Teruntuk Rindu
Kini, semesta dan kamu sudah memutuskan
Cukup berat memang menerima keputusan itu dengan kedua tangan
Satu sisi aku ingin berteriak lantang
Sisi lainnya lagi aku ingin langsung menghilang
Bukan ukuran waktu,
Bukan juga karena kamu,
Tapi karena perasaan yang sudah tumbuh
Mengalahkan rasa sakit apapun itu
Aku bisa tersenyum di saat bahagiamu
Pun, aku juga bisa terpuruk saat itu
Berhenti satu-satunya jalan yang harus kutempuh
Tapi, aku tidak yakin apakah aku bisa berjalan ke depan tanpa ada namamu
Semesta, kalau ini jawabanmu
Mengapa hatiku terasa sangat kelabu
Awan mendung selalu melingkupi hati yang sudah pilu
Menunggu hujan air mata turun dari kalbu
Aku yang tidak sempurna di matanya,
Atau karena aku memang tidak berhak atas cintanya?
Air mata yang selalu menghiasi wajah bahkan bertanya,
Apakah rasa selalu berakhir luka?
Kalaupun iya, aku lebih memilih tidak mengenalnya
Sejak pertemuan itu harusnya aku buta
Sejak kalimat indah itu keluar dari mulutnya
Harusnya aku juga tutup telinga
Ini terlalu sakit semesta,
Bisakah dia yang pernah ada
Terhapus dari segala ingatan yang ada?
Diriku sudah terlalu lelah menapaki jalan penuh luka
Jika bisa, matikan saja perasaan ini
Agar aku tak lagi tahu namanya jatuh hati
Tak ada lagi kisah yang terjalin lagi
Hingga aku merasa benar untuk sendiri
puspawarsa_
05 Desember 2021, 09.00 PM
YOU ARE READING
Teruntuk Rindu
PoetryTeruntuk dirimu yang masih ragu Teruntuk dirimu yang memendam pilu, dan Teruntuk dirimu yang selalu menunggu / puspawarsa_