Bab 5

835 127 0
                                    

"Dia sudah bangun dari komanya satu minggu yang lalu."

Sebuah dokumen dilempar ke meja bundar oleh seorang pria yang mengenakan mantel. Dia ikut duduk di hadapan seorang pemuda yang sedang menghisap sebatang rokok.

"Dia juga akan mulai masuk sekolah esok hari."

Ruangan yang minim cahaya itu hanya berisikan sebuah meja dan dua kursi kayu. Di salah satu dinding tertempel dartboard dengan sebuah foto seorang perempuan yang berada di tengah-tengahnya, tertancap oleh anak panah.

Mengembuskan asap rokok perlahan, pemuda itu melirik si pria sekilas. "Seminggu yang lalu? Bukankah informasi ini sudah basi?"

"Kau meminta informasi yang lengkap. Memangnya kau pikir mudah menggali informasi tentang Keluarga Reyes? Aku bertaruh nyawa untuk itu."

Pemuda itu melempar sebuah amplop cokelat ke atas meja. "Ambil uangmu, dan pergilah dari sini!"

Diperiksanya dokumen yang berisikan informasi-informasi penting seseorang oleh pemuda itu, setelah kepergian orang suruhannya.

"Lupa ingatan, huh?"

Rambut pirangnya yang terkena sinar lampu tampak berkilauan. Pemuda itu menyeringai lebar saat membaca bait demi bait yang tertera di lembaran kertas yang berada di tangannya.

"Bagaimana bisa kau melupakan kenangan indah kita? Tenang saja, Claire. Aku akan membantumu mengingat semuanya."

Pemuda itu menghisap kembali rokoknya, lalu mengembuskan asapnya perlahan. "Bagaimanapun caranya, kau harus bertanggungjawab atas perbuatannmu, Jill Claire Reyes."

✁ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Kursi-kursi di meja makan sudah terisi oleh empat laki-laki berbeda usia.

Keempatnya sudah menunggu dari lima belas menit yang lalu. Menunggu seseorang yang memiliki peran penting di keluarga mereka.

"Di mana dia? Kenapa lama sekali, sih?" Draco yang bosan menunggu akhirnya bertanya.

Caleb meliriknya. "Kalau begitu, kau panggil dia."

"Malas sekali!"

Hugo yang berada di seberang meja terdiam, matanya terus melirik ke arah tangga yang terhubung dengan lantai dua. Sedari tadi dia menahan dirinya untuk pergi ke kamar Claire.

Laki-laki itu harus menahan perasaan terlarangnya saat ada sang ayah di rumah. Charles tidak boleh tahu mengenai itu. Dia tidak ingin Charles mengacaukan rencananya.

"Panggil dia di kamarnya!"

Satu-dua menit kemudian, suasana ruang makan masih hening. Tidak ada yang beranjak berdiri, semuanya terdiam di tempatnya masing-masing.

Perintah dari Charles diabaikan oleh anak-anaknya. Berbagai macam alasan menahan mereka untuk tidak pergi.

Menghela napas pelan, Charles bangkit dari duduknya. "Aku tidak punya waktu untuk ini."

Charles pergi meninggalkan ruang makan dengan langkah tegapnya. Membenarkan letak dasinya, pria itu menaiki mobil. Ada tikus kecil yang harus segera dimusnahkan.

Setelah dipastikan Charles sudah pergi meninggalkan rumah, Hugo beranjak dari kursi. Langkahnya terhenti saat mendengar perintah dari kakak pertamanya.

"Tetap duduk di sana, Hugo! Pembicaraan kita semalam belum selesai."

Hugo menatap tajam pada Caleb, laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya. Yang ditatap justru menampilkan wajah datarnya, tidak peduli.

The New MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang