13. Sketsa Wajah

739 175 667
                                    

Halo readers👋

Sebelumnya maafkan aku baru up lagi. Selain habis sibuk marathon drakor extraordinary attorney woo sama big mouth. Aku juga baru banget sembuh dari sakit huhu🤧

Awalnya mau up lusa, tapi aku tahu nunggu itu gak enak jadinya gak jadi:")

Ogeyyy dehh.. Happy reading all💙

○○●●○○

📌

Vote dulu ya;)

Setelah 2 hari ini kota Jakarta terus-terusan di guyur hujan, tapi pagi ini di hari sabtu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah 2 hari ini kota Jakarta terus-terusan di guyur hujan, tapi pagi ini di hari sabtu. Diluar dugaan langit justru membentang cerah sampai ke penjuru. Burung-burung berkicauan riang terdengar dari atap rumah bapak Septio saling sahut-menyahut, mungkin sebatas merayakan cuaca yang kian lama kian membaik seperti awal mula. Setelah berhari-hari ini mendung, sesungguhnya langit cerah lah yang mereka nanti-nantikan.

Pernah dengar kata-kata. Setelah mendung akan ada cerah, setelah badai ada pelangi, setelah gelap ada terang?

Jovan tidak begitu yakin kalau ironisnya kata-kata itu benar atau tidaknya. Tetapi jauh dalam hati dia berharap setidaknya suatu saat nanti entah kapan itu, Jovan bisa percaya kata-kata itu. Terutama akan adanya 'terang' setelah 'gelap'.

Waktu pagi hampir memasuki siang, Jovanka Adidava Tarigan, begitu ratap sejak beberapa menit sebelumnya meraba-raba deretan buku-buku yang berjejer rapih pada rak dari kayu di pojok kamar. 10 buku, 15 buku bahkan lebih dari itu. Dia hampir tidak ingat jelas, berapa banyak jumlah buku yang pernah dirinya baca juga berapa banyak jumlah buku yang menderet rapih pada rak bukunya.

Sampai pada pertengahan diantara deretan semua buku, pergerakan tangan Jovan berhenti pada satu judul buku yang sedikit timbul sehingga bisa dia rasakan dari sentuhannya. Lalu berkali-kali Jovan merabanya, sambil mengingat-ngingat judul buku yang tengah dipegangnya itu.

Mungkin dalam hatinya dia ingat atau masih menebak-nebak, tapi entah kenapa refleks sudut bibirnya terangkat kemudian tangannya bergerak untuk meraih buku tadi. Dimulai dengan meraba-raba covernya, begitu relaks sampai matanya pun refleks memejam, dimana senyumannya semakin kentara kala pria itu membuka lembar-perlembar buku dengan gerak cepat dan seolah ada angin dari sana, dia menikmati harum yang dihasilkan.

Aroma buku..

Tidak sampai satu detik. Seolah angin bergerak begitu cepat sampai buku dalam genggamannya jatuh begitu saja, beradu dengan lantai. Tanpa Jovan sadar, kalau suaranya berhasil membangunkan Tristan yang saat itu masih tidur pulas. Bahkan rasa terkejut membuat anak itu tidak sempat mengumpulkan nyama dahulu, dari kasur Tristan langsung tunggang langgang seperti orang mabuk mencari-cari titik suara.

"Kak..!!"

Dugh!!

Jovanka meringis, diam-diam menahan tawanya sebisa mungkin karena nasib malang menimpa Tristan detik itu, menabrak tembok sedetik sebelum sampai pada kamarnya. Beberapa detik lagi setelah suara aduan tembok dengan kepalanya Tristan, hening tidak ada tambahan suara memekik dari adiknya atau suara teriakan setidaknya.

[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang