Boleeeh sambil play lagunya yaa,
Tulus - Jangan Cintai Aku Apa AdanyaSudah memasuki hari-hari normal dimana Nath sekarang sudah berada di kelas 12. Bahkan baru permulaan, ia sudah dihadapkan dengan berbagai macam les, bimbel, kalender try out, dan segala macamnya yang membuat sesak.
Seperti sekarang, hari sudah mulai petang ketika ia berada dalam mobil Jere. Ia baru pulang dari sekolah dan Jere menjemputnya. Dirinya bersandar total akibat kelelahan, akibat seharian dihadapkan dengan materi, tugas dan soal.
Ia memandang ke jendela, lalu tak lama dilihatnya titik-titik air yang menempel di sana.
"Hujan juga akhirnya. Untung kakak bawa mobil,"
Nath merespon dengan gumaman, lalu memilih untuk bermain-main dengan embun kaca mobil. Membentuk hati, hingga dibubuhi huruf N dan J di sana.
"Mau lagu indo aja dong, kak. Bosen banget mau nyanyi," pintanya.
Jere lantas meraih handphonenya dimana Spotify tersambung ke tape mobil. Tangannya bergerak mengganti yang semula memutar lagu Troye Sivan menjadi lagu Tulus.
Ia asal mengklik playlist teratas milik penyanyi papan atas tersebut, lalu memencet tombol shuffle.
Dan ternyata, lagu jatuh pada judul Jangan Cintai Aku Apa Adanya.
Hampir semua orang mengenal Tulus dan lagu-lagunya, termasuk kedua sejoli yang berada di dalam mobil ini. Apalagi lagu ini cukup populer, hingga Nath bisa mengikuti liriknya dari awal melodi mengalun.
Tak sulit mendapatkanmu
Karena sejak lama kau pun mengincarku
Tak perlu lama lama tak perlu banyak tenaga
Ini terasa mudahKau terima semua kurangku
Kau tak pernah marah bila ku salah
Kau selalu memuji apapun hasil tanganku
Yang tidak jarang payahPikiran yang lebih muda dibawa melayang. Lirik lagu ini membuatnya merekam ulang dan mencerminkannya pada dirinya sendiri dan Jere.
Bagaimana keduanya menjalin hubungan dengan cukup mudah, tanpa rintangan berarti, cukup dengan mengerti satu sama lain.
Lalu bagaimana Jere memberinya beribu kasih dan sayang, memujanya tinggi-tinggi dan bersedia menyerukan sepenuh jiwa bahwa dirinya adalah yang terbaik.
Bagaimana pula Jere dengan segala sikap kedewasaannya, mampu menerima dan membimbing segala sikapnya yang masih terbawa arus remaja.
Dan bagaimana Jere melakukan semua untuk dirinya tanpa meminta balas, tanpa menuntut satu lain hal padanya.
Jangan cintai aku apa adanya jangan
Tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depanBenar, harusnya ada tuntutan dalam sebuah hubungan.
Menerima satu sama lain apa adanya memang dasar dari hubungan, namun hubungan itu juga perlu diisi dengan tuntutan dari keduanya agar bisa maju.
Lalu, apa ia dan Jere begitu?
"Na? Kenapa diem aja?"
Nath menoleh ke si penanya, "Enggak... Lagi mendalami lagu aja..."
Jere tersenyum tipis, "Kenapa emang, lagunya?"
Nath menghela napas sebelum membalas,
"Lagunya kerasa bener banget, ya. Sebuah hubungan emang perlu didasari oleh rasa saling menerima kekurangan masing-masing pasangan. Tapi seiring berjalannya hubungan, juga perlu ada tuntutan-tuntutan biar kita nggak disitu-situ aja. Biar kita maju, iya kan?"
Wow... "Emm.. iya, bener."
"Kalo kita.....?"
"Hm? Kita kenapa?"
"Kita.. Kalo aku inget-inget lagi, kenapa kakak nggak pernah minta sesuatu, atau nuntut sesuatu dari aku? Kakak selalu terima sikapku yang suka kekanakan, sering bangeeeet ngalah, terus aku ngelakuin hal yang biasa aja, bahkan saat aku gagal pun, kakak bilang aku udah hebat. Kenapa kakak nggak minta aku buat jadi yang terbaik, gitu?"
Jere terkekeh lirih mendengarkan segala perkataan Nath.
Berakhirnya hari, hujan, dan rasa bosan di tengah kemacetan ditambah lagu Tulus ternyata berdampak besar, ya...
"Emm.. gini. Mungkin, kamu yang perlu inget-inget lagi. Semua yang kamu sebutin itu, ada porsinya, Na. Misal yang pertama tadi, sikapmu yang suka kekanakan. Memang, iya bener. Sikap kamu yang menjalin hubungan dengan yang lebih tua itu, menumbuhkan rasa manja, yang kamu bisa bilang itu kekanakan. Nggak apa, wajar. Kakak juga nggak apa-apa, malah suka, gemes. Asal ada porsinya, nggak melulu kakak ladeni sikap kekanakan kamu. Kadang, kalau kamu udah mulai nakal, bandel, kakak marahin kan? Setelah itu apa? Kamu bakal minta maaf, nyesel, dan berusaha buat nggak ngulangin lagi. Itu juga termasuk tuntutan, Na.. Tuntutan yang akan muncul sendirinya ketika kamu sadar dan mengerti kalau kamu perlu berubah, perlu maju, perlu jadi lebih dewasa.
- Lalu, untuk kamu yang kalau ngelakuin hal biasa aja, atau gagal, justru kakak kasih apresiasi. Kakak bilang hebat, kakak bilang kamu udah ngelakuin yang terbaik. Maaf, ya, kalau itu bikin kamu merasa kalau kakak nggak bisa dorong kamu. Karena kakak cuma nggak mau kamu terpuruk dalam kegagalan, karena kakak tau juga, kamu bakal tumbuh lebih baik dengan sendirinya. Jadi, kakak cuma bisa beri semangat, dan kasih tau kalau kamu hebat, kamu terbaik...
- Jadi, kakak minta maaf semisal kakak kurang nuntut apa-apa dari kamu dan cenderung buat kamu stuck disitu-situ aja. Maaf, karena maksud kakak bukan begitu. Kakak cuma pengen kamu nyaman aja, sebagai diri kamu sendiri, karena kakak percaya kamu bisa menjadi yang terbaik versi kamu sendiri."
Nath masih terdiam di tempatnya ketika Jere menyelesaikan segala perkataannya. Entah pikirannya masih melayang atau bagaimana, anak itu masih tak bersuara hingga beberapa saat.
".... Kakak, seberapa percaya sama aku?"
"Hm? Percaya, dalam hal apa?"
"Semuanya."
"100%. Kakak percaya sepenuhnya ke kamu."
Nath kemudian menoleh menatap Jere tepat pada matanya, sedikit tarikan muncul di bibirnya.
"Kalau gitu, itu sama aja tuntutan buat aku, kan? Aku yang bisa capai semua yang aku mampu sesuai kepercayaan kakak, itu bisa aku sebut tuntutan, kan?"
Senyum lebar muncul di wajah Jere, ia mengangguk kemudian, "Iya. Bener. Kamu bisa anggap begitu. Tapi-" telunjuknya mencolek ujung hidung Nath gemas, "Jangan jadiin itu tinggi-tinggi. Jangan anggap kakak patok ekspektasi tinggi ke kamu, dan kamu harus berhasil semuanya. Enggak, ya, sayang? Secukupnya. Semuanya ada porsinya masing-masing, ingat?"
"Huum. Ingat. Ngerti, kakak."
Kemudian, Jere bawa telapaknya mengusak surai Nath.
"Kalau aku, aku banyak nuntut ya, dari kakak?"
"Hmm... Enggak, tuh? Belum pernah nuntut kakak buat beliin kamu rumah mewah 7 milyar, kan? Berarti nggak banyak nuntut,"
Nath dibuat tergelak, ia menepuk lengan Jere. "Ihh nggak gituu jugaaa,"
"Hahaha, yaudah. Nana udah lega kan, dari jawaban kakak?"
"Mhm... Iyaa, makasih banyaak kakk. Maaf aku nyebelin yaa hari ini?"
"Hahaha enggak, kok. Kakak ngerti, kamu hari ini abis les apa aja sih, emang? Kok kayak capek banget gitu,"
"Fisika. Aku pusiiiiing banget, mau jadi kodok aja gausah sekolah."
"Oalaaah hahaha, fisika toh," Pantes capek banget sampe pikirannya kusut, batin Jere.
"Yaudah, kakak kasih reward karena hari ini menguras tenaga, kakak jajanin happy meal, deal?"
"Aaaa mauuuu."
Jere pun tak bisa mengacak gemas surai yang terkasihnya itu.
---
halow lagi eheheh
besok bon bon chocolate end btw eheheh <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Bon Chocolate | NOMIN✅
Fanfic[END] Selama ini, Jere selalu memilih untuk memiliki pasangan yang lebih tua darinya. Alasannya, lebih dewasa maka lebih sehat hubungan yang dijalani. Jadi, ketika dia akhirnya menjalin hubungan dengan anak kelas dua SMA, sedangkan dirinya adalah ma...