Sudah 2 hari Aksa tak ada kabar. Pun dengan Haydar.
Rencananya sabtu ini aku akan pergi ke rumah Haydar terlebih dahulu untuk mengecek keadaan lelaki yang menjadi sahabatku selama 12 tahun terakhir ini.
Aku berpamitan pada ayahku yang sedang mencuci motor di teras depan. Aku juga diantar oleh Kak Andre yang akan pergi ke rumah temannya dan kebetulan searah. Seperti biasa dia memancing emosiku, dan ya terjadilah ribut di jalan lagi hingga menarik perhatian pengendara lain.
Tiba di lampu merah kami berhenti berdebat. Hal sepele, yaitu es krim yang tidak sengaja aku makan. Ayah bilang itu punyaku ternyata milik Kak Andre.
"Hati-hati lu pulangnya. Kalo gak ada uang buat ojek, jalan kaki ajalah ya. Biar sehat! Bye!" Sebelum aku menggeplak lagi helmnya dia sudah kabur duluan.
Akhirnya aku tiba di kediaman Haydar. Aku dapat alamat rumahnya dari Hana.
"Permisi, assalamualaikum!" seruku sambil mengetuk pintu dan memencet bel.
"Waalaikumsalam!" Suara itu terdengar samar dari dalam rumah.
Ceklek!
Seorang wanita membukakan pintu, lalu wajahnya mengerut seolah sedang mengingat-ingat.
"Neng Anin, ya?"
Aku tersenyum seraya mengangguk. "Iya, Bunda!"
Dia adalah Bunda Adelia, bundanya Haydar. Beliau mengajakku masuk seraya merangkulku dengan sayang.
"Gimana kabar kamu hari ini?" Bunda Adel duduk di sebelahku seraya melepaskan sling bag di pundakku.
"Baik, Bunda. Bunda sendiri gimana?"
"Bunda baik juga. Oh ya kabar ayah kamu gimana?"
"Baik juga, Bunda," ucapku sambil tersenyum. "Oh ya, Bunda, Haydar dimana ya? Dua hari gak ada kabar, Anin jadi khawatir."
"Tuh dikamar lagi sakit katanya. Gak sempet buka ponsel katanya." Bunda menunjuk pintu hitam bertuliskan 'El' yang merupakan kamar Haydar.
"Anin boleh tengok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor
Teen FictionHEBOH!!! Sumpah aku tak menyangka kepala sekolah akan mengeluarkan sepasang kekasih. Yang membuat geger adalah mereka sepasang lesbian! Astaga. Aku menutup mulutku ketika mereka keluar dari ruangan kepala sekolah. Seluruh murid menyoraki keduanya...