"Saudara Juna Ardikusuma, saya nikahkan Renata Ainayya Ninggara, putri kandung saya kepada engkau, dengan mas kawin emas 500 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
Juna mengeratkan tangannya yang menjabat tangan pak Yuno, menatap mata laki-laki paruh baya itu dalam, seolah dari matanya ada tanggung jawab yang besar yang hari ini akan ia pegang. Bukan menggantikan sosok ayah di hidup Renata tapi menjadi seorang suami yang menjaganya, mencintainya, menuntunnya, melindunginya, hingga tua dan tiada.
"Saya terima nikahnya putri kandung bapak Renata Ainayya Ninggara bin Yuno Atmaja, dengan mas kawin seperangkat alat solat dan emas 500 gram, dibayar tunai." Ucap juna dengan satu tarikan napas, semalaman dia tidak tidur karna takut gugup, takut salah kata, takut kalau-kalau ia lupa pelafalannya.
"Bagaimana saksi? Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah"
Juna menoleh pada Renata yang saat itu di minta menyalaminya, ada air mata yang juna lihat jatuh ke pipinya, Juna tau itu bukan air mata bahagia tapi ia berharap itu bukan sebuah luka. Semoga ia jatuh karna renata masih takut dan gamang dengan situasi diantara mereka, yang terlalu cepat dan tiba-tiba. Semoga air mata itu jatuh hanya karna ia masih belum menerima dunia baru yang tiba-tiba merubah hidupnya, statusnya, dan kehadiran Juna dihidupnya. Bukan karna kesedihan dan rasa sakit, Juna harap ia bisa segera membuat Renata terbiasa.
Kemarin malam mereka sempat bicara dari hati ke hati melalui telfon. Disana Renata jujur bahwa sampai hari ini belum ada perasaan cinta pada Juna, tentu saja juna sedih mendengarnya, saat ia yakin renata adalah orangnya, renata adalah wanita yang siap untuk ia cintai setiap hari namun gadis itu mengakui kalau ia tidak merasakan apa-apa padanya. Tapi juna tidak apa-apa, dia percaya kalau ia bisa membuat Renata jatuh cinta dengan semua kebaikan hatinya, ia akan membuat Renata menjadi istri yang paling bahagia, ia berjanji untuk setiap kebahagiaannya. Apapun seolah dia bisa memberikan segalanya untuk istrinya, karna Juna tau saat pertama kali melihat Renata di bandara ia telah jatuh cinta.
Mereka kemudian menandatangani surat-surat pernikahan diatas meja. Setelah doa penutup dan pembacaan ijab kabul yang sakral dilanjutkan dengan acara pesta pernikahan yang di hadiri kurang lebih 1000 undangan dari pihak Juna dan Renata. Acara pernikahan ternyata sangat melelahkan, itulah kenapa Juna yakin tidak ingin menikah dua kali karna menyalami setiap tamu dengan wajah yang ramah padahal sangat lelah dan berfoto ceria ternyata lebih melelahkan dari pada menerbangkan pesawat seharian non stop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh.
Fanfiction"Ren, boleh saya bertanya? apa yang membuat kamu nggak bisa ngeliat perjuangan saya? Apa karna saya terlalu buruk untuk dicintai atau karna dia terlalu indah untuk dilupain?" Ungkap Juna, pada istrinya. Renata menundukkan kepalanya menyembunyikan ai...