11. Salah Lagi

785 189 708
                                    

Annyeong yeoreobun👋 sebelumnya maafkan aku karena gak sesuai omongan kemaren, sengaja aku up nya nunggu 3 ribu readers dulu hehe.

Btw makasih 3 ribu readersnya... sayang kalian semua❤

📌

Vote dulu ya;)

Happy Reading all💙Part ini lebih banyak narasi🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading all💙
Part ini lebih banyak narasi🙏

○○●●○○

Walaupun jalanan ibu kota sore itu cukup kosong, tapi Aruna seperti begitu ikhlas-ikhlas saja membiarkan motornya berjalan lambat, sementara Haikal yang semula laju motornya samping-sampingan dengan dia kini tak terlihat lagi jejak anak itu. Mungkin si Aruna tertinggal jauh, lagipun Aruna tahu betul kalau cara bawa motornya Haikal itu kebut-kebutan, dan gak pernah lewatin andalan salip menyalip jikalau jalanan lagi ramai atau macet misalnya. Pernah suatu hari Aruna sekali-kalinya dan itupun tidak mau lagi, dia numpang di motornya Haikal itupun saat itu niatnya cuman mau ke tukang photocopian, dimana Aruna gak henti-henti merapalkan doa selama perjalanan karena rasanya seperti akan diajak mati oleh teman laknatnya itu.

Motor Aruna berhenti buat sesaat di warung kecil pinggir jalan, untuk sebatas beli le minerale. Karena sejak sepulangnya dari rumah Juna tadi, entah kenapa Aruna rasa tenggorokannya gatal, gak jarang selama perjalanan tadi dia terus batuk-batuk kecil. Pikirnya si, mungkin akibat kebanyakan makan kuaci di rumah Juna tadi.

Ya gimana, jujur soalnya Aruna itu penyuka kuaci apalagi kalau itu kuaci rebo.

Begitu menyerahkan selembar uang lima ribu rupiah pada ibu-ibu pemilik warung, lelaki itu diam sejenak samping-sampingan dengan motornya yang terparkir rapih di pinggir jalan. Sambil tak henti matanya fokus memperhatikan jalanan di depan sana, dalam sekali putar tangannya membuka tutup botol le minerale tadi kemudian meneguknya sampai hanya menyisakan setengah.

Diam-diam dalam pikirannya pria itu tidak paham dengan jalanan Jakarta yang biasanya selalu padat, tapi sore ini bahkan jarak antar kendaraan yang lewat terlampau cukup jauh, padahal biasanya saking padatnya ibu kota jarak antara kendaraan bisa hanya sebatas dua jengkal, akibatnya majunya pun sedikit-sedikit. Entah perkara hujan yang sejak tadi pagi mengguyur ibu kota, atau mungkin ada sebab lain, dia tidak tahu betulnya.

Niat awal ingin langsung menghabiskan setengahnya lagi, tapi tiba-tiba saja gerakannya dibuat berhenti. Matanya menilik, mengikuti gerakan pengendara motor yang baru saja lewat. Tristan?

Aruna pikir barusan dia salah lihat, tapi begitu matanya mengerjap beberapa kali kemudian menoleh penuh, memperhatikan terutama pada plat nomor motor tadi. Aruna mengangguk yakin, kalau itu benar Tristan. Jauh dalam pikiran pria itu tahu kalau tujuan Tristan berbeda arah dengannya tadi, karena niat akan menjemput Anya dulu, tetapi melihat Tristan baru saja lewat seorang diri, pikiran Aruna mendadak dibuat tidak paham.

[✔]Tomorrow•Esok Tak Pernah DatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang