[typo everywhere, sarcasm, sex]
"Maaf aku gak bisa jagain bayi kita."
Satu kata yang membuat Mark mati rasa seketika. Rasa bersalahnya masih tertanam di hatinya.
"Kamu memang bodoh. Dari awal kita ketemu. Kamu udah cukup bodoh buat ngerti semuanya. Kenapa kamu gak ngasih tau aku kalau mau cari informasi. Kenapa harus pertaruhin semuanya. Termasuk.. hah.."
"Maaf. Aku tau kamu kecewa."
Mark meninggalkan ruangan Jeno. Ia hanya butuh udara segar sejak kejadian yang dialaminya kemarin kemarin dan kemarinnya lagi.
Ayah dan ibunya kembali bersama. Suatu keajaiban. Eric sendiri telah dituntut hakim atas percobaan pembunuhan juga pemerkosaan.
Tidak ada yang bisa mengganggu dirinya lagi.
Doyoung serta Ryujin, tidak mengetahui soal ini. Maksud Mark ingin mereka fokus sekolah tanpa memikirkan dirinya yang sering membolos.
Mark menuju kembali ke ruangan Jeno, dia tidak berniat meninggalkan Jeno walaupun sudah disakiti. Menurutnya, Jeno tetap menjadi orang yang berharga.
Jeno sendiri terharu.
"Mark. Kamu gak bakal ninggalin aku?"
"Pertanyaan itu harusnya aku yang nanya."
"Mmm.."
"Dont worry."
Mark memandang Jeno yang sedang memakan apel. Mark memotongnya untuk Jeno.
"Mark lucu, hehe."
"Kamu juga, kalo lagi makan apel bawannya pengen aku gigit pipinya."
"Mau?"
"Gigit pipi?"
"Apelnyaa!" Mark terkekeh gemas lalu mengusap pucuk kepala Jeno, menciumi keningnya dengan lembut.
Mark sangat rindu wangi badan Jeno yang ini. Yang selama ini menghilang dari kehidupannya. Kini kembali menyapa hidungnya.
Jeno membalas ciuman kening Mark dengan mengusap lengan pria itu.
"Mark, aku kayanya gak pantes banget kalo sama kamu."
"Apanya?"
"You deserve better"
"Better with you"
"No."
"Cuma kamu satu-satunya yang bikin aku tertarik."
"Mark, kamu lebih cocok sama Renjun. Dia sopan, baik banget, ramah, tegas juga. Aku kebalikan itu."
"Kamu ya kamu, Renjun ya Renjun. Kalo aku maunya kamu yaudah jangan paksa aku buat pacarin Renjun dong."
"Aku minta maaf-
Mark sekali lagi mencium bibir ranum Jeno yang sedari tadi mengoceh kata 'maaf'. Mark sudah memaafkannya. Mark dengan rendah hati menerima semuanya.
Jeno menangkup pipi Mark agar menjauh dan dapat melihat wajah tampan suami (?)nya itu.
"Kenapa ya, dari sekian hari yang aku laluin, aku gak capek cuma buat kamu."
"Mark lucu, aku jadi tobat hahah!"
Mark mengusap pundak Jeno pelan lalu mendorongnya untuk merebahkan badan diatas ranjang. Mark mengukung tubuh Jeno yang masih sama seperti dulu, bedanya, anak mereka sudah tiada.
Jeno maupun Mark sudah mengikhlaskan kepergian bayi mereka.
"I miss you"
"I miss you more"
Mark melepas celana rumah sakit yang Jeno pakai, mengelus kejantanan milik Jeno dengan lembut; ujungnya sangat basah. Mark lupa kalau Jeno mudah terangsang karena dirinya.
"Uhm.." tubuh Jeno menggeliat kala tangan Mark bergerak teratur di penisnya. Sementara dirinya hanya menahan sembari meremat pundak Mark, suaminya.
"Pelan-pelan aja ya Mark, perut aku masih sakit."
"As you wish," Mark mengerjapkan matanya sekilas lalu tersenyum.
Ia menurunkan celananya yang mulai sesak. Setelah sekian lama ia menahan diri untuk berhubungan seks.
Mark mengarahkan ujung kejantanannya ke lubang milik Jeno dengan menggeseknya perlahan. Mark memang tidak sabaran saat menghentakkan pinggulnya yang membuat pria dibawahnya menjerit.
"Aaakkk!"
"Halo??? pasien baik-baik saja?"
"Ha..hah? Iya dok, ini dia kaget aja saya cubit."
"Baiklah.." kata dokter ragu, lalu beranjak pergi dari depan pintu ruangan Jeno.
"Sshh, sakit tau!"
Mark menatap wajah Jeno dan mendaratkan ciuman panas di bibir merah muda itu. Mark menyesapnya, merasakan betapa candunya itu hingga hasrat Mark meningkat.
Mark menggerakkan pinggulnya dengan tidak sabaran. Tangan kirinya berpegang di kepala ranjang. Sedangkan yang kanan membuka paha rapat Jeno agar penisnya dapat menusuk lubang itu dengan mudah.
"Cepet lagi Mark! ahh.. hmn..." Jeno raih penisnya dan mengocoknya agar dapat ejakulasi. Mark mendorong penisnya semakin dalam.
Mark menghentakkan pinggulnya untuk yang terakhir dan menyemburkan cairannya di dalam Jeno. Begitu pula Jeno yang sudah ejakulasi sedari tadi, merasa dirinya akan ejakulasi yang kedua berkat hentakkan terakhir itu.
"Arrgg mhmm, Jeno sayang, mulai sekarang, jangan pernah berbagi lubangmu ke siapapun. Kalo sampai aku liat itu, you must get your punishment"
Jeno mengangguk walaupun matanya sudah tidak dapat melihat, otaknya juga sudah tidak bisa mencerna apapun. Ia melayang, because of Mark.
Mark memeluk tubuh Jeno. Sesekali menggerakkan pinggulnya. Mark rindu dengan suasana ini.
"M..mmark udah-"
Lagi-lagi Mark membungkam bibir itu, berisik sekali batin Mark. Ntah sampai kapan mereka akan berhenti. Masa bodoh, ruangan ini VIP.
Sementara itu,
"Kak Mark. Aku udah ikhlasin kakak, tapi.. apa Kak Mark tau? Ah aku bingung bilangnya gimana.
...aku siap buat ngurus dia, walaupun nantinya Kak Mark gak akan mengakui. Gapapa. Kak Mark cuma cocok sama Kak Jeno," gumam pria mungil yang berdiri di depan pintu ruangan Jeno, melihat kegiatan panas itu sambil tersenyum.
Nyatanya tujuan Mark hanya untuk crush -nya, orang yang paling dikagumi, dan Mark kesampaian menikah juga.
END
Btw, gatau ini sad end or happy hahah, tebak itu yang terakhir siapa?
Penasaran sama dialog terakhir gak? Kalo iya ntar saya buatin part khusus kenapa dia bilang gitu, kalo ga di write.as ya di AO3. Gimana? komen aja.
First of all, thanks buat yang setia nungguin part cerita ini, walau kadang gak sesuai expect. Baca cerita lainnya juga ya! See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush [End]
FanfictionKetika nerd boy suka dengan orang kaya di sekolah, will he can get his hearts? Warning bxb content ⚠️ mpreg Mark dom, Jeno sub ©smokyfuy [20.04.2022]