Always with - 항상 함께

288 54 7
                                    


D O P P E L G A N G E R

Percaya tidak bahwa setelah kejadian malam itu sekarang sudah lewat sekita tiga bulan lebih setelahnya. Cukup lama bukan, dan banyak yang terjadi tentunya didalam kehidupan Hea

Hea dan Jimin tidak sepenuhnya benar benar tenang sungguh, Jimin dipecat. Iyaa dipecat, tepat 3 hari setelah kejadian itu dan Hea tau semua pasti karena ulah ayahnya, memangnya siapa lagi yang bisa melakukan itu

Jimin dipecat tanpa alasan, hanya ada surat phk dari kantor yang ia terima. Dan Seunja juga keluar dari sana sebab mengundurkan diri, entah bagaimana kabar gadis itu, yang jelas Hea tidak pernah mendengarnya lagi. Semoga saja Seunja benar benar pergi

Jimin bekerja ditempat lain sekarang, mendapat jabatan bagus seperti awalnya bukan perkara hal yang mudah, Jimin belum sepenuhnya lulus pendidikan strata-2 miliknya, meski nilai kuliahnya teramat bagus dan Jimin berpengalaman itu belum cukup untuk membuatnya mendapat pekerjaan bagus lagi

"Sayang--" Jimin menyodorkan sebuah amplop putih tepat dihadapan Hea, gadis itu sedang mencuci piring membantu sedikit pekerjaan rumah meski tak begitu mahir, tapi Hea bisa sedikit

Hea mengambilnya tau apa isi dari amplop putih itu, yang Hea bingungkan ada apa dengan wajah Jimin "Kenapa sayang?" Hea buru buru mengeringkan tangannya lalu menggenggam erat kedua tangan Jimin disana

"Gajiku tidak full lagi minggu ini, waktu itu aku menjatuhkan beberapa piring di cafee jadi uangnya dipotong untuk ganti biaya kerusakan" Jelas Jimin dengan wajah memelas, pria itu selalu begitu saat uang yang dihasilkannya untuk Hea tidak full. Padahal tidak apa apa bagi Hea

Gaji Jimin sudah lebih dari cukup untuk nya, Jimin juga masih punya tabungan saat dulu dirinya masih bekerja diperusahaan uangnya cukup untuk biaya hidup mereka bertiga, harus diakui Hea pintar menghandle uang Jimin

"It's ok babe. Minggu ini juga tidak ada pengeluaran yang berlebihan kok, semuanya masih aman bahkan uang minggu lalu masih bisa disisihkan untuk tabungan" Jelas Hea

Maksud hati ingin menghibur Jimin yang tampaknya sedang sangat lelah, tapi rasanya itu belum bisa. Jimin menyandarkan tubuhnya pada Hea, masuk keceruk leher gadis itu untuk membenamkan wajah lelahnya disana, aroma milik Hea adalah yang terbaik

Hea mengusap usap sayang kepala Jimin, rambut hitam lebat milik pria itu bergerak kesana kemari karena usapan tangan Hea. Jimin suka saat Hea memanjakannya, Jimin jadi tenang saat Hea ada didekatnya

"Hee"

"Hm?"

"Minggu depan kita menikah ya"

"Apa?"

Terkejutnya bukan main, Hea bahkan sampai melepaskan pelukan Jimin darinya lalu menatap pria itu dengan keterkejutannya "Me-menikah?" Ulang Hea.

Jimin mengangguk pasti "Iya menikah, aku membawamu tinggal satu atap denganku, satu ranjang denganku. Aku sudah membawamu dengan cara yang cukup buruk, aku tidak ingin semakin memperlakukanmu dengan tidak adil Hee" Jelas Jimin sambil meraih dua buah tangan Hea erat erat

Bukan, bukannya tidak suka mendengar itikad baik Jimin untuk mempersunting Hea. Lagipula keduanya sudah cukup lama menjalin hubungan, Hea dan Jimin juga sudah tinggal seatap, jadi memang akan lebih baik jika keduanya menikah. Jimin tidak ingin Hea mendapat cap buruk dari orang orang

"Maukan Hee? Aku--mungkin uang yang aku punya tidak bisa mewujudkan pernikahan impianmu, tapi sisa uang ditabungan cukup untuk mengadakan acara pernikahan yang lumayan mewah kan" Tutur Jimin

Hea masih diam, mendengar semua penuturan Jimin yang sebenarnya agak mengganjal dihati Hea. Hea tidak mau Jimin menikahinya hanya karena terburu buru akan satu hal, apalagi hanya karena memikirkan omongan orang, Hea mau Jimin menikahinya karena siap lahir dan batinnya

DOPPELGäNGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang