatuhan.

"Gue bukan lu anjir!" ketusnya padaku. "Iya gue tau gue wangi gak usah ngendus kek vampir gitu deh!" lanjutnya.

"Ge-er lu! Gue cium bau penghuni neraka!"

"That's you, Anin! Hahahaha."

Lelaki ini membuatku kesal. Aku melempar beberapa helai daun yang jatuh pada wajahnya. Alih-alih terhenti dia semakin terbahak.

TraitorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang