HAPPY READING!!!
*flashback*
Wushhhh bunyi mobil cepat melewati garis finish.
Para penonton bersorak ketika mengetahui siapa pemenangnya. Mereka di buat terheran-heran karena kemampuan balap dua orang ini yang sangat hebat.
Dan hasilnya pun tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Berarti mereka imbang dalam balapan kali ini dan yang jelas taruhan mereka tidak ada artinya.
Cia segera keluar dari mobilnya dan menatap sinis kearah Austin, wanita itu seperti terbakar emosi.
Cia berjalan kearah mobil Austin dan menunduk menyamakan badan laki-laki itu yang masih setia duduk di dalam mobilnya.
"Selamat, ternyata kemampuan lo masih sama kaya dulu." setelah mengatakan itu Cia segera menuju kemobilnya dan meninggalkan area balap itu.
Austin hanya tersenyum melihat kepergian mobil sang ratu jalanan itu.
"Dan lo juga masih sama seperti Cia yang dulu" batinnya
*flashback end*
Semua murid di kantin kembali terdiam dengan kelakuan Cia yang barusan saja dibawa pergi oleh Austin .
Ketika sampai di parkiran mobil, Austin langsung membukakan pintu untuk Cia agar gadis itu bisa langsung masuk kedalam mobilnya.
Austin segera memberikan hoodie hitamnya yang emang sengaja ditinggalkannya di dalam mobil kepada Cia agar dia bisa langsung mengganti bajunya yang basah tadi.
"Pake" ucap Austin singkat.
"kegedean!" jawab Cia malas.
"Pake Cia ga usah ngebantah." Ucap laki-laki itu kembali.
Dengan sangat terpaksa Cia akhirnya memakai hoodie yang diberikan oleh laki-laki itu.
"Puas?" Ucap gadis itu.
Laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Udah kan? Gue mau keluar"ucap Cia langsung membuka pintu mobil Austin dan meninggalkannya sendiri.
***
Bel pulang pun baru saja berbunyi, Dengan cepat Zee membersihkan buku-bukunya dan segera menuju ke parkiran.
"Gue duluan." Ucap Zee kepada empat sahabatnya dan langsung keluar dari kelas.
"Dia kenapa?" Tanya Lora kepada tiga sahabatnya.
Dan mereka bertiga hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Di parkiran sekolah Zee sedang menunggu kedatangan seseorang.
Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu oleh Zee datang juga.
Dengan senyuman khasnya Zee tersenyum tulus kepada Jevin.
"Hai Jev, udah mau balik?" tanya Zee yang tak lepas menatap Jevan dari tadi.
"He'em" jawab Jevin yang tak sadar bahwa dirinya salting ditatap seperti itu.
"Boleh pulang bareng?" tanya Zee lagi.
"Gak." Jawab Jevin singkat.
"Yahh padahal gue udah rela-rela nungguin lo dari tadi disini buat pulang bareng" ucap wanita itu dengan tatapan kecewanya.
"Ga ada yang nyuruh lo buat nungguin gue."
"Yaa emang, itu inisiatif gue sendiri."
"Yaudah deh gapapa, lain kali aja pulang barengnya."
Setelah itu Zee segera meninggalkan Jevan dkk dan segera pulang dengan mobilnya.
Jevin melihat tatapan itu, tatapan penuh kecewa yang selama ini dipendam oleh wanita itu.
Tapi Jevin juga bingung dengan dirinya sendiri, haruskah dia melangkah kedepan atau tetap diam ditempat. Jujur dia sangat dilema sekarang.
Dia sedang menunggu kembalinya orang di masalalunya tapi dia sendiri tidak tau kapan orang di masalalunya akan kembali. Haruskah dia melupan wanita itu dan membuka hatinya untuk Zee?
"Jangan pernah lo sia-siain orang yang udah tulus sama lo Jev." Ucap Austin. "Gue ga mau lo nyesel kaya gue nantinya." Lanjutnya lagi dan segera meninggalkan Jevin seorang diri di parkiran.
***
Malam harinya jevin sedang berdiri dibalkon kamarnya ingin mengubungi seseorang.
"Bisa ketemu sekarang? Ada yang mau gue omongin."
"..."
"Please, kali ini aja. Gue tunggu di café braga"
"..."
"Oke. Perlu gue jemput?"
"..."
"Oke, see u"
"..."
Tidak ingin membuat seseorang itu menunggu, Jevin langsung bersiap-siap dan segera pergi ketempat yang sudah di janjikan tadi.
*At café braga*
Jevin baru saja selesai memarkirkan mobilnya didepan café itu dan segera masuk untuk menemui orang yang tadi di telfonnya.
"Udah lama?" tanya Jevan basa-basi.
"To the point aja, ngapain lo ngajak gue ketemuan?" ucap orang itu.
"Gue mau minta maaf." Ucap Jevin sambil menatap mata orang itu.
"Sorry for what?"
"Gue mau minta maaf atas kejadian masa lalu"
"Fyi lo udah ngomong masalah itu berkali-kali, bosen gue dengernya."
"Udah gue bilang berkali-kali, ga usah mikirin masalah itu lagi gue udah gapapa."
"Tolong buka hati lo buat Zee, dia tulus sama lo."
"Tapi kalo lo Cuma mau jadiin dia pelampiasan mending ga usah Jev, Dia sahabat gue dan lo tau itu."
"Tolong jangan kecewain sahabat gue Jev, cukup dulu lo pernah Kecewain gue." Ucapnya dengan tegas.
Laki-laki itu menatap wanita di depannya dengan sangat tulus.
Akhirnnya Jevan tersenyum, "Oke kalo gitu, gue bakal coba buka hati buat dia" ucap Jevan segera berdiri dari kursinya dan berhenti tepat di samping wanita itu untuk mengusap kepalanya.
"Thanks Jev" ucap wanita itu tulus.
"Iya, sama-sama Cia" ujar Jevin akhirnya dan segera pergi dari café itu.
Ternyata yang dihubungi oleh Jevan tadi adalah Cia.
Tanpa mereka sadari, dari tadi Zee juga ada di café itu dan melihat semuanya dari Jevin dan Cia mengobrol bersama hingga Jevin mengusap kepala Cia dengan tulus.
"Kok sakit ya." Ucapnya menahan tangis dan segera pergi dari café.
TBC
Next?
Hai, makasih yaa buat yang udah baca.
Jangan lupa buat Vote sama Commentnya yaa <3
KAMU SEDANG MEMBACA
ORMANDA
Teen FictionIni kisah empat manusia yang mempunyai masing-masing kisah yang rumit. Jevinka Vincent Adalrich, sang panglima tempur Ormanda yang masih belum bisa melupakan masa lalunya. Starlla Zee Alensky, si cewek bar-bar yang selalu menghalalkan segara cara u...