"Aku bakal datang ke solo.. mau menunggu?"
"Mau."
"Baiklah."
Teringat jelas ucapannya kepada sang kekasih beberapa hari lalu disaat menelpon, dan kini ia sudah berada di solo, hadir di pagi hari dengan sebuket bunga di tangan yang dibelinya sebelum berangkat ke solo.
Senyuman hangat terus tersungging di bibirnya, ia terkadang tertawa kecil membayangi sesuatu, rentetan rencana telah tersusun di benaknya.
"Rezka!" Hingga akhirnya teriakan dengan suara lembut terdengar, ia yang tadinya menunduk segera mendongak, memandang langsung kekasih yang berdiri disebelah sosok laki-laki tinggi dengan tubuh kurus.
Rezka tidak mengenal siapa itu, dia tidak memperdulikan sosok laki-laki tersebut, dirinya langsung berlari dan memeluk kekasih setibanya di hadapan.
Terlihat sang kekasih melirik-lirik laki-laki disebelahnya, sebelum membalas ragu pelukan dari Rezka yang begitu erat serta hangat.
Pasalnya Rezka menyalurkan semua kerinduan kepada kekasihnya.
Cukup lama mereka berpelukan sehingga Rezka melepas dan memegang tangan kanan kekasihnya.
"Akhirnya kita ketemu." Kekasihnya mengangguk pelan serta matanya menoleh ke laki-laki itu yang masih diam, Rezka menyadari kalau kekasihnya itu terlihat berbeda.
Pasalnya ia terlihat salah tingkah serta takut, membuat senyuman hangat luntur.
"Ada apa? Tidak suka bertemu denganku?"
"Aku suka." Terdengar cepat serta gugup, membuat Rezka mulai merasakan aneh terhadap kekasihnya.
Namun ia menyampingkan itu dan memberikan buket bunga kepada kekasihnya.
"Untuk ka-" ucapannya terpotong, serta bunga di tangan terjatuh mendengar ucapan laki-laki tersebut.
"Sudahkan sayang.. ayok pulang."
"Sa-sayang?" Kekasihnya tersebut menunduk, laki-laki yang ada disebelah kekasihnya itu merangkul mesra pinggangnya.
"A-apa maksudnya?"
"Windy tidak menceritakannya?" Menoleh ke laki-laki itu dan menggeleng pelan, dengan kedua netra yang mulai berkaca-kaca serta rasa sesak di dada.
"Aku Jaka, calon suaminya."
Prang!
"Woi..!"
"Aku Jaka, calon suaminya." Rezka kini berada di sebuah club, ia baru saja melempar gelas yang tersedia disini.
"Rezka dengarkan penjelasanku." Terduduk lemah di lantai dengan kedua tangan terangkat ke kepala.
"Penjelasan apa!"
Windy terhentak mendengar bentakan Rezka, anak tersebut menangis dan berhenti dihadapan Rezka.
Dengan jarak beberapa meter, mereka saling diam, saling membalas mata yang mengeluarkan lelehan panas ke pipi.
"Aku minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot 21+
RandomYe ye ye... Ini cerita dibuat oleh imajinasi sendiri yang agak... Mesum dan gila kkkkk.