twenty five

15 1 0
                                    

Bukannya saling mengobrol karena sudah lama tidak bertemu, Seola dan Yunho malah diam-diaman sepanjang perjalanan pulang.

Diamnya Seola bukannya tanpa alasan, melainkan dirinya kesal terhadap Yunho. Ia melirik sebal ke arah Yunho yang sedari tadi hanya fokus menatap jalanan.

Mengapa pria itu malah mengajaknya pulang?

Apa mungkin Yunho sudah tidak mencintainya?

Semakin dipikir semakin kesal pula Seola. Ia mendecakkan lidahnya seraya membuang mukanya ketika Yunho meliriknya sekilas.

"Ada apa?" Tanya pria itu yang tidak dijawab sama sekali oleh Seola.

Malahan gadis itu kini terlihat asyik menatap jalanan dan menghiraukan pria bermarga Jeong itu.

Beruntung dewi fortuna berada di pihak Yunho karena seketika lampu lalu lintas berubah merah, membuat pria itu menghentikan laju mobilnya.

Waktu yang singkat itu dipergunakan Yunho untuk menatap Seola lekat-lekat. Tangannya meraih tangan gadis itu dan digenggamnya erat-erat. Seluruh aktivitasnya itu berhasil membuat Seola menoleh dan menatapnya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Yunho yang memulai pembicaraan diantara mereka.

"Biasa saja. Kamu sendiri?" Balas Seola.

"Jauh lebih baik ketika melihatmu ada disini."

Bohong jika Seola tidak tersipu dengan ucapan Yunho. Gadis itu kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela ketika merasakan rasa panas perlahan mulai menjalari pipinya.

Belum sempat dirinya itu berhasil mengendalikan dirinya, Yunho sudah kembali membuat kedua pipinya benar-benar panas. Tanpa aba-aba pria itu mengecup lembut punggung tangan Seola, membuat sang pemilik membelalakkan kedua matanya.

Astaga! Kalau begini terus bisa-bisa dirinya mencair seperti es batu!

Beruntung pria itu menghentikan aksinya ketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Setidaknya Yunho masih punya hati untuk membiarkan Seola bernapas.

Tidak butuh waktu lama mobil yang dikendarai Yunho sampai di depan rumah Seola, rumah yang sangat dirindukan oleh gadis itu. Semuanya masih terlihat sama, tidak ada perubahan sejak 3 bulan lalu, dimana untuk pertama kalinya kaki Seola melangkah pergi dari rumah itu.

Tetapi ada sesuatu yang berbeda hari itu. Jika biasanya Seola akan langsung turun begitu sampai di rumahnya, kali ini ia hanya duduk terdiam di bangkunya.

Gadis itu terlihat memainkan jari-jarinya seolah ada yang mengganggu pikirannya sedari tadi.

"Ada apa?" Tanya Yunho ketika menyadari sikap gadis itu.

Seola menelan ludahnya kuat-kuat, berusaha mengatakan kata-kata yang sedari tadi telah ia susun dengan susah payah di otaknya.

Ia sudah siap mengatakan semuanya tetapi pikirannya langsung buyar begitu matanya bertemu dengan kedua mata Yunho.

Tenggorokannya tercekat, membuatnya kembali menelan ludahnya kuat-kuat.

"Maaf."

Dari sekian banyak kata yang tersusun di otaknya, hanya kata itulah yang mampu keluar dari bibirnya.

Yunho terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis. Diulurkan tangannya itu lalu mengusap lembut puncak kepala Seola.

"Untuk apa? Kamu tidak bersalah. Seharusnya aku yang meminta maaf," ucap pria itu lembut.

"Tidak, aku yang salah. Seharusnya aku mendengarkan penjelasanmu. Seharusnya aku tidak egois. Seharusnya aku—"

Kalimat Seola itu teputus begitu saja ketika emosi mulai menguasai dirinya. Kedua matanya yang tiba-tiba mengeluarkan buliran air mata membuatnya menundukkan kepalanya.  Sementara otak dan hatinya sibuk merutuki betapa bodoh dan egois dirinya itu.

all about you • yunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang