our first love 13 : AIDAN

113 6 0
                                    

RENCANA

"Istri saya adalah saudara dari ayahnya Naura."

Aku yakin dialah memang orangnya.

"Pak Mario?"

Pak Derry mengangguk.

"Kenapa Bapak tidak mengatakannya pada Naura?"

"Saya rasa tidak perlu. Karena secara garis keturunan, kami memang tidak punya hubungan apa-apa. Mario hanya saudara angkat istri saya dan saya juga tidak punya keperluan dengan Mario. Semua hanya mengingatkan saya pada istri saya dan ayahnya yang harusnya bertanggung jawab pada keadaan saya."

Aku mengernyit. Kenapa Pak Derry seolah menyalahkan kakeknya Naura?

"Maksudnya, Pak?"

"Lupakan."

Pak Derry berdiri, keluar ruangan yang kami tempati. Aku juga tidak punya hak untuk memaksanya bercerita. Mungkin aku harus membicarakan hal ini dengan Naura nanti.

***

Usahaku membuahkan hasil. Hampir sebulan aku tertahan di negeri orang. Semua urusan di dalam negeri aku tinggalkan termasuk kuliahku. Untungnya bebanku tinggal tesis dan mata kuliah yang tidak terlalu berat untukku. Dosennya pun gampang dimintai izin. Jangan lupakan Naura yang juteknya minta ampun jika aku menghubunginya sementara Maira terus merongrongku dengan daftar oleh-olehnya. Bukannya mendoakan kakaknya mendapat kelancaran saat kerja, Maira malah merecokiku dengan pertanyaannya yang tidak bermutu. Apakah aku sudah membelikan sepatu untuknya, apa model baju terbaru di Jepang, kapan aku cepat pulang? Bukan karena merindukan kakaknya tapi menginginkan oleh-oleh dariku.

Aku tidak memikirkan oleh-oleh untuk Maira, aku hanya ingin pulang. Di sebelahku, Pak Derry tampak kelelahan dan memilih memejamkan mata. Entah tidur atau memang tidak mau diganggu. Berkali-kali aku ingin menceritakan tentang Naura padanya tapi aku maju mundur.

Sampai duduk di mobil yang menjemput kami di bandara, mulutku sudah tidak tahan lagi. Aku mengubah dudukku miring menghadapnya, membuat Pak Derry yang sibuk sedang ipad-nya mengernyit menatapku.

"Ada hal yang saya rasa penting untuk Bapak ketahui. Sebenarnya bukan hak saya menyampaikannya tapi saya rasa Bapak harus segera tahu."

"Apa?"

"Naura bukan anak kandung dari Pak Mario. Dia hanya anak dari Mama Evelyn dan suaminya."

Mata Pak Derry melebar. Di detik selanjutnya, tubuh kami tersentak keras dan mobil yang kami tumpangi terguling. Aku tidak tahu apa yang terjadi, saat membuka mata Pak Derry sudah tidak sadarkan diri dengan kepala berlumuran darah.

Seluruh tubuhku terasa nyeri karena benturan. Sopir yang membawa kami pun tidak sadarkan diri. Beberapa orang berlarian mendekati mobil kami, membantu mengeluarkan Pak Derry dan membawa kami ke rumah sakit.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, aku menghubungi Papa untuk menyusulku. Aku baik-baik saja, hanya saja kondisi Pak Derry yang mengkhawatirkan. Tulang rusuknya ada yang patah dan menggores paru-parunya. Pelipis kanannya juga sobek. Dokter masih mengobservasinya lebih lanjut.

Kedua orang tuaku datang dengan cepat. Tidak ada siapa-siapa di belakang mereka, padahal aku sangat mengharapkan Naura datang. Mungkin dia belum tahu keadaanku.

Dokter mengatakan Pak Derry kehilangan banyak darah dan stok di rumah sakit kosong. Di tengah kebingunganku, Naura datang menghampiri dokter.

"Dokter bisa ambil darah saya jika golongan darahnya O negatif."

***

Naura tidak beranjak sedikit pun setelah Pak Derry dipindahkan ke kamar inap. Tangannya menggenggam erat tangan Pak Derry yang terbebas dari infus. Aku terkejut mendengarnya memanggil Pak Derry dengan sebutan Papa sambil menangis.

Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang