twenty four

16 2 0
                                    

Sudah tiga bulan sejak kepergian Seola tetapi tetap saja Yunho tidak merasa baik-baik saja sampai sekarang. Ia sempat berupaya mencari keberadaan gadis itu untuk menjelaskan semuanya tetapi ia tidak bisa menemukan keberadaannya.

Kim Seola, gadis itu seperti hilang ditelan bumi bahkan sampai memblokir kontak orang-orang terdekatnya, termasuk Yunho.

Setiap hari tidak pernah Yunho lewatkan barang sedetikpun untuk tidak memikirkan gadis itu. Bahkan ketika dirinya sibuk dengan tugas kuliahnya dan juga perusahaan ayahnya, ia masih sempat memikirkan bagaimana keadaan gadis itu.

Apakah Yunho masih boleh berharap bisa bertemu dengan gadis itu lagi?

Ia tahu keadaan gadis itu baik-baik saja karena Tuan Kim memberi tahunya mengenai keberadaan gadis itu di Pulau Jeju, di rumah neneknya.

Haruskah ia menyusulnya?

Ide gila itu langsung dipatahkan oleh kenyataan yang menghampirinya. Dirinya tidak bisa kemana-mana karena sibuk dengan perusahaan ayahnya. Ditambah lagi ia juga harus menyiapkan kelulusannya yang tinggal menghitung hari.

Lagipula, Tuan Kim juga melarangnya untuk menemui Seola. Pria paruh baya itu menyuruhnya untuk memberikan waktu pada Seola untuk menyendiri.

Pria bermarga Jeong itu menghembuskan napasnya sambil menyandarkan punggungnya pada kursi meja belajarnya. Ia baru saja selesai mandi setelah pulang dari perusahaan ayahnya. Badannya itu terasa akan remuk karena baru sekarang ia bisa beristirahat setelah sibuk seharian.

Matanya melirik pada jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Pria itu memutuskan untuk beranjak dari kursinya dan berpindah ke kasurnya, membanting tubuhnya begitu saja di bantalan super empuk itu.

Tangan Yunho bergerak mengambil ponselnya dan membuka galeri fotonya, melakukan rutinitas yang ia lakukan setiap malam selama 3 bulan terakhir. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menatap fotonya bersama Seola di hari terakhir mereka bertemu.

"Aku merindukanmu," gumam pria itu. Tatapan nanarnya mengarah pada sosok gadis yang tersenyum cerah di foto itu, membuat rasa nyeri perlahan menyerangnya hatinya.

Suasana sendu yang menyelimuti kamarnya itu dikacaukan dengan suara nada dering ponselnya yang tiba-tiba menusuk telinganya. Yunho mendecakkan lidahnya dan menatap layar ponselnya yang bergetar hebat.

Panggilan dari Hongjoong...

"Halo," ujarnya setelah mengangkat panggilan pria itu.

"Ah, halo Yunho. Kamu sibuk sekarang?" tanya Hongjoong, tanpa basa-basi.

"Iya sibuk. Ada apa?" balasnya, berbohong.

Suara decakkan lidah terdengar dari balik sana. "Sibuk apanya? Jangan membohongiku!"

Ucapannya itu berhasil membuat Yunho kebingungan. Mengapa temannya itu bisa tahu? Apakah temannya itu sekarang berprofesi menjadi dukun?

"Ada apa sih?" tanyanya, mulai kesal dengan Hongjoong.

"Gini, kamu bisa jemput aku di bandara tidak?" Tanya pria bermarga Kim itu.

"Kapan memangnya?"

"Sekarang."

Yunho mengerjapkan matanya berkali-kali.

"HAH!? SEKARANG!?" serunya yang ternyata membuat Hongjoong sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Aduh jangan teriak-teriak! Telingaku sakit!" omel Hongjoong.

"Maaf-maaf! Bukannya kamu pulang minggu depan?" tanya Yunho.

all about you • yunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang