Prak!
Bekerja sebagai penanggung jawab konstruksi bukanlah hal yang mudah, akibat terlambat akan pembangunan, Omelan serta peringatan dari atasan yang di dapat, membuat Power sangat stress, terlebih bawahannya payah dalam mengerjakan satu hal.
Satu hal yang mudah, yaitu susunan serta struktur dari bangunan tersebut yang diminta olehnya.
Sejak pagi tadi, sejak dirinya menginjakkan kaki di tanah merah dan sejak ia sudah duduk di bangku kebanggaannya, power menunggu cukup lama, bahkan jam makan siang berlalu belum ada tanda-tanda bahwa bawahannya akan datang.
Rasa kesal dan muak mulai muncul, terlebih kepalanya sakit dan makin sakit karena bayangannya yang begitu tinggi terhadap struktur yang diberikan barusan, tidaklah sesuai dengan ekspetasinya.
"Apa kau bercanda Reze." Reze menelan ludah, ia menunduk takut dengan kedua tangannya bertautan di dekat paha.
"Sial." Power mengulum bibir bawahnya, ia bahkan terduduk dan memijat pelipisnya. Lembaran kertas yang masih berada di tangan kanannya perlahan di remat setelah itu dibuang mengarah Reze, mengenai telak kepala bersurai hitam tersebut.
Prak!
Mengebrak meja untuk kedua kalinya disertai dirinya yang berdiri, power mengatur nafasnya dan menghela nafas.
"Buat ulang strukturnya sekarang."
"Ta-tapi."
"Tapi apa hah!" Suara menggelegar tersebut bahkan terdengar jelas sampai keluar, membuat beberapa bawahannya tersentak dan berhamburan menjauhi ruangan power.
"Tidak ada tapi-tapian, ambil laptopmu dan kerjakan sekarang!" Tersentak hebat dan mengangguk cepat, setelah itu bergerak mundur lalu berbalik, dengan tergesa Reze membuka pintu dan keluar dari sana, tak lupa menutup pintu.
Meninggalkan power yang menghempas kasar bokongnya ke bangku dan membawa lengan kanannya ke wajah, menutupi matanya serta meringis merasakan sakit di kepala.
Begitu sakit seolah ada batu besar yang menghantam kepalanya.
Cklek!
Pintu terbuka dengan perlahan, tanpa menurunkan lengan dan hanya mengintip sekilas ia sudah tau siapa yang datang.
Dalam hitungan beberapa menit Reze telah kembali, lengkap dengan laptop silver yang berada di pelukan dan perlahan mendekati mejanya.
"I-ibu." Power menghembus kasar nafasnya, ia menurunkan lengan dan memandang datar Reze.
"Hm?" Reze menggeleng takut, ia beralih duduk di kursi yang ada didekat meja Power, meletakkan laptop lalu membuka dan mulai mengerjakan struktur baru.
Power hanya diam memandangnya, dengan bangku yang mengarah ke samping kanan, lalu tangan kirinya berada di meja disertai jari mengetuk, kaki kanannya tak luput menyilang di paha kiri dan punggungnya disandarkan penuh ke bangku kebanggaannya.
Kepalanya masih berdenyut perih sehingga ia meringis dan memejamkan mata, ringisan tersebut di dengar Reze di sela-sela mengerjakan struktur, namun Reze memilih diam karena tau mood power sedang tidak bagus.
Waktu demi waktu berlalu, Reze telah selesai dengan struktur buatannya, ia meregangkan tubuh karena membungkuk sedari tadi, setelah itu menoleh ke power dan menyentuh ragu lengan kirinya.
"Bu." Panggilnya pelan disertai tarikan lengan baju, tidak ada respon, power tertidur sembari menunggu Reze.
Dan Reze tidak tau harus melakukan apa, ia menjadi tidak enak kalau membangunkan power hanya untuk menilai struktur barunya, namun itu harus, supaya ia bisa pergi keluar untuk membeli sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot 21+
RandomYe ye ye... Ini cerita dibuat oleh imajinasi sendiri yang agak... Mesum dan gila kkkkk.