Just Joke

1.8K 207 0
                                    

Insiden di taman belakang membuat dirinya sadar bahwa semua orang tidaklah baik. Mereka memiliki banyak niat licik untuk melukai seseorang dengan cara yang sama liciknya. Karena kejadian itu, Mark semakin diremehkan, banyak orang juga mengatai dirinya dan menanggapnya sebagai bahan candaan. No one knows, pemeran utama akan menujukkan kartu AS nya kapanpun ia mau.

"Halo, mohon perhatiannya, kami dari kelas XII ingin menyampaikan kalau tiga hari kedepan bakal ada pensi perpisahan. Buat adik-adik kelas 10 dan 11 wajib perwakilan atau lebih, untuk meramaikan. Terserah mau dance, nyanyi, dan lain-lain. Kami harap, acara pensi ini menjadi kenangan setelah lulus dari sini. Isi list lewat email ya!" ucap anak kelas XII bername tag Doyoung di tengah lapangan bersama teman-temannya.

Mark melihat itu dari lantai kedua bersama Ryujin tentunya. Ia ingin sekali ikut tapi tidak memiliki bakat apapun, menurutnya.

"Udah ikut aja gapapa Mark. Gue yakin lo bisa."

"Engga dulu deh," singkat Mark lalu masuk kembali ke dalam kelas dengan kaki sedikit pincang. Ryujin bisa melihat bagaimana berandal itu menyakiti Mark. Ia akan membantu Mark sebisanya, sesuai kemampuan.

Saat Mark masuk ke kelas, beberapa melihatnya dengan tatapan remeh. Bahkan tertawa ketika Jeno mengatainya secara terang-terangan.

"Mark, lu pacar siapa?" tanya Saerom menahan tawanya.

"Pacar... Jeno"

"Hahahah sejak kapan orang secakep Jeno mau sama lo," ucap salah satu teman sekelasnya dengan lantang.

"Eh Mark, gini ya, gue cuma mau ngetes lo aja sih berani pacaran sama gue apa engga, eh mau hahaha. Ternyata lo itu gampangan, lemah juga," kalimat panjang itu terlontar begitu saja dari mulut Jeno.

"Am I just joke?"

Seisi kelas tertawa kembali saat Mark mengucapkan kalimat itu. Ntah mengapa sangat lucu dan menggelitik dimata teman-temannya.

Mark duduk kembali lalu membaca beberapa buku, mengabaikan ocehan tidak jelas teman sekelasnya. Anehnya perasaan Mark ke Jeno masih tetap sama. Mark masih ingin membuat anak laki-laki itu jatuh ke dalamnya.

Pelajaran jam pertama berjalan dengan baik walaupun mood Mark telah hilang karena ejekan-ejekan itu. Di pelajaran fisika ini Mark berhasil menduduki peringkat pertama dengan nilai 87. Lagi-lagi Jeno menggerutu mendapat nilai 50.

"Woi Mark! Kok nilai gue masih segini dah? lo niat ga sih ngajarin gue?!" ucap Jeno sembari menggabrak meja Mark yang terlihat tenang. Mark hanya menatap dari bawah dengan tatapan malas.

Masa bodoh Jeno akan memukulnya, toh dia juga tidak salah jika Jeno mendapatkan nilai rendah. Tidak lama kemudian Jeno merebut kacamata Mark lalu mematahkannya begitu saja.

"Upss, ga liat"

"Iya, sorry Jen," Mark berdiri kemudian pergi dari hadapan Jeno. Terserah Jeno ingin menghancurkan barang-barangnya. Hidup Mark tergaris tidak tenang untuk kali ini.

Mark berjalan menuju toilet pria untuk membasuh wajahnya. Sangat melelahkan. Apapun usaha Mark untuk menarik Jeno adalah sia-sia. Dirinya tidak berguna.

"Mark, ga ikut pensi?"

"Engga bang"

"Gue udah masukin lo ke list, sorry"

"Doyoung sialan!"

"Woi sopan dong dek Mark"

Mark mendengus lalu membasuh wajahnya kembali. Kesal. Itu yang ia rasakan setiap hari. Kalau Jeno bukan doinya, maka Mark tidak akan sejauh ini menyukai seseorang. Mengapa Jeno? Ntahlah Mark hanya tertarik dengan nama itu.

Tapi perlahan, semua perbuatan Jeno kepada dirinya semakin tidak manusiawi. Untung saja Doyoung tidak mengetahui keadaannya saat dirundung habis. Kalo ia tahu, mungkin Mark akan ditampar juga oleh Doyoung.

Pasalnya Mark adalah saudara kesayangan Doyoung. Sejak kecil mereka bersama namun renggang karena harus fokus dengan sekolah masing-masing. Tetapi hubungan mereka tidak buruk.

"Duluan Mark"

"Yoi"

Mark kembali membasuh wajahnya lalu menggenggam erat ujung wastafel. Dia bisa merasakan lagi seseorang datang menghampiri. Mark melirik ke arah cermin yang menampilkan wajah Jeno di belakangnya.

"Mark.. sorry"

"Sorry? tumben"

Kali ini Jeno tidak bisa menjawab ataupun melawan Mark. Orang dihadapan Jeno bukanlah Mark yang culun, ini sangat berbeda.

"Gue bakal ganti"

"Pencitraan lo ga berguna, Jenovan."

Final, Mark berubah, dirinya sudah diambang batas. Jeno juga merasakan bagaimana aura lain Mark memojokkannya. Setelah itu Mark pergi meninggalkan Jeno yang hanya melamun menatap kepergiannya. Persetan dengan perasaan, hatinya sudah sakit.

Mungkin tampil di acara pensi sangat menarik baginya, sekali-sekali orang di sekolah ini harus dikasih lihat apa yang Mark punya dan bisa lakukan.

"Do you get it?" Mark memainkan ponselnya juga mencatat sebuah lirik yang menarik.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang