Stalker

1.5K 79 6
                                    

"Hhhhhhhh inihh. Yaaaaahhhh."

Desahan panjang itu terdengar lirih di kamar mandi apartement itu. Napas tersegal sembari menahan tubuhnya di dinding dengan tangan kanannya, sementara tangan kanannya masih berada di bawahnya.

Ini gila, sudah 5 bulan ini Mark benar benar tidak bisa mengontrol nafsunya. Sejak ia pindah ke apart baru lebih tepatnya.

Pelepasan yang ke 4. Gila. Malamnya benar-benar terganggu. Ia kehilangan banyak waktu istirahatnya.

Merasa lemas, Mark pun keluar dari kamar mandi setelah membersihkan apapun yang perlu di bersihkan. Baru saja Mark ingin mematikan lampu kamar mandi jika saja ia tidak melihat sesosok di depannya, dalam keadaan yang, ugh, sexy.

Salah satu kaki jenjangnya di taruh kedepan, sengaja menampilkan kaki ramping nan mulus yang sudah tentu polos tanpa tertutup apapun. Ah, ya, bagian atasnya tertutup kemeja putih yang cukup transparan. Sanggup untuk melihat puting di balik kemeja tipis itu jika di telaah lebih serius. Belum kancingnya yang di kancing asal, menampilkan bahu mulus dan tulang selangka yang menggoda. Leher jenjangnya sangat indah, dan pipinya tembab lucu. Tidak lupa rambut kecoklatannya tampak berantakkan.

Tebak, siapa yang tidak meneguk ludah sendiri saat di hadapkan manusia dengan keadaan seperti ini??? Kalian juga pasti tergoda.

"Aku-"

Suaranya begitu halus, lembut, juga lirih. Ah, ini gila. Bagai di surga.

"-minta maaf."

Mark terkekeh disitu. Ia sama sekali tidak peduli dengan topik pembicaraan lawannya. Ia lebih bersemangat untuk menyetubuhi tubuh sexy di hadapannya. Tanpa banyak bicara, Mark berjalan tergesa menghampiri nya, meraih pinggang ramping itu untuk di peluk dan mencium bibirnya kasar dan terburu buru.

"Emhhh ahhh."

Sosok yang ternyata lebih pendek darinya itu melenguh kuat begitu lidahnya di hisap kuat. Mark tidak tahan lagi, tangannya berpencar dari pinggang ke bagian atas dan bawah. Meremas bongkahan bokong dengan kuat sementara tangan lainnya sibuk menelusuri tulang punggung.

Lawannya mendesah kuat saat Mark melepas ciumannya dan menjilati leher jenjangnya, rasanya benar-benar haus. Sementara lawannya memberikan akses mudah untuk Mark menginvasi ceruknya. Kedua tangannya sibuk meremas surai hitam Mark dengan lembut. Langkahnya mundur seketika membuktikan seberapa semangat Mark akan tubuhnya, membiarkan punggungnya menabrak dinding di belakangnya membuatnya terhimpit dengan tubuh Mark.

"Aahhhhh pelanhh, kuhh mohonnhh."

Mark menghentikan kegiatannya seketika, menegakkan tubuhnya guna menatap lawannya dengan tatapan dalam penuh nafsu. Ia sedikit menunduk untuk menyamai lawannya, membuat sosok mungil di hadapannya mendongak dengan tatapan sayu dan napas yang terengah.

"Kau membuat ku gila, kau tahu??" Bisik Mark sembari mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap pipi tembam di hadapannya dengan sangat perlahan. Dan lawannya menutup kedua mata indahnya menikmati sentuhan Mark di pipinya.

"Aku tahu itu, aku minta maaf."

"Berhenti meminta maaf, Haechan."

"Aku minta maaf."

"Sssttttt." Mark menaruh jari telunjuknya di belah bibir Haechan, perlahan Mark terengah dan mulai menunduk hanya untuk menyandarkan kepalanya di bahu yang lebih pendek.

"Aku yang seharusnya meminta maaf, tolong jangan ganggu aku, Haechan." Bisik Mark dengan nada putus asa dan penyesalannya, tangannya berubah untuk memeluk erat tubuh Haechan.

"Terlambat........ Mark."

"Aku tahu itu."

"Aku minta maaf."

私達の物語 (Our Stories) ONESHOOT MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang