12. Rangkaian Ingatan Masa Lalu

820 182 766
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya. Biarpun cuman 1 atau 2 komen, tapi itu berarti banget apalagi vote.

Happy Reading All💙

📌

Biasakan harus vote dulu;)

Di part ini bakalan aku jelasin hubungan Tristan sama Anya yang sesungguhnya itu seperti apa dan sedikit masa lalunya Jovan dan Tristan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di part ini bakalan aku jelasin hubungan Tristan sama Anya yang sesungguhnya itu seperti apa dan sedikit masa lalunya Jovan dan Tristan. Jadi baca pelan-pelan yaww💙

○○●●○○


Melihat bagaimana rumput-rumput liar memenuhi tempat ini, Anya baru sadar sudah lama dia tidak merenung disini. Walaupun 3 hari yang lalu dia mampir hanya untuk menjemur sepatu, tapi tidak sampai memperhatikan begitu jeli kalau tempat ini sudah banyak berubah rupanya. Halaman belakang rumah yang menyediakan lahan kosong menyisakan satu tempat paling nyaman di atas rerumputan, juga di bawah pohon tabebuya yang bunga-bunga kuningnya mekar lebih banyak dari pada sebelumnya, sebagian juga sudah berjatuhan di atas tanah.

"Tapi kak Jovan gapapa kan?" selagi matanya menerawang jauh rumput-rumput tinggi yang di terpa angin, dia berpikir demikian.

"Gapapa. Tapi dapet tiga jahitan." entah kenapa Tristan terkekeh kecil, padahal sama sekali tidak ada yang lucu.

"Ya ampun," perempuan itu menelan ludah, mendadak lesu.

Angin dingin sore itu tanpa sadar membawa aroma parfum Tristan masuk ke dalam indra penciumannya tanpa permisi, sehingga gak ada alasan untuk seorang Anya tidak terpancing hanya untuk menoleh, memperhatikan hidung mancungnya Tristan dari samping.

Kemudian keduanya terhenyak dalam hening kala dua pasang netra itu bertemu, saling menatap cukup lama. Dari dua bola mata itu, Anya seakan menyelaminya dengan gerak lambat. Mencari sisi salah Tristan tapi alih-alih dapat, yang dia lihat justru hanya siratan ketulusan, seolah-olah seperti yang sudah-sudah bahwa kesalahan Tristan akan selalu Anya anggap sebagai angin lalu.

"Nya, marah ya?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Tristan, sebagai pemecah hening.

"Enggak."

Hening sebentar. "Kalau emang marah bilang marah Nya, jangan malah enggak." lelaki itu terkekeh kecil namun lebih ke mencoba mencairkan suasana, kontras dengan Anya yang justru langsung cemberut.

"Apaan si?! Emang enggak kok."

Disaat Anya membuang pandangan ke bawah pada sepasang sepatunya, Tristan dengan sengaja malah melongok-longok seakan tidak percaya dan ingin memastikan lebih dalam lagi.

"Bohong, kan?"

Sengaja Anya memasang mimik datarnya, ketika wajah Tristan nongol dari bawah karena dia menunduk. Tetapi sejujurnya jauh dalam hati, gadis itu susah payah menahan tawanya agar tidak pecah saat ini juga. Ya setidaknya sebagai cewek Anya juga mau jaim dulu, supaya kayak di film-film gitu barangkali.

[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang