Sesuai janjinya kemarin, Jere pagi-pagi sekali sudah nangkring di depan rumah Nath. Si manis pun sempat dibuat kaget apalagi melihat penampilan si kakak yang tidak seperti biasanya. Seperti terlihat— errr, lebih ganteng dari biasanya? Entahlah, atau mungkin itu hanya perasaan Nath saja.
Keduanya menyempatkan untuk sarapan berdua di warung bubur ayam, baru setelahnya menuju sekolah Nath. Sekolah memang sedang bebas karena masa-masa sehabis ujian hanya digunakan untuk pembagian nilai atau remidi, serta persiapan classmeeting yang akan dilaksanakan lusa.
Motor Jere akhirnya berhenti di depan gerbang sekolah, Nath pun segera turun dan melepas helmnya. Baru akan tersenyum manis sebagai perpisahan pada sang kekasih, kegiatannya terjeda akibat seruan heboh yang datang tiba-tiba.
"Eeeeeyy, itu tuh yang pulang bareng kemareeen, ciat ciat ciaaat!!"
"Eh Lex Alex, itu tuh siapa tuh yang baru dateng tuh, EAAAAAA."
"Eitt si Nath, nggak berangkat bareng sama ayang lagi? Eeeeett,"
Ya ini lagi diantar sama ayang!!!
Nath yang mendengarnya hanya meringis hambar menatap Jere. Yang ditatap hanya menunjukkan pandangan datar membuat Nath pun tak bisa berkata apa-apa, ia pun harus segera masuk.
Huh, lihat saja. Anak-anak iseng tadi memang teman-teman sekelasnya, akan Nath pukul pakai sapu satu-satu nanti mereka.
Nath pun akhirnya pamit pada Jere seperti biasa, yang untungnya dibalas Jere seperti biasa pula, tidak terlihat cuek. Nath jadi sedikit lega dibuatnya.
———
Bel pulang akhirnya mempersilahkan para siswa untuk pulang, menjadi sebuah kelegaan sendiri untuk Nath. Karena kelakuan setan teman-teman kelasnya tadi yang sepanjang hari membuatnya kepikiran apakah Jere marah kepadanya.
Si manis pun tersenyum kala mendapat pesan dari yang sedang dipikirkannya, katanya ia sudah berada di depan gerbang, maka Nath pun segera bergegas mengemasi barangnya.
Hingga akhirnya ia sampai di samping motor Jere, ia menyapa dengan senyuman terbaiknya, lalu dibalas pula dengan senyuman sabit milik Jere.
"Yuk, naik. Mau mam apa jajan aja?"
"Aku tadi udah makan siomay di kantin, mau jajan ajaa deh,"
"Yaudah kalo gitu. Tapi nanti malem wajib makan nasi, oke? No mie."
"Okeeee kakakkkk siap!"
"Okay. Kalo gitu ini keman—"
"EH NATH, DIAJAK ALEX PULANG BARENG LAGI TUH, AWOWKWOWKOWKWK."
———
Nath mau badmood pun rasanya tidak bisa. Karena hal pertama yang harus ia lakukan adalah membujuk kekasihnya itu agar menghentikan sikap cuek bebeknya.
Ia menghela napas lelah. Sumpah, padahal ia di kelas tadi pun sudah memarahi habis-habisan anak-anak itu, bahkan ia pun juga bilang bahwa Jere— yang mengantarnya tadi, adalah pacarnya. Namun nampaknya itu hanya angin lalu. Ya nyatanya, mereka dengan santainya justru mengulangi ledekan-ledekan menyebalkan itu di depan Jere.
Hhhhh. Ya sudah lah, besok benar-benar akan Nath lakban satu-satu mulut mereka. Yang terpenting saat ini adalah mencairkan suasana hati Jere dulu.
"Kakaaaak, eumm.. kakakku sayaaang, jangan marah dong yaaa kakak yaaaa? Kak Jere ganteng banget deh, Harry Styles aja kalah, hehee."
Beberapa kalimatnya yang dibuat selucu dan seimut mungkin pun belum mampu mencairkan mode es Jere.
"Kakakkuu sayaaang, aku tuh tadi udah marahin merekaaa biar nggak ledekin aku lagiii sama Alex huhuhu, merekanya emang nakal banget jahiiiil, kan bukan salah aku ih kakakkkk jangan ngambek ke akuu donggg,"
Namun Jere tetap mengabaikannya.
Mereka sedang duduk berhadapan di sebuah cafe. Tak ada percakapan apa pun kecuali rengekan Nath untuk membujuk pacarnya itu.
"Ish, kakak mah. Orang bukan salah aku juga ih. Yaudah ah aku capek, nanti lagi aku bujukinnya," ujar Nath membalikkan keadaan, lalu dengan cemberut menyeruput ice latte-nya.
Jere pun balik menatap Nath.
'Yee kalo sendirinya ngambek berjam-jam, ini gua ngambek baru setengah jam udah capek sendiri dia, malah balik marah lagi.'
Begitulah isi hati Jere.
Namun ia tetap pada diamnya. Bukan apa-apa, memang ia tau kalau ini bukan salah Nath sama sekali, namun ia pun masih merasa cemburu namun pula tak bisa berbuat apa-apa. Maka ia hanya terus diam dari tadi, ya, sebagai peringatan ke Nath untuk tidak sekali-kali membuat Jere cemburu, karena ini lah akibatnya.
"Dah. Abis. Yuk kak, jajan darlung,"
Nath yang berkata seperti itu setelah menyeruput habis minuman miliknya. Kemudian bangkit dari duduknya seolah tidak terjadi apa-apa. Jere menatapnya bingung, namun tetap menuruti Nath.
Sesampainya mereka di parkiran, ketika hendak memakai helm, perhatian Nath teralihkan ke seberang cafe itu. Lalu sebuah ide terlintas di pikirannya.
Ia kemudian menarik Jere yang sedang mengaitkan helmnya, yang ditarik hanya bisa menatap bingung tanpa melawan. Jere menatap Nath yang lalu menunjuk sesuatu sambil tersenyum genit. Ia pun mengikuti arahnya dan menemukan sebuah kedai es krim di sana.
Ia pun hanya pasrah ditarik oleh tangan kecil itu.
"Yeeey ada es krim, hehe. Nah, karena kakak lagi marah, jangan marah-marah dong kakak. Nih, ada obatnya yang paling manjur. Es krim! Aku traktir es krim yaaa kakak yaaa biar marahnya mencairrr oke oke, yuk kita pesen dulu kakak mau rasa apa, coklat yaa apa vanilla apa strawberry apa mint choco atau matcha? Yuuuk sini sini,"
Jere hanya menurut, padahal ia juga tidak perlu es krim ketika sedang marah, tidak seperti Nath yang akan berhenti ngambek hanya karena satu cup es krim. Ya sudahlah.
"Eh,"
Nath seperti teringat sesuatu, membuatnya meringis sendiri lalu menatap Jere dengan memelas. Ia pun beringsut memeluk lengan Jere dengan manja.
"Hehe....." Ujarnya kecil.
"Kenapa?"
"Aku baru inget, uang aku abis soalnya seharian tadi jajan. Hehehehe."
"...." [Perasaan Jere nggak enak.]
".... Ini kakak bayarin dulu yaa es krimnya, tapi tetep aku yang traktir kok! Tapi kakak bayarin duluu nanti aku ganti,"
Jere menghela napas, lelah.
"Hehehehe, yaaa? kan udah sampe siniii tanggung banget, hehehehe. Es krim bisa naikin mood loh kak, biar kak Jere nggak marah-marah teruuuus."
Jere pun membalas dengan helaan pasrah.
"Tapi aku juga mau yaa kak, mau yang mint choco, pake topping chacha sama oreo yaaa hehehehehehe,"
Ya sudahlah.
Akhirnya yang terjadi pun, Jere membayar semua es krim tersebut. Tidak jadi ditraktir dan justru mentraktir diri sendiri dan orang lain.
Yah, mau diapakan juga ia tidak bisa marah kepada Nath, apalagi dengan segala tingkah lucunya itu.
Jere pun lalu ikut memakan es krimnya ketika melihat Nath yang juga tengah fokus melahap es krim di depannya, seolah tidak mau diganggu. Mungkin Nath benar, es krim bisa menghilangkan kadar marah-marah dalam dirinya, namun sepertinya es krim pun akan kalah dengan segala tingkah lucu Nath yang jauh lebih ampuh menghilangkan semua marah dalam dirinya.
———
dikit bgttt ckckck.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Bon Chocolate | NOMIN✅
Fanfiction[END] Selama ini, Jere selalu memilih untuk memiliki pasangan yang lebih tua darinya. Alasannya, lebih dewasa maka lebih sehat hubungan yang dijalani. Jadi, ketika dia akhirnya menjalin hubungan dengan anak kelas dua SMA, sedangkan dirinya adalah ma...