Meteor

834 45 0
                                    

Title: Meteor
Chapter: 1
Total Chapter: 2
Text: Indonesian
Date of Published: 15 Agst 23
Writter: Merinosheep
Editor: Merinosheep
Cover Design: Merinosheep

.



"Kak, besok katanya ada hujan meteor?? Berarti besok ke gereja dong kak??"

Mark terdiam karena berpikir atas ujaran adik sepupunya, otaknya merangkum semua berita yang sudah ia publish akhir-akhir ini.

"Kiamat kak!! Ayo kita memohon ampun, kok orang santai-santai aja sih??" Haechan menatap heran pada teman-teman seragam yang sama hingga orang lain yang sedang lewat di jalan raya, lalu perlahan kepala mungilnya mendongak menatap langit.

"Langit runtuh...." Bisiknya dengan bergetar ketakutan.

"Maksud kamu tuh berita hujan meteor nanti malem??" Tanya Mark yang akhirnya paham kemana maksud topik pembicaraan adik sepupunya, kepalanya ikut mendongak menatap langit.

Haechan mengangguk kecil, "Iya, Tuhan marah gegara manusia disini udah pada jauh dari Tuhan. Jadi, besok kiamat, liat deh kak udah tau besok kiamat, kenapa orang-orang gak ke gereja?? Kenapa masih biasa aja?? Bahkan kita masih biasa aja, apa kita juga udah jauh dari Tuhan??" Tanya nya sembari mengalihkan wajahnya untuk menatap kakak sepupunya.

"Jadi itu alasan kamu tadi pagi gak mau sekolah sampe nangis nangis malah mau ke gereja??" Mark merendahkan dirinya untuk mensejajarkan dengan adik sepupunya, meraih sisi bahu Haechan yang kecil itu agar menatap dirinya.

Perlahan kedua mata beruang Haechan menggenang air mata, bibir hatinya pun mulai mengerucut dan melengkung tanda siap menangis. Mark yang melihat hal itu hanya terkekeh, merasa gemas dengan adik sepupunya yang di luar nalar dalam menyimpulkan sesuatu.

"Ta-tapi, Mae malah marahin Echan.... Chan gak mau Mae sama Daddy matii...." Terang Haechan dengan isakan tangis.

Mark hanya tertawa mendengar ujaran Haechan. Tangannya pun meraih tangan kecil anak SD itu untuk menggenggam dua tusuk telur gulung yang tadi mereka beli. "Hujan meteor bukan berarti kiamat, dek."

"Ta-tapi, kata Kak Hendery, ki-kiamat...."

Ingin sekali Mark tertawa kuat sekuat-kuatnya karena ujaran Haechan yang sepertinya hasil dalam rangka pengusilan dari Hendery, kakak kandung Haechan.

"Kata Ka Hendery, besok langit runtuh makanya meteor turun, terus nabrak bumi. Kayak punahnya dinosuraus..."

"Dinosaurus dek." Koreksi Mark dengan gemas sembari menghapus air mata Haechan yang turun.

Haechan tampak tidak peduli dengan koreksian kakak sepupunya, tangan dinginnya ia gunakan untuk meraih tangan Mark yang berada di bahu untuk saling menggenggam tangannya di depan dadanya. Masih dengan dua tusuk telur gulungnya, perlahan Haechan memejamkan kedua matanya.

"Ya Tuhan.... maafkanlah kami.... ampunilah kami.... ha-hambaa juga takut..."

Mark menahan tawanya saat Haechan mengajaknya berdoa dengan serius. Hey, mereka berdoa di depan gerobak telur gulung!!!

"Ikutin kak.... jangan senyum-senyum." Haechan memarahi Mark, membuat Mark tertawa sebentar dan memilih mengalah untuk ikut berdoa. Belum mata beruang yang basah itu menatapnya tajam.

Mark menuruti suruhan adik sepupunya dengan ikut memejamkan kedua matanya, bersimpuh di hadapan Haechan dan menunduk berdoa. "Oke oke. Ya Tuhan, yang Maha Pengasih dan penguasa alam semesta, ampunilah dosa kami dan berikanlah kami keberkahan dalam menjalani hari, berkahilah kami dan berikanlah rasa syukur atas berkah mu. Amen."

"Amen, Bismillahhirahmanirahim, alhamdulilla-"

"Adek! Kita gak pake Al-Fatihah!"

"Emang iya?"

私達の物語 (Our Stories) ONESHOOT MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang