Hell ⚠️

1.7K 113 11
                                    

[rough, typo everywhere, 🔞]

Sudah terhitung tiga hari Mark dan Jeno memisahkan diri. Bukan karena apa, melainkan si brengsek Eric yang seenaknya masuk ke kehidupan Mark dan Jeno.

Terlebih juga ini kesalahan Jeno sendiri.

Mark kembali ke sekolah, namun Jeno tidak. Suasana di sekolah hari ini adalah ujian tengah semester dua menuju kelas ketiga. Mark sudah mempersiapkannya dengan matang. Tidak perlu belajar pun nilainya akan tetap memuaskan.

Sepulang sekolah Mark berencana bertemu dengan Jaehyun. Ia sudah diberikan motor oleh ayah Jeno sebagai hadiah pernikahan.

"Wah ada Mark nih"

Eric. Nama yang ia benci sebelum Jeno.

"Motor baru ya? Gua boleh pinjem kali.." Eric merangkul leher Mark sesekali mencekiknya perlahan dengan lengannya.

"Lepasin."

"Galak bener. Gausa ambil kuasa kita disini, lo itu culun, lemah lagi."

"Kata?"

"Wah ngajak gelut tuh ric!"

"Kata gua barusan bangsat—

"Diem lu" Jaehyun menepis tangan Eric yang tepat berada di depan wajah Mark.

"Loh bang, ngapain disini, mau ke cafe bentar kaga?"

"Bacot lo sokab, yok Mark."

"Idihh"

Mark mengangguk lalu menaiki motornya sendiri, pergi bersamaan dengan Jaehyun yang juga mengendarai motornya. Karena Eric sedang di sekolah, Mark memutuskan untuk ke rumah sebelum menyusul Jaehyun di suatu tempat.

"Jeno, kamu dimana?"

"S..sini"

Jeno menduduk saat mengintip bahwa yang pulang adalah Mark. Rasanya Mark ingin sekali memeluk Jeno dengan erat sebelum diberhentikan oleh tangan Jeno yang berada di dada.

"Sorry"

"Ada apa Mark? Kamu jangan deket aku lagi, nanti Eric tau"

Mark menggaruk tengkuknya, bingung apa yang ingin ia tanyakan.

"Kamu kenapa hindarin aku, bilang ke aku, jangan diem aja. Atau... kamu beneran mau sama Eric?"

"Karena, aku dari dulu suka Eric"

"Maksud kamu?"

"Aku emang berniat bully kamu ah— lebih tepatnya udah janji buat bikin kamu jatuh lebih dalem"

Jeno menunduk, menelan ludahnya saat berkata di setiap kalimatnya. Ia tidak berani menatap wajah Mark yang minta dikasihani.

"Tapi kenapa Jen? kenapa kamu milih nikah? kesalahan ku sebesar apa coba"

"Lu lahir aja udah salah," suara berat dari belakang Mark membuat kedua atensi mereka teralihkan.

Eric kembali lebih cepat ternyata.

Kini bocah itu meraih tangan Mark untuk kemudian diikat dengan sebuah tali, mendudukannya di sebuah kursi di kamar, kamar Mark dan Jeno. Mark akui tenaga Eric lebih besar darinya.

Eric mendekatkan badannya ke arah Mark lalu menarik rahangnya, memasangkan kain untuk diikat dimulut. Mulut Mark terbungkam sudah.

"Lu liat baik-baik. Biar gue ajarin lu gimana caranya sex untuk remaja, hamil, hahaha"

Percuma Mark memberontak, talinya begitu kuat. Ia bisa merasakan raut wajah Jeno yang tidak nyaman sama sekali, seakan meminta pertolongan.

"Jangan salah nebak Mark, katanya pinter. Liat.. wajah cowok cantik lu ini, sexy gak sih? rasanya pengen gue hancurin."

Jeno beranjak melepaskan pakaiannya setelah Eric memasang penutup mata untuknya.

Tentu saja Mark melihatnya tidak menyangka. Mark beranggapan Jeno sangat menikmati Eric dibanding dengannya.

Mark menggigit kain yang ada di mulutnya karena dua orang laknat ini sungguh menguji emosi. Orang yang ia percaya, orang yang mampu membuat Mark jatuh cinta, nyatanya hanya penipu.

"Hahah, baru segini doang lu nangis Mark? Jeno, nungging dong"

Jeno menuruti semua perkataan Eric, menunggingkan pantatnya, dengan kepala menghadap Mark. Saat Eric memulai permainanya, raut wajah itu berubah menjadi sangat erotis dan sangat menikmati. Cara Jeno mendesah, memggerakkan pantatnya melawan arah, semua sangat lihai.

"Uhmm, E..ric ahh!"

"Pelan pelan Jeno, semangat banget sih? nanti anak kita kaget gimana"

Bang Jaehyun, please lah buru kesini —Mark

"Ohh.. ah! Eric, disitu mhmnn," Jeno menjulurkan lidahnya sembari mendongak. Segera saja Eric respon dan keduanya bercumbu panas. Suara gesekan dan tumbukkan antara kulit terdengar jelas di telinga Mark. Suara Jeno seperti alunan melodi neraka. Wajah merah, liur yang menggantung disudut bibir, sungguh gambaran neraka. Ternyata, neraka itu juga manis untuk dilihat, karena Mark dapat melihat Jeno bahagia dengan segala hasrat.

Mark menunduk, memejamkan mata walaupun rasanya ingin berteriak dan menangis. Dengan terpaksa ia dengarkan suara kenikmatan dari dua pasangan di depan.

"Fuck, Jeno! gue mau keluar mhhm—"

"Keluarin di dalem pleaseee"

"Ahh.."

Mark meremat tali yang mengikat dirinya dari belakang. Ia senantiasa menunduk, menatap kedua kakinya miris.

Ah, dua sejoli itu sudah selesai rupanya.

"Hahh.. Mark, enak loh ternyata. Iya kan?"

Mark menoleh ke arah Eric yang sedang memasukkan penisnya di mulut kecil milik Jeno. Memaju mundurkannya dengan perlahan, sedangkam Jeno mengemutnya, menjilat, semua ia lakukan hingga cairan putih milik Eric mengalir dari sana.

Sebelum mereka melanjutkan permainan berikutnya, pintu sudah lebih dulu di dobrak oleh Jaehyun. Kali ini wajah Jaehyun murka melihat kelakuan menjijikan adiknya, dan— teman brengseknya, Eric.

"Anjing lu berdua!— Mark lo masih sadar kan?" Jaehyun segera melepas ikatan di badan Mark, menopang badan itu dengan bahunya.

"Ya lu liat aja gue bang udah kek gimana," jawab Mark.

"Inget ya Jen, lu kek gini, balesannya di akhir, dan lu bajingan, gua bakal bikin lo bertekuk lutut, sekalian sekeluarga lo gua buat bertekuk lutut di depan gua sama Mark."

"Wow, gue takut banget"

Eric tertawa sembari melanjutkan kegiatan panas bersama Jeno diatas ranjang.

"Habis ini gua mau pertemuin lu ke orang yang mungkin pengen banget lo temuin dari dulu"

"Siapa?"

"Your father"

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang