2. Terlupakan

905 94 2
                                    

Suasana Rumah sakit sudah dipastikan sepi dari awak media. Suppasit masuk kedalam Rumah sakit dengan pakaian serba tertutup. Menggunakan Jaket hitam, Kaca mata hitam dan masker. meski begitu, banyak yang mengenalinya. Suppasit sudah membawa Privasi dirinya ke ranah hukum. "Barang siapa yang menyebarkan informasi di luar izinnya, akan di pidanakan." 

" Mae..." Suppasit memeluk Ibu Kanawut yang duduk diruang tunggu, Kanawut masih berada di ruang ICU. 

" Mew.. bagaimana ini. bagaimana kalau Gulf tidak bangun.." Mae menangis dipelukan Suppasit. Pho mendekati mereka. dan ikut memeluk Suppasit dan Mae. 
" Kita hanya perlu berdoa. dia pasti akan baik baik saja." Kata Pho menenangkan. dia masih menyapu nyapu lembut pudak Suppasit,

" Bagaimana kejadian ini bisa terjadi Mae?" Mereka bertiga duduk di kursi tunggu. 

" Aku tidak tau pasti. aku tidak ada disana. Sejak pagi dia tidak ingin aku ikut bersamanya. Kalau aku ikut. aku pastikan ini tidak akan terjadi.." tangis Mae kembali pecah. Pho memeluknya. menenangkan dan meredamkan tangisnya didada. 

" Apakah kita belum bisa masuk?" tanya Suppasit. Pho menggeleng. " Gulf baru melewati masa kritisnya. Dia sempat kejang dan muntah.." Pho menjelaskan. 

Suppasit meremas jemarinya. Takut. dia takut, takut membayangkan hal yang buruk terjadi pada Kanawut. Bagaimana hidupnya tanpa Kanawut. 

Dokter Hawee keluar dari dalam ruang ICU, dia baru saja melukan pengecekan pada Gulf. 

" Bisa keruanganku saja." ajaknya. Pho,Mae, Suppasit mengikut dibelakangnya 


" Setalah Operasi tadi. keadaan Kanawut sudah stabil. tapi dia masih harus ada di ICU sampai keadaan benar benar pulih. kita menunggu Kanawut sadar dulu." Jelas Dokter Hawee.

" Apakah ada yang parah? kenapa sampai tidak sadarkan diri dan muntah? apa ada benturan di kepalanya?" Suppasit mencercanya dengan gugup. Dokter Hawee terdiam. Dia membuka ronsen hasil kepala dan Tulang punggung Kanawut. 

" Bagian kepala belakang. Bisa kita lihat, tengkoraknya mengalami keretakan. tapi tidak membuat luka di dalam.. kita berdoa. mudah mudahan Kanawut tetap kuat." Dokter Hawee menjelaskan. 

" Aku khawatir bagian pinggang. Dia akan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Tulang ekornya mengalami benturan kuat. menyebabkan pergeseran. Kanawut tidak akan bisa berjalan selama masa penyembuhan." jelasnya lagi. 

Pho dan Mae menarik nafas berat. Mae terus menangis. tidak menyangka akan terjadi seperti ini pada anak bungsunya. 

Suppasit ternganga. " Tapi bisa disembuhkankan?" tanyanya. 

" Semua akan kita usahakan."

" Dengar Phi.. aku akan membayar berapapun. beraaaapapun. kau harus menyembuhkan dia. membuat dia seperti sedia kala. kau dengar Phi.." Suppasit mendekati dokter Hawee dan mengguncang bahu pria itu. Pho menarik Suppasit. 

" Tenang lah Mew. Mereka tidak akan tinggal diam. mereka akan mengusahakan yang terbaik untuk Gulf. kau harus tenang.." Pho memeluk Suppasit. 

" Phoo. aku takut.. aku takutt pho... aku takut kehilangan gulf. Phoo. apa yang harus kulakukan.." tangis Suppasit pecah. dia menangisi nasibnya tanpa Kanawut. 

" Kami juga takut. dia putraku satu satunya. Karena itu kita harus kuat. bukan cuma kau.. Kita.. Kitaaa" Pho memukul mukul pelan pipi Suppasit, menyadarkan pria itu dan tangisnya. 

" Pindahkan dia ke ruang pribadi.  Lalukan pemeriksaan terbaik untuknya. Jangan sampai terjadi apa apa pada Gulf." Suppasit menekankan pada Dokter Hawee. Dokter Hawee menunduk. 

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang