17. Pasar Malam

3.2K 304 11
                                    

Di malam Minggu penuh bintang ini, Nath disibukkan dengan berbagai pakaian yang berserakan di kamarnya. Ia perlu bersiap sebaik mungkin karena kali ini, Jere mengajaknya mengunjungi pasar malam.

Nath sendiri sudah lama tidak mengunjungi tempat semacam itu, terakhir kali mungkin pada tahun akhirnya di SMP. Selebihnya, ia dan kedua sahabatnya lebih sering mengunjungi timezone atau mall.

"Nanaaa, cepetan siap-siapnya udah belum? Kasian Kak Jere-nya nunggu lama inii!"

Itu suara teriakan sang bunda, membuat Nath bergegas merapikan penampilannya sekali lagi.

Langkah gegas membawanya turun, lalu ia menemukan sang ayah, bunda, beserta sang pacar sedang duduk bersama sembari mengobrol di ruang tamu.

"Tuuuh akhirnya turun juga, kamu dandan mau ke pasar malem apa mau manten, sih? Lama banget?" Protes sang bunda.

"Iiih aku nyari bajunya lama tauuu, bunda sih naruhnya di tempat yang susah aku temuin," elak Nath.

"Laaah kok jadi salahnya bunda?"

"Heeeh, udah udah kenapa malah jadi berantem," lerai ayah Nath. "Itu, Na. Kak Jere-nya udah nunggu dari tadi. Gih, berangkat. Keburu kemaleman,"

"Iya, yuk? Udah siap kan?" Tanya Jere yang diangguki Nath.

"Yaudah, kalian hati-hati yaa di jalan. Sama di sana, adek jangan lari-lari, jangan misah dari kakaknya, jangan ilang, oke? Kamu nih kebiasaan kalo lagi di tempat umum suka mencar sendiri," pesan sang ayah.

"Iyaaa, ayaah."

"Pinter. Uang sakunya tadi, udah dibawa?"

"Udaaah!"

"Heem, tapi nggak boleh jajan manis, es sama yang berminyak banyak-banyak, ya? Nanti sakit gigi, terus radang lagi." Giliran sang bunda berpesan.

"Ih, terus jajan apa dong, kan emang adanya itu?"

"Yaa pokoknya jangan kebanyakan aja, udah ih kamu mah kalo dibilangin jawaaaab terus,"

Nath cemberut dibuatnya, sedangkan Jere terkekeh tanpa suara menyaksikan perdebatan keluarga tersebut.

Setelah berpamitan, kedua sejoli tersebut bergegas menuju tempat tujuan. Senyuman manis tak luput sedetik pun dari wajah Nath, lengannya melingkar sempurna di pinggang Jere, jemarinya menggenggam erat jaket yang lebih tua itu.

Motor Jere melaju membelah petang, hingga keduanya sampai di pasar malam yang dimaksud. Pasar malam ini hanya dibuka pada Sabtu malam atau Minggu malam, namun tentunya Sabtu malam— seperti saat ini, keadaan lebih ramai.

Bisa Nath lihat dari tempat parkir mereka sekarang, ramainya suasana di dalam sana. Ia juga dapat melihat bianglala yang berukuran besar dari tempatnya berdiri, membuatnya bertekad akan menaiki wahana tersebut malam ini.

Nath dengan semangat menggandeng Jere yang baru saja melepas helmnya. Ia membawa yang lebih tua untuk masuk ke area pasar malam dengan bersemangat.

"Hati-hati sayaang, jangan lari-lari ini rame, nanti jatoh." Peringatnya.

Mata Nath berbinar ketika menangkap berbagai stand jajanan yang ada di sana. Rasanya semua yang ia lihat sekarang ingin dibelinya.

"Eitsss, inget kata bunda? Es sama goreng-gorengan jangan banyak-banyak, oke?"

"Aaaa tapi jajanannya enak-enak,"

"Yaudah mau apa dulu, asal jangan gorengan dulu lah. Sosis bakar itu, mau? Apa kebab? Tuh disana,"

"Mau semua!"

"Yeee dasar si embul,"

Setelah mendapat jajanan di tangannya, Nath lalu berjalan dengan riang. Hingga ia menemukan sebuah stand kemudian menarik-narik jaket Jere dengan heboh.

Bon Bon Chocolate | NOMIN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang