Jangan lupa vote dan comments ya
Jangan lupa follow akun ku juga:)Hujan cukup deras diluar, Juna membentangkan payung lalu membuka pintu mobil untuk istrinya, mendekap tubuh renata erat agar air hujan tidak jatuh di kepalanya. Setelah selesai dengan kepolisian Juna berinisiatif langsung kerumah sakit untuk mengetahui keadaan anak itu. Namun keterangan kepolisian yang mengatakan anak tersebut hanya patah kaki dan luka di bagian kepala ternyata salah, keadaan di rumah sakit benar-benar tidak kondusif, apalagi saat salah satu kerabat dari keluarganya mengenali renata. Seorang pria berbadan besar langsung menarik Ranata dengan kasar.
"Punya nyali juga lo datang ke sini, ha?!" Teriaknya. Juna yang tidak terima tentu mendorong tubuhnya hingga genggamannya pada renata terlepas
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya juna menggenggam tangan istrinya yang merah. Renata hanya menggeleng ketakutan
"Setelah lo nabrak anak gue, terus kabur gitu aja! Masih berani lo datang ke sini?!" Teriak bapak paru baya itu lagi, juna langsung menarik renata untuk berdiri dibelakangnya.
"Tenang dulu pak, kita omongin dulu baik-baik. Istri saya sama sekali nggak kabur, dia cuma ketakutan. Kami minta maaf sebesar-besarnya dan kami pasti bertanggung jawab apapun yang terjadi" jelas juna.
Begitulah cara juna selama ini menyelesaikan masalah. Dia tidak mau punya musuh di dunia ini, minta maaf adalah hal pertama yang akan ia ucapkan tidak peduli siapapun yang salah ia akan bersedia meminta maaf lebih dulu untuk menunjukkan perasaan saling menghargai antar manusia. Juna tidak suka bermusuhan dengan siapapun, baginya sekecil apapun masalah harus diselesaikan agar tidak menjadi beban pikiran.
Beberapa orang akan gengsi untuk meminta maaf, atau pun merasa kata maaf hanya diucapkan bagi yang merasa bersalah, bagi juna tidak begitu. Maaf adalah kata pertama yang selalu diucapkan orang dewasa yang lapang dada, bukan perkara salah dan benarnya seorang manusia.
"Ngomong baik-baik lo bilang?! Anak gue mata kanannya buta permanen anjing! Istri lo bisa nggak ngasih matanya buat gantiin mata anak gue?!" Gertak si bapak yang diduga ayah dari anak tersebut, menarik krah baju juna. Melihat itu para dokter, suster dan beberapa orang yang mengunjungi rumah sakit berusaha untuk menghentikannya.
"Pak udah, pak. Ini rumah sakit tolong jangan ribut disini"
Beberapa kerabatnya mencoba mengusap bahu sang bapak, terlihat beliau memang sangat tempramen dengan otot-otot besar yang keluar dari kiri-kanan lengannya.
"Gue pastiin istri lo dihukum seberat-beratnya kalau perlu mati di penjara!"
Juna hanya diam walaupun sebenarnya perkataan itu membuat kesabaranya diuji, tapi dia tidak mau terprovokasi, percuma juga meladeni seseorang yang tidak bisa mengendalikan emosinya
"Anak bapak yang tiba-tiba muncul dari dalam gang, saya berkendara normal kayak biasa, nggak ngebut tapi dia nggak liat kiri kanan langsung tiba-tiba nyebrang-" juna mengusap lengan renata, isyarat agar sang istri berhenti. Juna bisa melihat bapak itu langsung mengepal tangannya, matanya merah saat renata mencoba membeli diri
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh.
Fanfiction"Ren, boleh saya bertanya? apa yang membuat kamu nggak bisa ngeliat perjuangan saya? Apa karna saya terlalu buruk untuk dicintai atau karna dia terlalu indah untuk dilupain?" Ungkap Juna, pada istrinya. Renata menundukkan kepalanya menyembunyikan ai...