14.

646 75 3
                                    

Kanawut perlahan membuka matanya lemah.
Pandangan nya masih kabur dan terasa berat.
Sinar matahari mencoba masuk dari sisi jendela kamar.
Dipandang nya langit kamar. 'Ah.. Aku dirumah..' gumamnya dalam hati.

Kaki nya tidak bisa bergerak. Ada rasa ngilu di lutut kirinya.

Kanawut menyingkap kan selimut yang menutupi separuh badannya. Ada gips yang membungkus kaki kirinya.
Pantas saja dia tidak bisa bergerak.

Mae masuk kedalam kamarnya dan menyadari Kanawut sudah terbangun.
"Astaga nak. Kau sudah bangun.." Mae meletakkan bawaanya diatas meja dan segera menghampiri Kanawut.

"Aku kenapa Mae? " Kanawut mencoba duduk. Mae membantu nya memperbaiki duduknya.

"Tidak apa apa nak. Aku bersyukur kau masih membuka matamu. Apakah kau ingat sesuatu?"

"Ya aku ingat aku terjatuh di pinggiran gedung. Dan aku mendengar Pawat datang. Setelah itu aku tidak ingat apa apa."

"Tak apa nak. Kau memang tak sadarkan diri. Ini sudah minggu ke dua. Aku hampir putus asa..." Mae menangis. Kanawut ingin memeluk Mae. Tapi selang infus menghalang.

"Dua minggu?" Kanawut tak percaya

"Ya dua minggu. Tapi Jimmy bilang kau tidak koma. Kau hanya tidur. Sebab terkadang kau bermimpi nak. Menangis dan kadang kau juga tersenyum." Cerita Mae.

Kanawut mengulum bibir bawahnya.
Matanya sebenarnya mencari cari seseorang.

"Dia tidak pernah datang. " Seolah tau apa yang Kanawut cari. Mae menjawab.

"Bahkan dia tidak menjawab telepon kami. Dia mengabaikan kami." Tambah Mae lagi. Tangannya meraih handuk yang direndam di air hangat. Mulai menyeka tubuh Kanawut.

"Kemana dia?"

"Saat malam kau dibawa kerumah sakit. Kami tau dia di kondo. Tapi dia memantikan ponselnya. Lalu setelah itu dia pergi ke London. Bersama Tul. Sampai saat ini dia tidak kembali. "

"Apakah kalian tidak memberi tahu Tul? "

"Tidak.. Pho melarang. Kalau memang dia perduli padamu. Dia akan mencarimu sendiri. Bahkan sampai kau hampir mati. Dia tidak perduli. Kurasa sudah cukup aku memberinya kesempatan."
Air mata Mae menetes.

"Mae. Kurasa phi Mew punya alasan sendiri. Kita tunggu sampai dia kembali. Aku juga salah. Sebelum nya phi Mew sudah melarangku untuk ikut dengan Lee. Tapi aku merasa semua tidak masalah. Ternyata ini yang terjadi" Kanawut menenangkan Mae.

"Kenapa kau masih saja membela nya Gulf?" Mata anaknya di tenungnya dalam.

"Mae. Kau tau kalau aku mencintai nya lebih dari diriku sendiri."

Bola mata Mae membesar.

"Kau mengingatnya?"

Kanawut mengangguk.

"Aku ingat dia. Kurasa memang benar aku melupakan nya karena rasa sakit dihatiku. Mae. Tapi Semangkin aku lebih melupakan nya. Hatiku malah semangkin sakit. Tidak bisa Mae. Apapun yang dia lakukan padaku. Aku bisa Terima." Suara kanawut memohon.

"Meskipun dia tidak mencintaimu?"

"Dia mencintaiku Mae. Kita lihat saja apa yang akan dia lakukan setelah ini."

" Kau punya rencana apa Gulf?"

"Rencana yang tidak akan dia lupakan dalam hidupnya karena menyia nyiakan ku." Kanawut penuh keyakinan.

"Lalu apa yang kau buat pada Lee. Setelah yang semua yang terjadi padamu."

"Sekarang aku hanya ingin memulihkan keadaanku. Setelah keadaan lebih baik. Satu persatu aku selesaikan. Termasuk masalah Lin.. Akan ku cari tau sendiri. Apa hubungan Phi Mew dengan Lin." Kanawut bicara penuh keyakinan.

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang