my lovely : petaka

1.8K 78 0
                                    


Rate 21+
.
.
.

Sudah ku bilang, aku akan membuktikan kehebatanku.

Mas Ayes menatapku seperti singa kelaparan. Tentu saja, sebelum dia berangkat keluar kota kemarin dia tidak mendapat jatahnya karena aku sedang berhalangan. Aku mengulurkan tanganku, menyuruhnya mendekat. Dengan patuh kakinya bergerak menghampiriku. Tubuhnya yang hanya berbalut handuk semakin menggiurkan. Tanganku bergerak dari perut hingga bahunya, membuatnya mendesis. Aku sengaja menautkan kedua jemariku dengan jemarinya, menahan lengannya yang ingin mendekapku.

"Kamu godain Mas terus dari tadi."

Aku berjinjit, mengecup bibirnya. "Sengaja."

Netra Mas Ayes menggelap. Aku tahu dia sedang menahan gairahnya.

"Aku mau manjain Mas malam ini."

"Boleh Mas cium dulu?"

Masih tersenyum, aku menggeleng. "Sabar dong."

Tanpa melepas tatapannya, aku melepas handuknya pelan-pelan dan membuangnya asal.

"Kamu harus tanggung jawab, Nay."

"Iya, Masku sayang."

Tanganku membelai, mengusap dan mengurut miliknya yang sudah tegang hingga dia memejamkan matanya. Aku berjongkok di hadapannya kemudian mencium kepala pusakanya. Memainkan lidahku dan mengulumnya.

Rasanya aneh. Ini pertama kalinya bagiku. Tidak sia-sia sore tadi aku mencari film bokep sebagai referensi. Mas Ayes mengerang dengan mendongakkan kepalanya akibat ulahku. Wajahnya tampak begitu menikmati permainan yang ku buat.

"Nay ... nakal banget sih kamu malam ini," geram Mas Ayes dengan suara rendah. "Terus, Sayang. Ahh ..."

Merasakan milik Mas Ayes semakin menegang, aku melepaskan kulumanku. Aku tidak mau menelan cairannya. Kebanyakan netizen mengatakan tidak enak. Aku tidak mau nanti aku malah muntah-muntah di hadapan Mas Ayes.

Begitu aku melepas kulumanku, Mas Ayes berdecak protes. "Kok udahan sih, Nay? Tanggung nih."

"Lanjut di atas ranjang aja."

"Pakai punya kamu ya," bisik Mas Ayes, tepat di telinga. "Mas udah nggak sabar sama menu utamanya."

Seketika tubuhku merinding. Aku mendorong tubuh Mas Ayes hingga terlentang pasrah di atas ranjang kami. Dengan gerakan menggoda dan tempo slow motion, aku melepas lingerie-ku. Tampak jakun Mas Ayes naik turun memperhatikanku. Apalagi saat aku melepas celana dalamku. Dia mati-matian menahan diri untuk tidak menerkamku.

Perlahan aku menaiki ranjang dan merangkak mendekatinya. Mas Ayes bergerak mundur, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Setelah duduk di atas pahanya, tanganku mengurut pelan miliknya dan memakaikannya kondom. Aku mengambil kedua tangannya, mengarahkannya ke kedua buah dadaku. Desahan keluar dari mulutku saat tangannya mulai meremas.

"Ya, Sayang." Kepala Mas Ayes mendongak saat aku menggesek-gesekkan intiku ke miliknya.

Aku terus merangsangnya, diam-diam aku mengambil ponselnya yang sudah ku sembunyikan di bantal. Mataku melirik mencari kontak Marimar saat sudah berada di aplikasi chat. Segera saja aku melakukan video call dengannya. Tidak ada semenit, dia mengangkat panggilan dari ponsel suamiku. Aku juga sudah menekan tombol mute di panggilan itu agar suara Marimar tidak terdengar.

Matanya melebar dengan mulut terbuka saat melihat posisiku di atas Mas Ayes tanpa sehelai benang. Aku tersenyum sinis padanya sementara Mas Ayes mengerang keenakan. Sekali sentak, miliknya masuk ke dalam tubuhku. Membuatnya menggeram.

Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang