Belle merasa matanya begitu berat untuk dibuka, kepalanya juga terasa pusing. Dia berusaha menggerakkan sedikit tubuhnya namun sulit. Karena tubuhnya diikat pada sebuah kursi, dia melihatnya dengan jelas saat matanya sudah terbuka. Belle terkejut mendapati dirinya berakhir diculik seperti ini. Mulutnya disumpal kain, sehingga sulit untuk berteriak. Air mata telah turun membasahi pipinya, memikirkan nasibnya setelah ini.
Dalam hati dia menangisi kebodohannya karena tidak patuh pada kata-kata tunangannya. Luke selalu memperingatkan untuk tidak jauh-jauh dari pengawasan pengawal, karena Luke mengatakan bahwa pembunuh kedua orang tuanya masih masih mengincarnya. Bahkan penyamarannya selama ini pun percuma, yang bisa dia lakukan hanya menangisi kebodohannya.
Dia harus berakhir seperti ini karena sifat keras kepalanya, walau tempat ini masih terlihat baik tapi pada kenyataannya dia tengah menjadi korban penculikan. Kilasan ingatan tentang Kakek, orang tua, Bien dan tunangannya terus berputar di kepala. Kejadian demi kejadian terus mengiang dalam otak dan telinganya.
“Sudah sadar, Mademoiselle?” ucap seorang pria bertubuh besar dengan tato di bagian wajahnya.
Belle menatap ngeri melihat pria bertubuh besar itu, membuat air matanya semakin tidak terbendung. Dia berdoa dalam hati agar selamat dari niat buruk orangorang itu, kalaupun tidak maka biarkan Bien selamat.
Pria itu mendekati Belle dan menarik penyumpal mulutnya, “kalian mau apa?”
“Kami mau menghabisimu, tetapi tunggu sampai Boss datang. Mungkin dia sendiri yang akan melenyapkan tikus kecil sepertimu. Akhirnya setelah beberapa tahun kau tertangkap juga, tidak menyangka pergerakkanmu cukup lihai,” kekehnya dengan wajah terlihat sangat menyeramkan bagi Belle.
Belle kembali terisak, berharap semua ini akan segera berakhir. Dia terus menyebut nama Luke dan Hayden dalam kepalanya, berharap kedua orang itu akan menolongnya. Karena dia tahu jika nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan orang tua dan Kakak yang tidak pernah dia temui. Setahunya dia memiliki Kakak perempuan bernama Catherine yang diculik dan dibunuh, sampai orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Kanada 9 tahun lalu.
Tetapi pada kenyataannya kehidupan mereka di Kanada tidak lebih baik, dia kembali merasa kehilangan orang paling berharga dalam hidupnya. Olivier dan Elodi yang membuatnya terlahir ke dunia, meninggalkannya berdua dengan Bien.
“Nona Belle telah bangun, Tuan.”
Belle bisa mendengar suara dari luar kamar tempatnya disekap, walau samar. Untuk sesaat dia cukup bisa mengendalikan diri, sampai saat di mana pintu terbuka. diri, sampai pada saat dia mendengar suara berat di luar sana. “Aku akan menemuinya sekarang.”
Seketika itu juga tubuh Belle menegang, dia terus berpikir apa yang akan terjadi setelah ini. Mendadak dia merasakan sakit kepala yang amat sangat, dengan hati yang terus memanggil nama Luke dan Hayden. Walau harapannya sangat tipis, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Setidaknya dia telah berdoa pada Tuhan agar selamat dari kehancuran dialami keluarganya. Kakeknya dan Bien pasti merasa sangat terpukul jika dia berakhir seperti apa yang orang tua dan Kakaknya.
Clek...
Suara pintu yang terbuka semakin membuat tubuh Belle menegang, rasa takut semakin memuncah dalam dirinya. Dia memejamkan mata tidak ingin melihat orang yang tengah berjalan ke arahnya. Karena Belle bisa mendengar dengan jelas suara langkah kaki munuju tempatnya diikat pada sebuah kursi. Sampai suara bariton dan hembusan napas hangat itu berada sangat dekat dengan wajahnya.
“Isabelle Marléne Roux, putri kedua Olivier Julien Roux dan Elodi Lenoir. Wajahmu sungguh mirip dengan Catherine Roxane Roux.”
Belle membuka matanya ketika mendengar pria itu menyebut nama Kakaknnya. Betapa terkejutnya Belle saat melihat pria yang pernah dia temui 2 tahun lalu di sebuah pesta dengan Luke. Wajah yang sama seperti di foto yang ditunjukkan oleh Luke, tetapi dia tidak mengenal sosok pria di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Billionaire - Serial The Jacob 2
Mistero / ThrillerNB : Mengandung adegan dewasa dan kekerasan. Harap bijak dalam membaca. Bagi seorang yang menempatkan keluarga dalam prioritas utama, apa yang terjadi pada Sarah Dimitrova-Jacob bukanlah hal mudah untuk Luke Jacob. Lelaki dengan sorot mata tajam sep...