Ujian akhir semester sudah semakin dekat. Tinggal beberapa minggu lagi waktu mereka tersisa untuk menghadapi ujian tersebut. Semakin hari tentu saja para mahasiswa juga semakin sibuk. Mereka melakukan segala kegiatan guna mempersiapkan ujian akhir semester agar lebih baik.
Ayra hari ini tidak ada kelas. Ia hanya pergi ke kampus untuk menyerahkan tugas. Suasana begitu ramai, Ayra bahkan belum bertemu dengan Kanaya.
Dari kejauhan Ayra melihat Alexio. Karena lelaki itu sendirian, Ayra memutuskan untuk menghampiri. Ada beberapa hal juga yang ingin Ayra tanyakan pada Alexio.
"Ale." Ayra sudah berada di hadapan Alexio. Lelaki tersebut tersenyum menatap Ayra. "Lo ke kampus, Ra? Kata Kanaya kalian gak ada kelas hari ini." Alexio sedikit bingung melihat kehadiran Ayra di wilayah kampus sore ini.
"Gua ada urusan bentar. Oh iya, lo udah ketemu Kanaya?" Tadi Alexio bilang Kanaya yang memberitahu. Berarti seharusnya lelaki itu sudah bertemu dengan Kanaya bukan?
Alexio menggelengkan kepala. "Gua belum ketemu hari ini. Kenapa?" Alexio saja baru selesai mengikuti kelas terakhir. Mana sempat ia bertemu dengan Kanaya.
"Ohh. Gua kira lo ketemu dia." Ayra ternyata salah mengira.
"Al, gua boleh ngomong sama lo?" Ayra meminta. Ia dengan seksama memperhatikan raut wajah Alexio yang nampak tengah berpikir.
"Boleh. Tentu." Alexio setuju. Ayra bernafas lega karena Alexio tidak keberatan dengan permintaannya.
Mereka berdua memutuskan untuk mengobrol di danau kampus. Kebetulan tempat tersebut tidak jauh dari tempat mereka berada. Dengan berdampingan Alexio dan Ayra jalan menuju danau.
Mereka telah sampai. Ayra memilih duduk di salah satu bangku begitupun dengan Alexio.
"Lo mau ngomong apa?" Alexio bertanya.
"Ngobrol ringan aja sama lo. Gak boleh emang?" Sebenarnya Ayra bingung harus mulai dari mana. Ia tidak pandai dalam membangun percakapan.
"Hahaha boleh. Tapi tadi ucapan lo kayak serius banget." Alexio tersenyum canggung.
"Lo sama Kanaya udah baikan?" Ayra mulai membicarakan tentang Kanaya.
"Emangnya kita pernah musuhan?"
"Kalian sempet jadi tom and jerry." Ayra kembali mengingatkan momen dimana Alexio dan Kanaya selalu beradu argumen. Tentu saja momen tersebut terjadi sesudah Kanaya tahu kalau Alexio ternyata mendekati dirinya, dan Alexio malah menyukai Ayra.
"Bener sih. Lo pake ngingetin segala." Alexio meringis. Ia tidak ingin rasanya kembali ke masa itu.
"Haha. Lucu tau gak lo berdua." Ayra tertawa pelan.
"Gua doang sih yang lucu. Kanaya enggak." Alexio menimpali. Mendengar hal tersebut tawa Ayra semakin keras. "Yakin nih?" Ia menatap Alexio geli.
"Seratus sepuluh persen." Alexio jadi ikut terkekeh melihat Ayra yang tertawa. Dalam pikiran Alexio, ia merasa iri pada Reza. Pasti menyenangkan bisa melihat senyum dan tawa Ayra setiap hari.
Alexio memang merasa iri, namun bukan berarti ia menginginkan posisi tersebut. Kalau dahulu mungkin iya, sekarang rasanya tidak. Alexio hanya sadar diri. Ia tidak mungkin mengharapkan lebih. Masih bisa berteman dengan Ayra saja sudah bersyukur.
"Tapi lo baik aja kan sama dia?" Ayra membawa kembali topik pembicaraan ke awal.
"Dia siapa?"
"Kanaya. Siapa lagi?"
"Baik. Kenapa lo nanyain Kanaya terus?" Tidak tahu ini hanya perasaan Alexio saja atau bukan, tetapi ia merasa kalau Ayra berusaha membicarakan mengenai Kanaya dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I believe? √
FanfictionAyrana Gladis adalah seorang mahasiswa baru introvert yang cukup sulit mencari teman. Tanpa disengaja dia menjalin hubungan dengan Kanaya Angelista, mahasiswa satu program studi dan satu fakultas dengannya. Kanaya mempunyai kepribadian yang berband...