BAB 13

28 4 0
                                    


Haii guys...

Maaf banget baru update lagi, semoga ga bosen ya sama ceritanyaa!!


HAPPY READING!!!

Sudah 3 hari dan Cia belum juga sadar dari kejadian itu.

Ke empat sahabatnya pun tidak pernah absen untuk mengunjungi Cia setelah pulang sekolah terlebih Zee, wanita itu sangat merasa bersalah karena dirinya lah yang membuat Cia seperti ini.

"Ga usah sedih Zee, Cia bakal baik-baik aja kok" ujar Lora sambil mengusap bahu Zee untuk menenangkan sahabatnya.

"Bener kata Lora, Cia cewek yang kuat dia pasti bentar lagi bakal sadar." Kata Vale menatap mata sahabatnya yang masih saja terpejam.

"Tapi ini udah kedua kalinya dalam satu bulan Cia selalu ngelindungi sama nyelametin gue." Kata Zee sedih.

Fio memeluk ketiga sahabatnya untuk menguatkan satu sama lain.

Rasanya sangat sakit melihat sahabat yang selalu ada untuk mereka terbaring di brankar rumah sakit, wajahnya yang pucat tapi masih saja tetap cantik.

***

Sudah beberapa jam yang lalu sejak Zee dkk pulang.

Sekarang giliran Austin dan Jevin bergantian untuk menjaga karena Cia tidak memiliki keluarga di Indonesia dan mereka pun tidak tau harus menghubungi siapa, Cia sangat tertutup tentang keluarganya.

Keduanya duduk disofa panjang yang ada ruang rawat inap Cia dengan diam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam dan sampai sekarang belum ada perkembangan apa-apa dari gadis yang masih setia memejamkan matanya.

Austin sangat merasa bersalah sekaligus khawatir sekali kepada Cia karena laki-laki itu merasa gagal tidak bisa melindungi Cia dan dirinya sangat menyesal saat meng-iyakan untuk Cia boleh ikut menyelamatkan Zee.

"Lo gapapa?" Tanya Jevin kepada sahabatnya.

"Gue ga baik-baik aja. Gue bakal bales perbuatan cowo keparat itu!" jawab Austin dengan mata yang memerah menahan emosi.

Jevin berjalan kearah bangku yang berada disebelah brankar Cia, laki-laki itu mengusap lembut perban yang ada dikepala Cia.

"Cepat sadar Cia, kita semua khawatir sama lo"

"Lo tenang aja, gue sama Austin bakal balas perbuatan mereka"

"Mangkanya gue harap lo cepat bangun supaya bisa bales mereka juga"

Setelah berucap seperti itu Jevin segera bangkit dari kursi dan berjalan kearah pintu keluar.

"Kasih tau gue, kalo ada apa-apa" ucapnya kepada sang sahabat sebelum keluar dari ruangan Cia.

Austin hanya menatap sahabatnya dan mengangguk sebagai jawabannya.

Ketika Jevin sudah keluar dari ruang inap Cia, laki-laki itu terkejut karena kehadiran seorang wanita yang sedang duduk melamun di kursi depan ruang inap Cia.

"Kenapa disini?" tanya Jevin kepada wanita itu.

Seakan sadar dari lamunannya wanita itu segera berdiri dari bangku yang dia duduki tadi.

"ggaa- eee gapapa" jawabnya gugup.

Jevin segera menarik tangan gadis itu untuk menjauhi dari ruang inap tersebut dan mengajaknya ke taman rumah sakit.

Setelah sampai di taman rumah sakit, keduanya duduk di bangku panjang yang didepannya ada kolam ikan.

"Gimana kabar lo?" tanya Jevin menatap kearah wanita di sebelahnya.

"Gue baik-baik aja, lukanya juga udah pada mau sembuh." ucap wanita itu yang masih menghadap kolam ikan didepannya.

"Baguslah kalo gitu."

"Iyaa.."

Karena tidak tau apa yang harus di bicarakan lagi, mereka berdua memilih untuk diam.

Sudah 30 menit mereka saling diam, Zee tidak betah dengan keadaan canggung seperti ini.

Sebenarnya ada yang ingin wanita itu tanyakan kepada laki-laki yang ada di sampingnya ini tapi sayangnya Zee tidak punya keberanian untuk itu.

Melihat raut wajah Zee yang gelisah, akhirnya Jevin mencoba untuk membuka pembicaraan lagi.

"Lo kenapa tadi duduk di depan? Kenapa ga langsung masuk aja?" tanya laki-laki itu.

Zee hanya diam dan bingung harus menjawab apa.

"gapapa, gue lagi ga mau ganggu aja." Jawab Zee akhirnya.

"Ganggu? Ganggu siapa?"

"Lo, mungkin."

Jevin terdiam dan memikirkan apakah tadi Zee sempat melihat dirinya mengusap kepala Cia atau tidak.

"Lo liat?" tanya Jevin memastikan.

Dan Zee hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lo kenapa biarin Cia berduaan sama Austin? Emang lo ga cemburu?"

"Dan lo ga cemburu kalo gue berduaan sama Cia?"

Zee kembali terdiam mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Jevin.

"Cemburu, tapi gue bisa apa?" ucap wanita itu menundukan kepalanya.

"Jev... Lo suka sama Cia?" tanya gadis itu tiba-tiba yang masih menundukan kepalanya.

"Sorry Zee gue belom bisa jawab."

"Kenapa Jev? Kenapa harus Cia orangnya? Dia sahabat gue Jev." Akhirnya air mata yang sedari ditahannya keluar juga.

Jevin diam menatap gadis yang menangis di sebelahnya.

Laki-laki itu bingung harus berbuat seperti apa.

Dan akhirnya Jevin memeluk Zee agar dia bisa sedikit tenang, Zee yang diperlakukan seperti itu secara tiba-tiba malah makin menangis di pelukan Jevin.

"Ga usah nangis Zee, pemikiran lo belum tentu bener" ucap laki-laki itu

"Lo beneran suka sama gue?" tanya Jevin.

Tiba-tiba Zee mendongak setelah mendengar pertanyaan dari jevin.

Wanita itu mengangguk mantap.

Laki-laki itu tersenyum dan mengusap lembut bahu Zee agar wanita itu berhenti menangis.

"Kalo gitu, Berjuang sedikit lagi ya Zee" mohon laki-laki itu "Tolong yakinin gue kalo lo emang pantas buat gue" ucap laki-laki itu sambil menatap lekat mata Zee.

Zee segera memeluk erat Jevin kembali dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Dan Jevin hanya tersenyum membalas pelukan dari Zee.

Sedangkan tepat di belakang mereka ada Austin yang sedari tadi mendengar semua percakapan mereka berdua dan segera memilih pergi dari sana.

***

"Cepat bangun sayang, jangan tinggalin aku lagi."

"I miss you"

TBC

Next?

Kira-kira itu siapa ya guys yang bilang 'I miss you'? heheh

Halloo semoga suka sama ceritanya yaa.

Jangan lupa Vote sama Commentnya.

Thankyouuu <3

ORMANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang