Bab 6

790 132 1
                                    

Setelah kepergian Hugo, bel pertanda dimulainya pembelajaran berbunyi. Satu per satu murid-murid yang berada di sekitar area parkiran pergi menuju kelas mereka masing-masing.

Jayden masih berdiri mematung di tempatnya, tidak bergerak sedikit pun. Matanya menatap awas lorong yang tadi dilewati oleh Hugo. "Keparat sialan!"

Dua orang laki-laki yang dari awal mengamati semuanya di sudut parkiran berjalan mendekati Jayden yang sedang memegang dadanya. Mereka berdua menatap penasaran laki-laki itu.

Salah satunya bertanya, "Ada urusan apa kau dengan Keluarga Reyes?"

"Diam dan pergilah!"

Dua laki-laki itu berdecak. Mengabaikan perintah Jayden, laki-laki bernama Terry kembali bertanya. "Aku penasaran, sejak kapan kau dekat dengan si patung berjalan? Sampai-sampai kau menyambut kembalinya dia ke sekolah dengan ramah tadi."

"Kalian tuli? Pergilah, belikan aku seragam baru!"

"Ck! Oke, baiklah. Kenapa pula ada rahasia di antara teman."

Menurut, mereka pergi tanpa banyak bertanya lagi. Meninggalkan Jayden seorang diri di area parkiran yang sudah sepi.

Dengan menggeram kesal Jayden melepas paksa dasi yang seakan-akan mencekik lehernya, melepas jas dan mencampakkannya ke tanah.

Jayden menghirup udara sebanyak mungkin, lalu tertawa kecil. "Berani sekali kau mengancamku, Hugo. Mari kita lihat, apa yang bisa kulakukan untukmu."

Amarah telah mengambil alih sepenuhnya. Namun, Jayden berusaha sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak menghabisi Hugo segera. Dia harus sabar, tidak boleh gegabah.

Tangannya membuka kancing kemeja satu demi satu, lantas melepas kemeja dengan kasar. Dia menekan luka tusukan pisau di dada dengan kemeja putihnya, supaya darah tidak mengalir kembali.

Angin pagi yang cukup dingin menerpa tubuh atletis Jayden bagian atas yang tidak mengenakan apa-apa. Amarah yang masih menyelimutinya membuat dia tidak merasa kedinginan, meskipun dia bertelanjang dada.

Setelah darahnya tidak mengalir lagi, Jayden melangkah pergi ke kelasnya. Kemeja putih yang sudah berlumuran darah dibuangnya ke tempat sampah.

Murid-murid perempuan yang berada di kelas menatap penuh minat dan memekik senang ketika Jayden berjalan di koridor, melewati ruang-ruang kelas yang heboh karena ulah sang pangeran sekolah.

"Aaaaaaaaa ... Pangeranku!"

"Aw, tubuhnya sangat menggoda!"

"Dia terlalu sempurna! Dia pasti bukan manusia!"

"Jayden, lihat sini!"

"Cuaca sedang dingin, kenapa dia tidak mengenakan seragamnya? Apa dia memberiku kode untuk memeluknya?"

Mereka berdiri dari kursinya masing-masing dan mendekat ke jendela kelas. Melupakan buku yang harus dibaca, soal-soal yang harus diisi, serta melupakan guru di kelasnya yang kebingungan.

Jayden yang bertelanjang dada kini menjadi titik fokus semua murid. Wajahnya yang rupawan tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Meski demikian, murid-murid perempuan dibuat gaduh karenanya. Sang pangeran sekolah sedang menunjukkan pesonanya sekarang.

Menggigit bibir, menggigit jari, menarik rambut, menggoyang-goyangkan tubuh temannya, memotret, semua murid histeris melihat perut Jayden yang berotot.

Langkah Jayden di koridor terhenti saat matanya menangkap sosok yang selalu berada di pikirannya. Mengulas senyum menawannya, dia mengedipkan sebelah matanya.

Claire yang ditatap melebarkan matanya. Terkejut. Dia segera memutuskan kontak mata dengan laki-laki itu, lanjut membaca bukunya.

Matanya cacingan, ya? Aku tidak boleh menatap matanya, nanti tertular!

The New MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang