Nyanyaa💕
Mauuuu mau dijemput kakakkk
Eh kelas aku mau masuk lagi aaaa bye byeJere mengunci ponselnya setelah membaca chat dari Nath, ia masih di selasar kampus untuk menuju ke sekre hima. Utamanya, hendak memaki si ketua pelaksana yang seenaknya meminta revisi laporan tadi pagi.
"Eh, Jer." Sapa Arjun, dibalasnya dengan sapaan tak bersuara. Jere lalu melangkah masuk lebih jauh, menemukan dua sahabat karibnya tengah duduk sila berhadapan dengan handphone mode landscape di masing-masing genggaman.
"Jancooook, Vin! Yang bener kek, kalo main."
"Sabar gobloook"
Luca dan Marvin, dua pemuda itu merupakan teman karib Jere dari SMA. Jere yang sebelumnya tidak ingin terlalu dekat dengan teman mana pun akhirnya terpaksa menjalin persahabatan yang kuat ketika bertemu kedua lelaki itu.
"Eh Ca, liat si Alpin kagak lu?" Tanya Jere.
"Hah apa kagak bentar aduh anjingggg, kagak Jer. Belum dateng keknya tuh bocah," jawab Luca asal.
"Yadah bilang ntar kalo bocahnya kesini, laporan kemaren gua garap ntar malem, remuk gua anying. Cabut gua," tangkas Jere.
"Lahhh buru-buru amat mo ngapa lu?" Tanya Marvin.
"Jemput bini,"
"Anyinggg masih bocil udah dikata bini bini aje lu Jereee,"
"Ya itu dahh, dah ya cabut." Pamit Jere.
"Yoi salamin buat si gemes, suruh bales chat Abang Luca nanti dikasih donat dua kotak gitu,"
"Matamu." Tandas Jere.
—
Jere memarkirkan motor PCX putihnya di area depan sekolah Nath, helmnya tidak ia lepas lagian terlalu malas dan hari yang begitu terik. Jere menunggu sang pacar di atas motor, ah ya, Jere membayangkan bagaimana pacarnya yang pasti kesal nanti. Pasalnya, Nath sangat tidak suka jika dibonceng dengan motor ini, katanya nanti kaki kanannya di Sabang, kaki kirinya di Merauke. Hiperbola memang.
Dari lalu lalangnya siswa SMA berhamburan keluar gerbang, mata Jere akhirnya menangkap sosok yang ditunggunya. Nath melangkah dengan riang dan senyuman yang terpatri di wajahnya, memaksa Jere untuk ikut tersenyum dibuatnya.
Namun selang tiga meter mendekat, Nath lalu mengubah ekspresi wajahnya secepat angin. Jere terkekeh dibuatnya. Seperti dugaannya, pacar kecilnya itu pasti kesal karena ia membawa motor ini. Nath dengan muka cemberutnya —yang menurut Jere semakin menggemaskan, lalu melangkah dengan hentakan kecil-kecil dan berdiri tepat di hadapan Jere.
"Ih kakaaaak"
"Iyaaa halo jugaaa,"
"Ih kakak maaah kok pakenya motor iniii aku kan ngga sukaaa."
"Sinii duluu dipake helm-nya sayaang,"
Jere lalu memasangkan helm yang dibawanya ke kepala si manis, sambil terkekeh geli lantaran kekasihnya itu masih saja cemberut, lucu.
"Yuk, naik. Mau jajan dulu gaa?"
Masih dengan bibir cemberutnya, Nath mengangguk lemas, lalu menaiki motor Jere.
"Tuh kan, ngeselin ih kalo naik motor ini! Kakinya jadi pegeeeel,"
"Hahaha iyaa iyaa maaf, ini kakak jalan yaa kamu pegangan dongg."
Di jalan, tangan kiri Jere lepas dari stangnya dan bergerak menyentuh lutut sang pacar. Dielusnya disana, lalu mengarahkan kepala sedikit ke belakang.
"Kemarin waktu kakak pulang ke rumah, pas jam 7 mau pulang itu malah motornya dibawa bang Jero, mana nggak izin lagi. Pas kakak telfon bilangnya motor kakak dibawa nongkrong, pulangnya malem. Yaudah deh, kakak terpaksa bawa motor ini."
"Bang Jero nakal..." Lirih Nath.
"Hahaha iya bener yang, marahin gih."
"Nggak berani, nanti aku dimarahin balik." Ujar Nath dengan bibir mengerucut.
"Nggak, lah. Kalo kamu dimarahin Bang Jero nanti aku marahin balik dianya. Eh, kok jadi main marah-marahan gini yaaa hahaha."
Nath lantas mengeratkan pelukannya ke tubuh Jere, menyandarkan kepalanya di bahu yang lebih tua.
"Kakak aku mau jajan greentea choco,"
"Iyaa, mau yang dimana? Di situ depan BRI mau nggak?"
"Iya mauu. Di deketnya juga ada cimol sama molen, aku mau jugaa."
"Hahaha okeee leggoooo, pegangaaan!"
Motor PCX putih itu melaju membelah jalanan, mengantarkan senyum Jere dan Nath di sore hari yang walau melelahkan, namun jika ada kehadiran satu sama lain, rasa lelah pun hilang seketika.
—
Luca
(Sohibnya Jere)Marvin
(Sohibnya Jere)Jerome Aliensky
(Bang Jero, kakaknya Jere)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Bon Chocolate | NOMIN✅
Fanfiction[END] Selama ini, Jere selalu memilih untuk memiliki pasangan yang lebih tua darinya. Alasannya, lebih dewasa maka lebih sehat hubungan yang dijalani. Jadi, ketika dia akhirnya menjalin hubungan dengan anak kelas dua SMA, sedangkan dirinya adalah ma...