04. Latihan Dari Ayah

1.5K 364 794
                                    

"Saya sebagai pembaca cerita Tarigan, berjanji dengan sepenuh hati akan selalu memberikan vote setiap saat membaca cerita ini, sekian..."

Hayoloh udah janji,😁✌

Hehehe. Happy reading all❤

°°°°
📌

Vote dulu ya;)

○○》《○○




Pukul 5.30 WIB

Hari minggu pagi ketika Tristan masih setia menggulung dirinya di atas kasur dengan selimut kesayangannya yang bermotif astronomi, warna hitam. Satu cerita kalau Tristan ini sangat menyukai hal-hal yang menyangkut astronomi, sampai di ujung dinding kamarnya terdapat lukisan astronot yang dirinya lukis sendiri di dindingnya langsung. Butuh waktu 2 hari untuk Tristan menyelesaikan itu, karena ukurannya hampir sama besar dengan manusia aslinya.

Menyukai astronomi dimulai ketika Tristan masih kelas 6 sekolah dasar, disaat mata pelajaran IPA pada bab terakhir terdapat banyak penjelasan mengenai dunia luar angkasa. Dari mulai 8 jenis planet, ciri-cirinya, revolusi dan rotasi bumi, benda-benda langit dan masih banyak lagi.

Dari situ pikiran Tristan dibuat bertanya-tanya dengan apa yang sesungguhnya ada di atas sana. Apalagi serial kartun Upin & Ipin yang sering ia tonton semakin menambah perhaluannya tentang luar angkasa, membuat Tristan ingin menjadi astronot.

Dimana sejak saat itu Tristan mempelajari banyak hal mengenai dunia luar angkasa, sampai ketika ujian IPA dengan mata bab 'sistem tata surya' Tristan mendapat nilai 95. Namun kenyataannya menjadi astronot hanyalah angan-angan masa kecilnya Tristan. Karena begitu dewasa, Tristan paham kalau menjadi astronot tidak semudah yang dirinya pikir.

Lupakan soal astronomi, karena impian itu sudah Tristan kubur dalam-dalam.

"Tristan bangun."

Untuk tiba-tiba Tristan terkejut dengan adanya pukulan kecil di bagian pantatnya, sedetik kemudian dalam sekelibat selimut yang semula menutupi tubuhnya terbuka begitu saja.

Pelan-pelan dia membuka matanya dalam keadaan masih sangat mengantuk, lalu mendapati ayah berada di sana, duduk pada pinggiran kasur dimana ada sedikit sisa dari bagian yang ditidurinya.

"Ayah, tadi Tristan udah salat subuh kok." decaknya malas, dan kembali menarik selimut yang sempat ayah singkirkan tadi.

Tristan ini orang yang tidak luput dari tidur lagi sehabis salat subuh, mau itu waktunya pada saat hari libur ataupun bukan. Pada intinya rasa kantuk setelah waktu subuh itu satu godaan yang sulit dihindari. Cuman bedanya kalau waktu sekolah, Tristan selalu pasang alarm di ponselnya, lumayan kan biarpun itu hanya 10 sampai 15 menit. Dan itu artinya ketika waktu libur seperti sekarang, baru deh Tristan puas-puasin tuh tidur sampai bisa-bisa waktu bangunnya paling cepat jam 9 an, atau kalau lagi kebo banget zuhut baru bangun. Itu pun bakalan kena omel bunda.

Plakk!

Kali ini pukulan yang dirasakan di pantatnya jauh lebih keras dibandingkan yang awal. Membuat Tristan dalam sekejap mengubah posisinya menjadi setengah duduk.

"Bangun Tristan. Kita olahraga pagi sama kaka."

Padahal setengah sadar, tapi dalam otaknya Tristan masih sempat berpikir pasal, sudah sangat lama ayah tidak mengajak olahraga pagi seperti ini. Terakhir kali itu mungkin sekitar sebulan yang lalu, dimana itu pun sekalian kerja bakti untuk bersihin halaman rumah. Padahal hampir setiap hari ayah bilang, kalau Tristan berjalan sengaja di seret-seret katanya, "Harus rajin olahraga kamu Tan, biar kalau jalan gak nyapuin lantai kayak gitu." Dan alih-alih mengiyakan, Tristan malah balas dengan berkata. "Seminggu sekali Tristan olahraha yah. Kan di sekolah ada mapel pendidikan jasmani." Gak salah sih sebenarnya, tapi itu beda konteks.

[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang