Pewaris Tunggal 1 [NEW VERSION]

Chapter 8: Phoenixserga Residence

Double up lagii 🫶😭

Spam love dong LOLDERS 🫶🫶🫶

Supaya makin semangat update nyaa 🫶🫶🌹

Jangan lupa tinggalin jejak meskipun cuma gini 🫶 yahhh.

Terimakasih 🫶

Happy reading LOLDERS 🌹hope you all feel right at home and safe here!🌹🌹

×××

Pewaris Tunggal New Version! 🌹🌹

"Singa emas Tuan Dakha."

Setelah perasaannya berbunga-bunga karena mendapatkan balasan emot hati beserta kata-kata menyentuh dari Damian, kini Anella menyesal semenyesal menyesalnya karena menawarkan diri untuk membantu anak tiri durhakanya ini belajar bersama. Bukannya tidak kuat mental, tapi Sergio mengajak pasukan untuk menyerang mentalnya.

Sebodoh bodohnya Anella semasa hidupnya, hari ini adalah hari terbodoh untuknya. Dia membiarkan calon anak tirinya—Sergio, memilihkan tempat untuk mereka belajar bersama.

Dan di sinilah mereka sekarang.

Di kediaman keluarga Phoenixserga.

Anella sudah gemetaran sekarang ini, bagaimana tidak. Ini adalah rumah dari sahabat Ayahnya, dan juga rumah dari calon tunangannya itu.

"Kenapa ke sini?" tanya Anella kepada Sergio dan Antala yang berdiri di depan pintu rumah megah kediaman keluarga Phoenixserga itu.

Antala menatap Sergio sebentar. Mereka seperti melemparkan sinyal di sana.

"Dia juga temen kita, kita udah sepaket dari dulu. Kalau gue punya guru tutor buat belajar, dia juga harus punya," jawab Sergio membuat Anella gemas ingin menjambak rambut Sergio sampai tercabut dari akar kepala Sergio itu.

Anella menggigit bibir bawahnya gelisah.

Ya tuhan, kenapa rintangannya begitu mengguncang?

Tak lama kemudian pintu megah itu terbuka.

Anella langsung berbalik memunggungi pintu.

"Galangga ada?" tanya Sergio kepada Kiel— adik dari Galangga.

"Bang Galangga udah satu mingguan nggak pulang, dia tinggal di apartnya," jawab Kiel.

Kiel beralih menatap seorang gadis yang seperti tidak asing di matanya. Ya, Kiel mengenal kuncir rambut berwarna hitam yang biasa dipakai teman sekelasnya itu.

"Eh? Anella?"

Jangan menoleh Anella, jangan!

Anella memejamkan matanya dalam, tidak siap menghadapi takdir.