my lovely : my hubby

6.5K 129 0
                                    


Apdet lagi 😁

Yang udah mampir, kasih vote ya

Selamat membaca

(Lupa bilang, part ini rate 21+)

.
.
.
.
.

Pulang sekolah aku mendapat hukuman dari guru matematika yang menyuruhku keluar dari kelasnya tadi. Alasannya karena aku tidak memperhatikan pelajarannya. Si guru memberiku 50 soal yang harus aku kerjakan di perpustakaan.

Dongkol? Iya!

Helooo, Mutiara Shanaya, si murid teladan dihukum? Sepanjang sejarah aku tuh nggak pernah dihukum seperti ini.

Semua temanku pulang, aku masih dalam hukumanku. Mulutku mengerucut sambil mengerjakan soal satu per satu. Jika sudah siang perpustakaan tutup dan di sini aku sendirian.

Suara langkah kaki mendekati kursiku. Lelaki itu, tepatnya suamiku tersenyum dan duduk di kursi sebelahku.

"Apa salahku sampai aku harus dihukum?" Mataku memicing kesal padanya "Mas sengaja kan?"

Suamiku, Pak Ryo tersenyum lebar. "Tahu aja nih sayangnya Mas." Dia mengacak rambutku gemas. "Mas tuh udah nggak sabar pengen berduaan sama kamu dari tadi. Udah selesai belum kerjaannya?"

Aku menggeser kertas yang ada di depanku padanya. Bersandar di kursi sambil bersedekap. Menatap lurus ke depan. Aku terpekik saat lengannya tiba-tiba mengangkat tubuhku dan jatuh ke pangkuannya.

"Mas, ini sekolah," ucapku panik dengan mata melihat kanan kiri serta jendela. Gawat jika ketahuan orang tapi lengan Pak-eh maksudku Mas suami malah semakin erat. "Mas! Nanti ada orang lewat."

"Siapa?" Bibirnya sudah mengendus leherku. "Sepi. Mas lagi pengen nih, Sayang."

Mataku terbelalak. Gila! Yang bener aja! Ini sekolah woy!

"Mau ya, Sayang?"

"Nggak. Mas, ini sekolah. Kamu jangan mesumin aku di sini dong."

"Ya udah, mesumnya di rumah aja yuk."

Jantungku jumpalitan. Nih laki ya! Walaupun sudah berkali-kali kami melakukannya tapi tetap saja aku salah tingkah saat dia melancarkan aksinya.

***

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana histerisnya aku saat kami akan melakukan malam pertama. Itu sebuah momok buatku yang masih perawan ting-ting.

Mama memelukku erat sebelum aku dibawa pergi oleh suamiku dan Bunda Ana. Ngomong-ngomong soal Bunda Ana, mertuaku itu adalah teman Mama. Keduanya bekerja sama menjalankan restoran Padang. Sama-sama memulai dari nol hingga restoran mempunyai beberapa cabang yang ramai.

Suami Bunda Ana adalah teman Papa yang juga meninggal saat kecelakaan bersama Papa. Kedua wanita itu, Mama dan Bunda Ana sama-sama berjuang untuk bangkit dan fokus ada anak-anak mereka. Jika setelah menikah Bunda Ana langsung dikaruniai anak, Mama menunggu dua belas tahun untuk mendapatkanku.

Bunda Ana sangat menyayangiku seperti anak kandungnya sendiri. Sebelumnya aku jarang bertemu dengan anaknya, Farezky Ryota. Yang aku tahu dia seorang yang irit bicara. Setiap aku ulang tahun pasti dia memberiku hadiah.

Hadiah ulang tahunku yang ke 17 adalah sebuah mobil. Begitu aku sampai di rumah Bunda Ana, mataku tertuju pada mobil silver berpita yang terparkir di depan garasi. Harusnya aku senang. Sayangnya, aku masih sedih karena harus berpisah dari Mama. Aku hanya terdiam menerima kado itu.

Malam pertama. Bagi setiap pengantin, pasti yang diributkan soal malam pertama tapi tidak denganku. Aku menangis semalaman karena jauh dari Mama padahal aku sudah melakukan video call dengan Mama sebelum tidur. Suamiku, yang sedari kecil aku memanggilnya Mas Ayes mengusap punggungku hingga aku tertidur.

Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang