Part. 14 : I kept quiet so I could keep you

2 1 0
                                    

Aksa memarahiku habis-habisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa memarahiku habis-habisan. Dia membentakku juga dan hampir saja memukulku jika Hana tidak menjerit ketakutan. Tentu saja aku menangis diperlakukan seperti ini. Orang tuaku saja jika marah tak pernah membentakku apalagi sampai memukulku. Aku juga takut, belum lagi sekarang kami menjadi pusat perhatian di halte bus. Banyak oran yang berlalu lalang menonton pertengkaran kami. Untuk kesekian kalinya aku menjadi tontonan orang lagi di tempat umum.

Aku menangis sejadi-jadinya. Hana bahkan kini pergi entah kemana, sementara Haydar terus mengucapkan kata-kata yang membuatku sakit hati. Alih-alih menolongku dia malah menjadi kompor sehingga Aksa semakin murka kepadaku.

Aku berulang kali mengusap air mataku tapi sialnya semakin di usap semakin banyak. Aku benar-benar ingin pulang. Tapi lenganku di cengkram Aksa, kini yang aku rasakan pada tanganku adalah sanga sakit.

"Aku mau pulang, Sa. Lepasin." cicitku pelan tanpa melihat Aksa. Terakhir kali aku menatapnya, wajahnya merah memancarkan aura seram. Tangannya mengepal, matanya menyiratkan bahwa dia benar-benrar murka.

"Pulang?" beo Haydar sambal tertawa meremehkanku.

"Terus gue sama Aksa harus biarin lu pulang setelah kita pusing cari lu kemana gitu? Lu tuh, ya, Nin Gak mikir perasaan kita? Kita khawatir sama lu eh lu malah joget-joget depan banyak orang mana pake live di Instagram segala lagi. Ponsel lu kemana? Kenapa kita gak bias hubungin lu?" serang Haydar pada ku.

Aku terlonjak kaget mendengar ucapannya. Haydar benar-benar sahabatku, kan? Kenapa dia berbicara seperti itu? Itu juga yang membuatku sakit hati... Aku benar-benar igin pulang, Tuhan.

Aku melihat ke arah dimana orang-orang masih menatapku dengan tatapan kasihan. Jika mereka kasihhan padauk kenapa mereka tak membantuku untuk lepas dari sini, atau setidaknya melerai pertengkaran kami. Aku sudah muak sejujurnya dengan perkataan Haydar, Aksa hanya diam saja seperti orang bodoh setelah membentakku.

Aku tersentak ketika seseorang menarik lenganku dari belakang sehingga tanganku lepas dari cengkraman Aksa. Dia ternyata Sam, orang yang sangat aku benci akhir-akhir ini.

"Lu gak tau malu apa? Berantem di tempat umum kek gini otak lu dimana?! Katanya orang pinter tapi kelakuan lu mencerminkan lu adalah orang terbodoh di dunia!" marah Sam pada Aksa.

"Lu gak usah ikut campur, Sam!" berang Haydar.

"Gak usah ikut campur kata lu? Gitu El?" sinis Sam yang diangguki langsung Haydar dengan percaya diri.

"Lu juga ikut campur dengan cara lu komporin Aksa! Anin sahabat lu harusnya lu bisa jadi penengah bukan malah berpihak sama satu orang apalagi orang dongo kek si Aksa itu!" Sam menunjuk Aksa dengan emosi.

"Sam udah, please," pintaku pada Sam sambil menarik lelaki itu agar menjaga jarak.

Astaga kini semakin banyak orang melihat ke arah kami.

TraitorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang