Setelah itu, mereka berlima mantap memutuskan untuk mengambil alih berkah Dewa merah milik Taehyun sembari terus-menerus berlatih mengasah kemampuan mereka.
Yeonjun selaku yang tertua diantara mereka berlima, bahkan sampai menyewa dan mendatangkan pelatih dari berbagai tempat untuk meningkatkan kemampuan secara efektif.
Namun hari-hari tenang mereka tidak berlangsung dengan lama. Dewa dan Dewi, khususnya orang tua Hueningkai dan Taehyun rupanya sudah menyiapkan rencana untuk mengusik ketenangan mereka berlima.
"Yeonjun, ada kabar buruk!!!" pekik Soobin seraya berlari dengan cepat masuk ke dalam aula tengah istana untuk menghampiri Yeonjun yang tengah duduk santai.
"Tenang dulu... Ambil napas! Ada apa??!!" tanya Yeonjun menenangkan Soobin yang masih terengah-engah.
"Aku tadi kan lagi keliling-keliling tuh sambil cek keadaan di pusat kota..." jelas Soobin yang masih menggantung. Dirinya masih menstabilkan deru napasnya.
Yeonjun langsung menganggukkan kepalanya pertanda mempersilahkan Soobin untuk melanjutkan bicara.
"Tapi saat aku baru sampai di sana... Pasar-pasar berantakan, ada banyak juga warga-warga yang sudah dalam keadaan tidak bernyawa tergeletak...."
"Serius?!?!"
"Serius lah dasar!! Kondisinya seperti seusai perang saja...."
Yeonjun awalnya masih belum bisa percaya dengan apa yang dikatakan orang di depannya ini, tapi ia tahu betul bahwa Soobin tidak akan membuat hal semacam ini sebagai bahan bercandaan.
Hal itu membuat rasa panik langsung menyelimuti pikirannya.
"Ayo kalau begitu kita cek lagi bareng..." ajak Yeonjun seraya berdiri dari duduknya yang masih mencoba untuk tidak ikut panik di hadapan Soobin.
"Tunggu kalian berdua berhenti!!" teriak Hueningkai yang tiba-tiba saja muncul dari lantai atas.
"Kai?! Kenapa??"
"Kak Yeonjun, aku rasa itu pasti ulah kedua orang tuaku... Maka dari itu untuk sekarang jangan pergi ke sana dulu tanpa persiapan... Bahaya kak," jelas Hueningkai takut-takut.
Soobin agak kaget mengetahuinya, "Yang benar, Kai??!"
Hueningkai hanya mengangguk pertanda membenarkan perkataan dari Soobin barusan, kemudian kembali membuka suara, "Dari pada itu, sekarang kak Taehyun dan kak Beomgyu ada di mana? Dari tadi aku cari-cari ga ada...."
"Di kamar ga ada?"
"Ga ada...."
Pikiran Yeonjun dan Soobin sudah kalang kabut. Namun karena tidak ingin membuat Hueningkai ikut panik, mereka tetap berusaha untuk terlihat tenang.
"Tenang dulu, kita cari di atas... Siapa tau ada..."
"Oke kak."
Mereka bertiga kemudian mulai mencari keberadaan Beomgyu dan Taehyun bersama. Mulai dari ruang makan, aula, kamar-kamar, balkon, lantai atas, dan lantai bawah sudah dicek mereka semua tanpa ada yang terlewat satu pun.
Namun Yeonjun, Soobin, dan Hueningkai masih belum juga menemukan mereka berdua.
"Jangan-jangan mereka sudah pergi ke pusat kota lebih dulu?!" ucap Hueningkai yang sudah menyerah mencari keberadaan dari kedua kakaknya tersebut.
Kali ini Soobin langsung menyahut, "Kalau benar begitu kita harus cepat-cepat menyusul mereka!!"
Setelah itu, mereka bertiga langsung berlari keluar untuk menyusul mereka.
"Kalian bertiga tunggu dulu!!!" teriak Taehyun tiba-tiba dari luar yang melihat Yeonjun, Soobin, dan Hueningkai berlari.
"Loh kalian?? Dari mana aja sih?!"
"Kalian sudah tau kan keadaan pusat kota? Kami juga baru mengecek keadaannya. Saat ini sudah lebih parah dari pada tadi..." jelas Beomgyu sedikit lesu dan murung.
"Benarkah...?"
"Iya...."
"Kalau begitu bukannya kita harus ke sana untuk menghentikannya?! Nanti keburu bertambah korban..." ajak Yeonjun yang menggebu-gebu.
Taehyun kemudian menyahut, "Tunggu dulu kak Yeonjun... Kita tidak bisa asal menyerang tanpa persiapan dan strategi!! Bisa-bisa malah kita juga ikut bernasib sama dengan mereka...."
"Benar... Nanti siapa yang akan menolong para warga jika kita juga tersingkir?" tambah Beomgyu membenarkan ucapan dari Taehyun barusan.
"Tapi aku tidak mau kehilangan lebih banyak para wargaku lagi!!"
"Tenang dulu. Kalau ingin menghentikan jatuhnya korban, itu berarti sama saja dengan harus mengalahkan Dewa dan Dewi selaku dalang dari semua ini bukan?" tutur Soobin menengahi mereka.
"Ya terus emang kenapa?!"
Taehyun kemudian menghela napasnya, "Bahaya kak!!"
"Kalau kamu tidak mau ikut membantu juga tidak apa-apa. Siapa juga yang memaksamu? Aku akan tetap pergi sendiri."
Soobin kembali menyahut, "Yeonjun tenanglah, Taehyun benar... Kita harus membuat persiapan terlebih dahulu."
"Terserah dengan kalian berempat jika ingin membuat rencana dulu, tapi yang pasti aku akan ke sana sekarang."
Taehyun kemudian hanya bisa menepuk dahinya, "Baiklah... Kami ikut, tapi jika dirasa keadaannya mulai berbahaya kita harus mundur kak."
"Yakin nih Taehyun?" tanya Beomgyu untuk memastikan.
"Ya mau bagaimana lagi kan..." timpal Hueningkai dengan senyum pasrah.
"Sebentar tunggu dulu... Setidaknya, kita harus membawa senjata bukan?" tutur Soobin merasa masih ada hal yang terlewatkan.
"Senjata ya... Kak busurmu masih bisa dikeluarkan bukan?" tanya Taehyun pada Beomgyu.
"Eh?? Oh iya, bisa kok."
Setelah itu, Beomgyu mengumpulkan energi dari berkah Raja miliknya untuk membuat sebuah busur yang cukup besar muncul dari dalamnya.
"Sejak kapan Beomgyu punya senjata seperti itu?" tanya Yeonjun yang merasa keheranan melihatnya.
Bukan Beomgyu yang menjawabnya, tapi Taehyun menjelaskan, "Ini warisan dari papa kak Beomgyu...."
Karena sepertinya itu adalah hal yang terlalu sensitif jika diulik lebih lanjut, Yeonjun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hueningkai kemudian membuka suara, "Kita pergi sekarang?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't We be Together? [TXT]
FanficMengisahkan tentang kebersamaan dari Yeonjun, Soobin, Beomgyu, Taehyun, dan Hueningkai yang terganggu akan masalah-masalah tidak terduga. Akankah mereka bisa untuk tetap saling mendukung satu sama lain? Dapatkah mereka merebut kembali kebersamaan ya...