Bab 8

671 111 2
                                    

Claire menyeka dahi yang berpeluh. Matanya menatap seisi kamar dengan waspada. Masih terbayang di benaknya orang-orang yang berlari mengikutinya seraya melempar banyak pisau padanya. Mengerikan.

Terasa seperti mimpi. Namun, terlalu nyata jika hanya sekedar ilusi.

Apakah tadi itu bunga-bunga tidur atau ingatan-ingatan Claire yang lama? Aku harus mencaritahunya.

Menyadari hari sudah malam, Claire membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelahnya, dia duduk di atas tempat tidur.

"Apa ini?" Kantong kertas dari Hugo dibukanya. Ternyata itu adalah sebuah kotak berisi telepon seluler keluaran terbaru.

"Wow, teleponnya jauh lebih bagus dibanding punyaku yang dulu! Ini keren!"

Dibukanya telepon itu, di dalamnya hanya terdapat satu kontak telepon saja. Bertuliskan Hugo disertai gambar hati. Dahi Claire mengerut karenanya.

"Apa-apaan ini?! Teleponnya terlihat baru, tapi kenapa sudah ada nomor telepon cowok gila itu?"

Claire langsung mengganti karakter gambarnya menjadi gambar wajah babi. "Nah, begini baru benar!"

Jari Claire yang akan menekan aplikasi kamera terhenti, matanya tidak sengaja menangkap aplikasi peta online. Dengan rasa ingin tahu yang besar, Claire mengetikkan nama kota yang pernah ditinggali olehnya dulu di kolom pencarian.

Namun, hasilnya nihil. Tidak ada kota itu di dalam petanya. Berkali-kali dicoba pun hasilnya tetap sama. Claire mengembuskan napas berat, itu berarti dirinya berada di dunia yang berbeda. Dia tidak bisa bertemu lagi dengan ayah dan ibunya.

Dada Claire menjadi sesak, seperti ada beban berat yang menimpanya. Claire membaringkan tubuhnya di tempat tidur, menarik selimut, lalu kembali memikirkan orang tuanya di kehidupan yang terdahulu.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Waktunya makan malam. Peraturan rumah yang mewajibkan makan malam bersama di meja makan membuat Claire mau tidak mau harus mengikutinya, meskipun dalam suasana hati yang kurang baik.

Di meja makan hanya ada Claire dan Caleb, duduk saling berseberangan. Tidak ada percakapan, hanya ada keheningan. Tidak saling tatap, walaupun banyak pertanyaan di benak keduanya yang menguap.

Tak lama, datanglah Charles dengan setelan kerjanya yang masih terlihat rapi. Dia duduk di kursi kepala keluarga dengan tegap. Masih dengan ekspresinya yang datar, dia bertanya ke mana perginya Hugo dan Draco.

"Aku tidak tahu, Ayah." Caleb yang menjawab.

"Hubungi mereka berdua!" titah Charles pada Caleb, lalu dia beralih pada Claire. "Kau bisa makan lebih dulu, Claire."

Di tempatnya, Claire mengangkat kedua alisnya. "Eh? Serius tidak apa-apa jika aku makan tanpa menunggu yang lain?"

Bukannya menjawab, Charles justru diam saja, kemudian meminum segelas air. Mengacuhkan pertanyaan dari Claire. Di seberangnya Caleb masih mencoba menelepon Hugo dan Draco beberapa kali.

Claire yang terabaikan menjadi kesal sendiri. Ya, terus abaikan saja aku, teruskan! Memang inilah tujuan hidupku, diabaikan.

"Baik Hugo maupun Draco, mereka tidak mengangkat teleponnya, Ayah."

Belum sempat Charles bereaksi, mereka bertiga dikejutkan dengan kedatangan Draco yang sebagian pakaiannya sudah bersimbah darah. Dia berjalan memasuki ruang makan seraya menyeka darah yang mengalir di dahinya.

Spontan Claire berdiri, menjauhi Draco yang mendekat. Tindakannya membuat gelas di dekatnya terjatuh, karena tidak sengaja tersenggol oleh tangannya. Tubuhnya bergetar ketakutan dengan ekspresi yang panik melihat keadaan Draco.

The New MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang