Chapter 4

176 12 0
                                    

Isa tengah berdiri di depan ruang Direktur rumah sakit, seperti yang dikatakan Luke saat menyeretnya tadi.

Mengingat bagaimana tangan hangat Luke menyentuh kulitnya membuat jantungnya semakin berpacu cepat, antara cemas dan takut serta perasaan yang entah apa. Hingga dia melihat kakak beradik itu mendekat, Anthony dengan tatapan hangatnya dan Luke dengan tatapan dinginnya. 

“Masuklah!” Luke masuk ke dalam ruangannya lebih dulu disusul Anthony. Karena merasa tidak diajak masuk, jadi Isa masih berada diluar. Anthony sampai harus menariknya karena tak kunjung masuk juga.

“Ya Tuhan! Mengapa kau masih di luar?” tanyanya pada Isa yang hanya menyengir.
“Aneh,” gumam Luke sangat pelan.
“Duduk di sini,” Anthony menepuk-nepuk sofa kosong di sampingnya, mempersilakan Isabelle duduk. Luke tidak begitu memperhatikan gadis itu karena sibuk dengan tabletnya.

“Jadi kau sudah mengisi formulirnya?” Anthony bertanya mengenai formulir pendaftaran beasiswa yang ada di meja informasi. Isabelle menepuk keras keningnya sampai membuat Anthony meringis ngeri dan Luke mengalihkan pandangan dari tabletnya. Matanya menatap tajam ke arah Isabelle dengan sebelah alis terangkat.

“Apa yang kau lakukan, Gadis Aneh?” tanya Luke sarkastik.

“Formulirnya tertinggal di meja informasi,” jawabnya lemas, “Tetapi apa tadi Tuan bilang? Gadis aneh” sambungnya karena baru menyadari kata-kata Luke membuatnya tidak nyaman.

“Gadis aneh.

“Ya Tuhan! Nama saya Isabelle Harington, Tuan.”

“Oh. Ku pikir Isabelle Marléne Roux,” Luke menatapnya tajam dan menyadari perubahan air muka gadis itu bahkan tubuhnya seketika menegang. Dia tidak habis pikir dengan gadis di depannya ini, kenapa nama itu bisa membuatnya sampai setegang itu. Benar-benar aneh. Anthony menyadari perubahan Isabelle langsung menghentikan keadaan beku saat ini. Ya! Isabelle membeku dengan kata-kata dan tatapan dingin Luke.

“Sudahlah, jangan terlalu ditanggapi, Isa. Kakakku hanya bercanda.”

Akhirnya Isabelle kembali tenang walau jantungnya masih berpacu kencang. Saat ini pikirannya sudah tidak di sini lagi, Bien. Bagaimana Fabien di flat mereka? Apakah semuanya aman? Karena bukan tidak mungkin pria tadi juga menemukan adiknya. Ketakutan akan kehilangan itu begitu besar menyergapnya. Sampai Isabelle tidak mendengar sama sekali apa yang dikatakan Luke juga Anthony dari tadi.

“Sudahlah! Mungkin dia tidak serius,” ucap Luke yang kembali fokus pada tabletnya.

“Isabelle Harington,” Anthony menepuk kecil tangan gadis itu.

“A—ah ya, Tuan,” Isabelle tersadar dari pikiran yang sudah ke mana-mana.

“Apa ada masalah?”

“Tidak, Tuan. Hanya memikirkan keadaan adik saya,” jawabnya jujur.

“Baiklah. Kamu tunggu di sini, nanti ada staf yang akan mengantarkan formulir beasiswanya. Isilah sejujur mungkin, karena kami tidak bisa menerima data palsu,” ucap Anthony seraya berdiri dari duduknya.

“Ba—baik, Tuan. Anda mau ke mana?”

“Saya ada pasien yang harus ditangani, di sinilah dulu bersama dengannya,” Anthony menunjuk Luke yang masih sibuk dengan tabletnya.

Anthony berjalan keluar meninggalkan ruang kerja Luke, hanya ada dua orang asing di sana. Luke dengan tabletnya dan Isabelle dengan pikirannya yang entah sekarang berada di mana. Bahkan sudah berapa kali gadis itu berganti posisi duduk, bergerak tidak pasti dengan tangan yang memilin ujung kemeja merah muda yang dia kenakan. Hari ini dia sangat kasual, kemeja pink, jeans, sneaker, sling bag dan rambut yang dicepol asal serta wajah polos tanpa makeup. 

The Cold Billionaire - Serial The Jacob 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang