Malamnya, Nath sudah berada di atas motor Jere untuk menuju ke kost cowok itu. Jadi malam ini, ayah dan bundanya Nath sedang menghadiri perjamuan bisnis. Nath sudah hafal di luar kepala jika acara itu pasti akan selesai tengah malam. Jadilah, ketimbang di rumah sendirian, ia meminta Jere untuk menjemputnya dan membiarkannya main di kost-an pacarnya itu terlebih dulu.
Jere jelas mengiyakan, selain sulit berkata tidak pada Nath, jika dipikir-pikir waktu seperti ini tidak sering datang. Maka dari itu, harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Singkatnya, Jere numpang modus.
Nath menyunggingkan senyum ketika motor Jere berbelok di minimarket, padahal dia belum minta.
"Hehe, tau aja mau jajan," Cengir si manis.
"Kamu mah apa sih, kalo enggak jajan?"
Keduanya masuk dan mulai memilah berbagai makanan ringan hingga minuman. Nath sekarang berdiri diam di depan rak mie, menimbang-nimbang untuk mengambil satu atau tidak.
"Naa, dicariin juga." Panggil Jere kala menemukan pacarnya setelah sekian waktu dicarinya.
"Kakak, boleh enggak beli ramyeon Korea?" Pinta si manis dengan wajah memelas.
"Yang pedes pedes itu? Jangan ah, Na. Nanti batuk, tenggorokannya sakit, perutnya juga sak—"
"Aaaa tapi mauuu. Yaa kakak yaa? Aku makan ginian terakhir tuh tahun lalu tauuu, kangen banget sama rasanya. Boleh, please?"
"Pedes, Naa. Kalo ada yang manis mah boleh boleh aja."
"Ih, aku disuruh makan yang manis mulu nanti kalo akunya diabetes gimanaa,"
Jere mendegus lalu menarik gemas hidung yang lebih muda, membuat empunya cemberut total.
"Yaudah kalo enggak boleh, gantinya seblak. Yaa boleh kan?"
"Apalagi itu. Skip berat. Kamu baru... Tiga hari ya? Tiga hari lalu kan, abis makan seblak? Mana pedes banget lagi. Kali ini, no."
"Ih kakak maaah, yaudah makanya bolehin aku beli ramyeon! Nggak pedes banget kokkk nanti kalo pedes banget biar dimakan kakak, iya kan?"
"Yeee dasar,"
"Yaaa boleh yaaa yaaa yaaa?" Nath terus memaksa yang lebih tua sembari menarik-narik lengan jaketnya.
"Yaudah dah, ambil dahhh."
"Yesssss! Hehehe."
"Nyengir deh tuh, awas nanti nangis kepedesan."
Yang disahut tidak mempedulikan, hanya berlalu menuju rak jajanan lainnya. Membuat Jere hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya.
Selesai belanja, keduanya langsung menuju kost Jere. Suasananya tidak terlalu sepi, tidak ramai juga. Di area kost hanya ada empat pemuda yang terlihat sedang mengurus motor, entahlah, urusan lelaki. Eksistensi pasangan ini tidak dipedulikan, maka Jere menggandeng Nath untuk langsung masuk ke kamar kostnya. Pintu kamar ditutup tanpa dikunci, lalu keduanya duduk di lantai.
Nath dengan semangat membuka kantong plastik yang penuh dengan jajanan itu. Yang pertama ia ambil ialah cookies coklat kesukaannya. Sedangkan Jere mulai membuka laptopnya, sembari membenarkan letak kacamata di atas hidungnya.
"Kakak mulai nugas ya, Nana kalo merasa dicuekin jangan cemberut sama ngambek aja, ditegur kakaknya, okay?"
"Iyaaa okaaay." Sahutnya asal dengan mulut penuh makanan dan handphone yang sudah diotak-atiknya.
Di tengah keasyikan scroll instagramnya, Nath tiba-tiba teringat pemikiran hiperbolanya tadi pagi yang masih belum selesai. Pas sekali ia sedang berdua dengan Jere, namun jika ia bertanya sekarang, takutnya akan mengganggu Jere yang terlihat begitu sibuk dengan pekerjaan di laptopnya.
Nath memilih mengulur waktu sebentar sembari memilih pertanyaan apa yang kiranya bisa membuatnya mengetahui isi hati Jere sebenarnya.
Menit berlalu, otot-otot lengan Jere mulai dilemaskan. Ia mengambil beberapa jajanan di sekitar Nath, mencomotnya asal. Nath yang merasa dapat kesempatan lalu duduk mendekat.
"Eh, kakak kakak," panggilnya.
"Hm? Kenapa? Mau apa?" Sahut Jere tanpa melihat sang pacar, masih menatap laptop di depannya.
"Itu, aku mau nanya random, abis scroll tiktok jadi penasaran sesuatu."
"Hemm, iya terus? Mau nanya apa?"
"Itu, kakak kan pernah cerita, mantannya kakak ada... berapa ya, 3? 4?"
"Dih, tiba-tiba?"
"Ih, jawab ajaaa."
"Iya, 4. Kenapa nanya-nanya? Terakhir kali kamu nanyain mantan kakak gara-gara cemburu, sekarang cemburu juga? Gara-gara apa deh, perasaan kakak nggak ngapa-ngapain," cerocos Jere tanpa sadar.
"Ih enggaaa, diem dulu. Engga cemburu tauuu, cuma pengen tau ajaa."
"Iya apaa yang mau kamu tau haaa?"
"Itu, mantan-mantan kakak tuh sepantaran sama kakak gitu ngga sih atau ada yang lebih muda gitu, kayak aku?"
"Ohhh. Enggak kok, mantan-mantan kakak dulu lebih tua di atas kakak semua,"
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Bon Chocolate | NOMIN✅
Fanfiction[END] Selama ini, Jere selalu memilih untuk memiliki pasangan yang lebih tua darinya. Alasannya, lebih dewasa maka lebih sehat hubungan yang dijalani. Jadi, ketika dia akhirnya menjalin hubungan dengan anak kelas dua SMA, sedangkan dirinya adalah ma...