my lovely : melawan ketakutan

1.8K 86 3
                                    

Aku terbangun dengan linglung. Tubuhku masih terasa melayang. Ada yang mengusap kepalaku. Ada Mama dan Bunda saat mataku terbuka. Mereka tersenyum menatapku.

"Selamat ya, Sayang sebentar lagi kamu akan jadi ibu." Mama menggenggam tanganku. "Kamu hamil."

Dadaku bergemuruh. Aku seperti mau meledak. Senyumku mengembang, tanganku mengusap perutku yang masih datar.

"Dokter yang memeriksa kamu tadi bilang kita harus ke dokter kandungan untuk mengetahui usia janinnya." Bunda mengusap kepalaku. Senyumnya kelewat lebar. "Kita periksa sekarang atau kamu berangkat sama Rezky?"

Mas Ayes.

Bunda dan Mama mengangguk memahami gerakan mulutku. Mereka memberiku nasihat tentang seputar kehamilan. Mama menceritakan masanya mengandungku dan Bunda juga menceritakan masa mengandungnya dulu.

Mas Ayes sangat senang mendengar berita kehamilanku. Kami langsung berangkat ke dokter kandungan begitu dia pulang. Bunda dan Mama pun juga ikut. Dua calon nenek itu tidak sabar melihat janin di perutku melalui USG.

Usia kehamilanku baru tiga minggu. Keadaanku maupun janinku dikatakan sehat. Mengetahui kehamilanku, Mas Ayes menyuruhku mengurangi aktivitas. Aku menyanggupinya. Lagipula itu lebih baik daripada dia melarangku beraktivitas sama sekali.

"Terima kasih, Nay."

Berkali-kali Mas Ayes mengucapkannya. Tangannya melingkar posesif di pinggangku padahal kami sedang berdua di kamar. Sesekali tangannya mengusap perutku.

"Mas jadi pengen jenguk dedeknya."

Bibirku mengerucut dengan meliriknya malas. Dasar modus!

"Mau ya, Nay?

Aku memutar mataku malas.

"Habisnya kalau nggak pake kondom tuh  rasanya lebih enak."

Bisikan itu sukses membuatku merinding dengan pipi memanas.

***

Mas Ayes mengambil napas sebentar kemudian kembali menciumku. Tangannya menahan tengkukku, membuat ciuman itu semakin dalam. Dia berhasil menyalakan gairahku.

Dengan sengaja aku bergerak gelisah di atas pangkuannya. Aku tahu adik kecilnya sudah menegang di bawahku. Akan ku buat semakin tegang. Aku membalas ciumannya saat dia mengubah posisiku. Mengangkat tubuhku menghadapnya. Bagian bawahku sudah basah. Dengan posisi begini, aku bisa merasakan miliknya yang tegang. Rasanya aku semakin terbakar. Kami mengambil napas lagi. Tatapannya sudah dipenuhi gairah.

"Mas cinta kamu, Nay," bisiknya serak.

Dua tangannya sudah menelusup masuk ke dalam dress-ku saat aku berdiri dengan menumpukan lututku yang mengkungkungnya. Aku merinding saat tangan itu mengusap dan meremas bongkahan bokongku. Berakhir merobek celana dalamku kemudian membuangnya asal.

Tanganku juga tak tinggal diam. Mengusap bahu dan dada bidangnya. Membuat pola abstrak di sana sementara bibir kami kembali bermain. Ciumannya sangat memabukkan. Usapanku turun ke perut hingga menarik turun celana karet beserta dalamannya sekaligus.

"Masukin, Sayang," erangnya saat tanganku mengurut miliknya sementara tangannya meremas pahaku. "Masukin."

Aku menumpukan tanganku di bahunya, menurunkan tubuhku pelan-pelan. Miliknya perlahan memasukiku. Rasa sesak yang membuatku melayang. Mulutnya mulai meracau saat aku bergerak.

"Engh, Nay... Terrus ... Nay ... Ahh ... Enak banget, Sayang."

Pipiku memanas mendengarnya erangan vulgarnya. Gerakanku semakin tidak terkendali.

Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang