BAB 7

39 4 0
                                    

HAPPY READING!!!

Hari senin adalah hari yang sangat di benci oleh para penghuni siswa Pelita Harapan, yang dimana mereka harus berdiri tegak dengan kurun waktu hampir satu jam.

Dan setiap selesai upacara pun diadakan razia masal untuk para murid yang tidak mematuhi peraturan sekolah dari mulai atribut seragam,rambut dan apabila ada yang ketauan membawa barang terlarang seperti vape/rokok.

Upacara sudah berjalan dari 25 menit yang lalu tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Cia dkk dan inti Ormanda.

Kedua geng itu memang jarang sekali untuk mengikuti upacara terlebih Zee dan Fio yang malas untuk berpanas-panasan di lapangan dan kelima inti Ormanda yang malas pasti akan terkena razia mangka dari itu mereka memilih untuk kabur.

Ketika jam sudah menunjukan jam 8 kelima inti Ormanda memilih bergegas datang sekolah melalui tembok belakang karena mereka habis nongkrong di warung yang berada tak jauh dari tembok belakang sekolahnya.

"Buru woi! Mumpung guru piket belum pada patroli" ucap Rey yang sedikit berteriak.

"Ya kenapa ga lo duluan aja yang manjat tembok?" ucap Edric dengan sewot.

"Ya ogah kalo gue duluan yang ketahuan sama guru piket" ucapnya malas.

"Buru, ga usah banyak bacot" ucap Jevin yang langsung memanjat tembok yang tingginya hampir 2 meter itu.

Ketika mereka berlima sudah mendarat dengan mulus di belakang sekolah tiba-tiba mereka di kejutkan dengan kehadiran ibu Kom guru BK yang sangat dikenal galak.

"BAGUS YA KALIAN BERLIMA LAGI! SINI KALIAN CEPAT!" ucap guru killer itu berteriak.

"yaelah apes lagi dah ini" gumam Rey yang ternyata masih bisa di dengar oleh ke empat sahabatnya.

Akhirnya mereka berjalan menghadap ibu kom yang mukanya sudah merah seperti menahan marah.

"KALIAN KAPAN TOBATNYA SIH?! SAYA TUH CAPEK SAMA KALIAN!" ucap ibu Kom

"KALIAN TUH UDAH KELAS 12, WALOPUN KALIAN BERLIMA PINTAR TAPI HAL SEPERTI INI TIDAK DI BENARKAN!"

"SAYA BINGUNG MAU KASIH HUKUMAN APALAGI SAMA KALIAN!" ucap ibu Kom dengan nada yang sangat frustasi.

Mereka berlima hanya menatap malas guru yang berada di depannya ini.

"Bacot banget bu, ga cape itu congor ngomong mulu dari tadi?" celetuk Edric dengan kurang ajar.

"HEH! APA KAMU BILANG TADI?"

"Kalo mau ngehukum tinggal hukum ga usah banyak drama." Ucap Austin dengan sorot mata tajam.

Guru itu sedikit gugup dengan tingkah murid yang notabenenya cucu dari pemilik dan yayasan sekolah ini.

"Cepat bu, jadi mau ngehukum ga? Pegel nih kaki kita" ujar Rey.

"Iya jadi ga, kalo ga jadi kita mau nongkrong ke kantin nih" ujar Jevin yang sangat malas berurusan dengan guru yang ada di depannya ini.

"Yasudah, sekarang kalian lari lapangan sepak bola sebanyak 20 kali, sudah itu pungutin sampah, dan pel auditorium utama." Putus Ibu Kom akhirnya.

"Buset banyak banget, dikira kita pekerja romusa kali ah?" celetuk Rey.

"Kata bunda saya, apabila ada orang yang menyusahkan sesama umatnya nanti bakal masuk neraka loh bu." Ujar Edric.

"CEPAT! TIDAK ADA BANTAHAN!"

Akhirnya mereka berjalan meninggalkan belakang sekolah dan mulai menjalankan hukuman mereka yang sudah di berikan tadi.

ORMANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang