Slave.

37.8K 405 39
                                    

Merantau adalah hal yang paling sulit dilakukan siapapun, mau itu ngerantau karena tuntutan ilmu, kerjaan atau apapun itu.

Banyak anak rantau yang berakhir gagal menjadi mandiri, mereka bakal merengek, mengadu dan kembali ke kampung halaman.

Seperti sekarang, Sosok wanita cantik dengan surai sebahunya mengantar kepergian temannya, ia melambai dan tersenyum hangat kepada mobil merah dihadapannya, terdapat sosok teman kostnya yang memilih menyerah dan kembali kerumah.

"Huft sendiri lagi." Gumamnya pelan sembari meniup kasar poni, setelah itu berbalik dan melangkah masuk ke dalam kost'an nya.

Kalau ditanya.. apa dia tidak bekerja? Jawabannya tidak karena dia di PHK, gara-gara Corona dirinya yang baru saja merantau dan mendapatkan pekerjaan setelahnya, malah berakhir pengangguran sekarang.

Dan dia bingung.. untuk membiayai kehidupannya di ibukota yang sangat gila ini, dia harus menjadi kerja, namun melamar kesana kemari, jawaban yang didapat selalu sama.

"Maaf.. untuk sementara kami mengurangi karyawan karena covid bla BLA BLA."

Dia duduk di tepi ranjang dan menghela nafas panjang, mendongak memandang langit-langit kamar yang sudah terkelupas karena air hujan.

Sungguh dia tidak tahan seperti ini, dengan begitu ia bergerak cepat menuju belakang pintu, meraih handuk lalu melangkah keluar kamar menuju kamar mandi dibelakang.

Mandi, tidak perlu lama karena beberapa menit kemudia dia sudah selesai, mengeringkan tubuh dengan handuk, mengambil celana dalam dan bra, memakainya secara bergantian setelah itu memakai baju yang digunakannya untuk mencari pekerjaan selama ini.

Tidak perlu berlama, ia membawa map yang berisi riwayat hidupnya serta hal-hal penting lainnya, setelah itu keluar kamar, mengunci dan bergerak ke pintu utama.

Melakukan hal yang sama terhadap kamar, ia mengunci dan mengantongi kedua kunci itu di saku dada, setelahnya bergerak menuju kedepan.

Beruntung kost'an nya berada di tepi jalan, jadi dia mudah mendapatkan ojek yang langsung ada dihadapannya, dia menerima helm dari tangan terbalut sarung tangan yang sedikit kumuh, memakai lalu naik dan ojek berjalan meninggalkan area kost'an nya.

"Kemana neng?"

"Cari kerjaan mang."

"Waduh neng, kenapa gak bilang, saya gak bisa."

"Kenapa gak bisa? Udah nanti saya lebihin." Mendengar itu, mamang ojek yang tadinya menolak kini tersenyum senang dan semangat 45 menemani dirinya mencari pekerjaan.

Berkeliling kesana kemari, berhenti disana dan disini dan jawaban yang sama terulang lagi.

Dan kini mereka tidak tau harus kemana karena sudah hampir seluruh daerah disana telusuri.

"Neng, harus banget perkantoran?"

"Iya mang."

"Kenapa memangnya neng?"

"Karena gajinya mang, gede." Dirinya terkekeh sembari memegang pengait helm, pasalnya sedikit longgar dan hampir menutupi wajahnya.

Mamang gojek itu turut terkekeh.

"Kalau soal gaji neng, saya punya teman yang bekerja di salah satu rumah mewah neng."

"Terus mang?"

"Teman saya sopir, nah waktu itu dia gak sengaja dengerin kedua majikannya yang tengah mencari pengganti art sebelumnya." Mendengar kata Art dirinya malas seketika, dirinya sudah bisa menduga kalau mamang gojek itu pasti menawarkan pekerjaan tersebut kepadanya.

Oneshoot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang