Roda terus berputar selama tiga puluh menit lamanya. Melesat cepat seperti kilat. Waktu pun terus berlalu diiringi dengan debaran hati yang bertalu-talu.
Sebuah stasiun pengisian bahan bakar yang sudah terbengkalai berada tepat di hadapan mereka. Tak terlihat siapapun di sana. Lampu jalan berkedip-kedip, lalu mati kemudian.
Di antara siulan angin dini hari, terdengar suara papan besi yang lepas sebelah dari rantai. Suara papan besi yang tertiup angin tersebut terdengar menakutkan.
"Kenapa kau bawa aku ke sini? A-aku mau pulang."
Draco mematikan mesin mobilnya. Tanpa melihat Claire, Draco berkata, "Keluar!"
Claire menggelengkan kepalanya. Rasa panik mulai melandanya. "Tidak! Aku tidak mau! Kau gila, ya?!"
"Kubilang KELUAR!"
Air mata Claire berderai. "Draco kumohon jangan perlakukan aku begini, kumohon."
Dengan cepat Draco keluar dari mobil, lantas menarik keluar paksa Claire hingga perempuan tersebut terjerembab ke tanah.
Tak peduli dengan keadaan Claire, Draco bergegas menyalakan mesin mobil. Meninggalkan perempuan itu yang berteriak memanggilnya di sela tangisannya.
Tempurung lututnya yang terluka serta kurangnya tenaga membuat dirinya tidak bisa mengejar Draco. Dia menarik rambutnya kesal.
"Hiks ... sialan, dasar iblis!"
Mengusap jejak air mata di pipinya, Claire melirik ke sekeliling arah dengan takut-takut. Tidak ada tanda-tanda makhluk hidup di sana. Hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi di sekeliling stasiun pengisian bahan bakar itu.
Kakinya yang tidak mengenakan alas kaki bergerak memasuki wilayah stasiun pengisian bahan bakar dengan tertatih-tatih. Belum jauh dia melangkah ...
Greb!
Tiba-tiba seseorang menarik lengannya memasuki suatu bangunan yang sudah tidak ada pintunya.
"Aaaa ... lepas! Siapa ka-Hugo?!"
Claire berhenti memberontak. Matanya berkedip-kedip, memastikan bahwa di depannya sungguhan Hugo. Tanpa menunggu lama dia memeluk Hugo. "Syukurlah ada kau Hugo. Aku takut ditinggal di sini sendirian."
Hugo hanya bergeming, tidak membalas pelukan Claire. "Bukankah seharusnya sekarang ini kau berada di atas tempat tidurmu, Claire?"
"Mm-itu ... itu ...."
Hugo menatap Claire tajam. "Kau tidak mematuhi perkataanku."
Tubuh Claire kaku. "M-maaf, aku tidak bermaksud begitu." Dia langsung melepaskan pelukannya dan melangkah mundur perlahan.
"Terima saja konsekuensinya."
Tanpa banyak kata Hugo berjalan keluar bangunan. Claire berusaha berlari mengejarnya. "Maaf, maafkan aku Hugo."
Laki-laki berambut cokelat gelap itu terus berjalan menelusuri jalanan. Di belakangnya Claire mengejarnya dengan tertatih-tatih. Berusaha agar tidak tertinggal.
"Hugo, tunggu! Tolong jangan tinggalkan aku, aku takut."
Hugo masih berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Salah satu tangannya membetulkan letak dasi yang miring. Rupanya lelaki itu masih mengenakan seragam sekolah.
"Kau tahu Claire, menurut para pakar sifat-sifat manusia itu dapat berubah," Hugo berbalik menghadap Claire, "tapi setelah melihatmu, aku percaya bahwa teori tersebut salah. Sifat-sifatmu tidak berubah, tidak terpengaruh dengan berbagai macam hal," lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The New Me
General FictionSeorang perempuan bernama Agatha, sosok yang periang dan hangat tiba-tiba saja bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang psikopat! Berhasilkah Agatha melalui hari-harinya dengan berada di tengah-tengah keluarga psikopat yang sialnya semuanya berwajah r...