"Bagaimana menurutmu?"
Tiffany menatap Claire dengan kagum. Claire terlihat menawan saat mengenakan gaun hitam. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Gaun hitam di atas lutut itu melekat dengan sempurna di tubuhnya.
Gaun tersebut dibeli di pusat perbelanjaan kota saat pulang sekolah. Claire membelinya atas saran dari Tiffany. Perempuan berambut hitam itu memiliki selera yang bagus.
Selain itu, Claire juga membeli sepatu hak tinggi dan sebuah jaket kulit setengah badan untuk menyempurnakan penampilannya.
Claire mengibaskan rambut cokelat gelapnya dengan elegan. Di bagian ujung rambutnya dibuat bergelombang dengan indahnya. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna hitam terpasang di kedua kaki jenjang Claire.
"Wow! Apakah kau ini seorang malaikat, Claire?!" Tiffany memutari Claire, lalu duduk di atas tempat tidurnya. "Aku tidak berbohong, kau terlihat sangat cantik!"
"Terima kasih, kau juga terlihat sangat cantik! Tapi malaikat? Apa kau bercanda? Malaikat apa yang mengenakan gaun hitam." Claire tertawa kecil.
Perempuan yang mengenakan gaun hitam dengan bagian bahunya yang terbuka itu ikut tertawa seraya menatap Claire. "Malaikat pencabut nyawa."
"Ah, ada-ada saja kau ini." Claire memakai jaket kulit setengah badan berwarna merah tua sebagai sentuhan akhir.
Tiffany bangkit dari duduknya, lalu dia mengambil sebuah tas kecil di atas meja rias. Kini, keduanya telah siap untuk pergi ke pesta.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar Tiffany dibuka setelah Tiffany bersuara. Seorang wanita yang terlihat masih muda berdiri di ambang pintu dengan senyuman yang cerah. Dia adalah ibunya Tiffany.
"Wah! Apakah aku tidak salah lihat? Bagaimana bisa ada dua bidadari yang sangat cantik di dalam kamar anakku?"
Dengan kompak Claire dan Tiffany tertawa geli. "Hentikan, Ibu! Itu terdengar menggelikan."
"Baiklah, baiklah." Julissa menghentikan tawanya. Kemudian, raut wajahnya menjadi serius. Namun, sama sekali tidak terlihat menyeramkan. "Ingat! Saat tengah malam, kalian harus sudah kembali ke rumah. Tidak ada sesi negosiasi!"
Claire dan Tiffany saling melirik, lalu keduanya menjawab, "Aye, aye, Captain!"
✁ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?"
Seorang perempuan dengan gaun berwarna biru tua itu mengangguk. "Semuanya sudah siap. Kau tenang saja, Alexa. Rencanamu akan berjalan dengan lancar."
"Kau tidak perlu khawatir, Alexa. Kau fokus saja pada pesta ulangtahun-mu, biarkan kami yang melakukan sisanya," ujar seorang perempuan yang mengenakan gaun berwarna hijau emerald.
Alexa mengibaskan rambut pirangnya, tersenyum puas. "Bagus! Pastikan Claire tidak berkutik. Kalian boleh melakukan improvisasi, tapi jangan sampai merusak pestaku!"
Kedua perempuan itu memekik tertahan. Mereka tentu saja sangat senang, mereka tidak sabar menunggu waktu eksekusi tiba. "Kau tenang saja, Alexa."
Alexa mengangkat dagunya. Dengan perasaan yang senang, dia melangkah keluar dari ujung taman belakang rumahnya yang diikuti oleh kedua teman dekatnya.
Seorang laki-laki keluar dari tempat persembunyiannya. Dia membersihkan daun-daun kecil yang hinggap di atas kepalanya. Pakaian yang hitam, serta kurangnya penerangan membuat dirinya tidak terlihat saat tidak sengaja menguping tadi.
Mata laki-laki itu terus mengawasi tiga perempuan yang dikenalnya sudah pergi menjauh. "Rencana di dalam rencana? Menarik."
Dia berjalan ke halaman depan rumah Alexa dengan langkah yang santai, berbaur dengan tamu-tamu undangan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Me
General FictionSeorang perempuan bernama Agatha, sosok yang periang dan hangat tiba-tiba saja bertransmigrasi ke dalam tubuh seorang psikopat! Berhasilkah Agatha melalui hari-harinya dengan berada di tengah-tengah keluarga psikopat yang sialnya semuanya berwajah r...