Kicauan burung yang bernyanyi merdu terus mengiringi cerahnya langit Kota Manhattan. Menemani hari gadis cantik yang tengah duduk termenung di salah satu meja restoran Perancis. Belle tengah menatap kosong layar hitam laptopnya karena kehabisan daya. Sejak jam kuliah tadi dia memang tidak terlihat bersemangat, rasanya begitu sepi sendiri walau dia berada di tengah keramaian. Apalagi restoran Perancis yang pernah menjadi tempatnya bekerja dan bertemu Luke Jacob beberapa tahun lalu sangat ramai hari ini.
“Jangan melamun, Isa,” suara pelayan wanita bernama Eve menyentaknya kembali ke dunia nyata.
Belle tersenyum tipis pada Eve yang tidak lain adalah sahabatnya, yang masih setia bekerja di restoran. Walau sudah berulang kali dia mengajak bekerja di salah satu perusahaan milik Luke, tapi Eve selalu menolak. Dengan alasan tidak enak untuk resign karena telah lama bekerja di sana. Belle tahu alasan sebenarnya mengapa Eve tidak ingin resign, karena sudah sejak lama Eve menyimpan rasa pada manager restoran. Jadi sudah dapat dipastikan akan sulit bagi Eve meninggalkan pujaan hatinya.
“Duduklah di sini, Eve. Temani aku,” pintanya sembari menepuk-nepuk meja tempat di mana makan siangnya tersaji.
“Nanti ditegur Bos,” tolak Eve halus.
“Aku akan bicara padanya agar kau diizinkan menemaniku sebentar atau mengizinkanmu pulang, menemaniku menghirup udara segar.”
Kemudian Belle melambaikan tangan pada lelaki dengan setelan jas rapi di ujung ruangan, manager restoran yang tidak lain adalah pujaan hati Eve. Ketika lelaki itu tiba di hadapannya, dia segera berbicara pada John, begitu biasa lelaki itu disapa selama ini. Awalnya sulit untuk mendapat John untuk membuat Eve pulang lebih cepat. Namun Belle berhasil menemukan jalan keluarnya, dengan menyebutkan nama Luke Jacob dan dia berhasil membawa Eve.
“Wowww...” Eve menatap takjub ke arah Belle, membuka mulutnya seperti ikan yang sedang berusaha bernapas di atas permukaan air.
“Ajaib memang kan nama Luke Jacob? Tidak rugi aku bertunangan dengannya,” kekeh Belle pongah.
Setelah menyelesaikan acara makan siangnya dan membayar tagihan yang setara dengan gajinya saat bekerja di sini, Belle memutuskan untuk segera pergi. Sebelumnya dia menunggui Eve yang tengah mengganti pakaian kerjanya. Rencanya siang ini Belle ingin ke Times Square, karena selama menjadi tunangan Luke kehidupannya begitu teratur. Dia jarang mengunjungi tempat-tempat yang biasa dikunjungi bersama Eve.
Terlebih lagi semenjak kepergian sang adik 4 bulan lalu ke London untuk dirawat oleh keluarga Jacob.
***
Sudah hampir setahun keduanya menjalani drama pertunangan bodoh untuk kepentingan masing-masing. Kuliah Belle berjalan lancar, dan kesehatan Fabien juga semakin membaik setiap harinya. Di awal kemunculan mereka sebagai pasangan cukup memancing banyak spekulasi di luar sana. Bahkan di jari manis keduanya telah melingkar cincin pertunangan dengan desain sederhana namun tetap elegan. Keluarga Jacob sangat bahagia dengan kabar pertunagan Luke dan Belle. Philips Jacob sangat mendukung hubungan Luke dengan gadis yang tidak lain adalah cucu sahabatnya, Pierre Julien Roux. Seorang bangsawan dan pengusaha asal negara yang cantik dan romantis bernama Perancis.
“Jadi apa kau mengenal pria ini?” Luke menyodorkan foto pria paruh baya pada Belle.
“Tidak. Memang siapa dia?” tanya Belle karena dia tidak mengenal pria di foto itu.
“Dia yang terus berusaha mengejarmu kalian. Bahkan dia tahu tentang jati dirimu,” terangnya pada Belle yang tidak tahu apa-apa tentang pria itu.
“Dia? Tetapi aku tidak mengenalnya,” Belle mengerutkan keningnya, mencermati wajah pria di foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Billionaire - Serial The Jacob 2
Mystère / ThrillerNB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Bagi seorang yang menempatkan keluarga dalam prioritas utama, apa yang terjadi pada Sarah Dimitrova-Jacob bukanlah hal mudah untuk Luke Jacob. Lelaki dengan sorot mata tajam sep...