Jangan lupa vote dan comments
"Ma—" lirih juna.
Air mata dan tangisan yang jatuh di wajah sang ibu membuat juna ingin memukul dirinya sekuat-kuatnya. Ia benar-benar tidak tega melihatnya.
"Juna minta maaf ma, udah nyakitin mama sama perkataan juna" berkali-kali juna mengatakan maaf, sambil menunduk tak berani menatap mama yang menangis sambil mengusap dadanya.
"Mama yang salah, mama yang selalu nuntut semua hal ke kamu dari kamu kecil, mama selalu mendikte hidup kamu. Ini pasti karma buat mama. Mama nggak pernah menyangka dimata kamu dia jauh lebih penting dari mama—"
"Sama sekali juna nggak pernah berpikir seperti itu, ma" potong juna cepat. Tentu saja bukan seperti itu. Tidak ada siapapun yang bisa dibandingkan dengan mama jika itu perihal kasih sayang menurut juna, mama tentu saja tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapapun.
"Mama udah ngasih dia kesempatan dari awal tapi renata nggak pernah berusaha minta maaf, nggak pernah berusaha memperbaiki pernikahan kalian, memperbaiki hubungannya dengan keluarga kamu. Dia masih ngulang kesalahannya. Mama tau semuanya, jadi kamu nggak usah belain dia"
Juna menganggukan kepala "Mama nggak salah, semua yang mama tunjukin di foto-foto itu benar." Melihat lembaran foto mesra renata dan viar di lantai.
"Terus kenapa kamu masih belain renata?"
Juna menggelengkan kepalanya, sementara ia tak punya jawaban logis untuk pertanyaan itu, selain— cinta.
"Mama bingung sama kamu, apa yang kamu liat dari wanita murahan itu? Apa yang dia kasih sampai kamu seperti ini? Sampai kamu nyakitin mama sama perkataan kamu" Tangis mama tumpah tak terbendung.
Juna berdiri, ia remas kuat rambutnya sambil menghela napas mengontrol dirinya. Dadanya sesak hatinya hancur mendengar tangisan mama. "Juna bingung—" ucapnya terjeda cukup lama.
"Dari awal pernikahan juna bingung harus gimana. setiap malam renata nangis karna dia nggak bahagia, tapi setiap hari dia selalu ngejalani tugas jadi istri buat juna. Bangun lebih awal nyiapin keperluan juna, masakin masakan yang enak sebelum juna berangkat dan setiap juna pulang kerja, selalu ngasih sopport dan kata-kata baik saat juna capek, selalu bisa menghibur juna saat juna butuh seseorang." Juna lagi-lagi terdiam, mengingat semua hari-hari baik yang dulu semu diantara mereka. Dimana ia yang jatuh cinta dan renata yang terluka.
"Renata salah, tapi juna juga. Juna nggak tau harus ngelakuin apa, sebagai suami juna nggak tau harus gimana selain pura-pura nggak terjadi apa-apa, juna takut cerita sama mama, takut mama terbebani, tapi juna juga nggak punya solusi untuk rumah tangga kami. Juna berusaha buat jadi lebih baik setiap hari, juna beliin renata hadiah-hadiah setiap juna pulang penerbangan, tapi dia tetap nggak luluh—di hati renata nggak pernah ada juna, ma."
Juna pandangi mama yang semakin sedih mendengar ceritanya. Juna hanya ingin mama tau kalau dia memang terluka, dia memang tidak baik-baik saja sejak awal. Tapi, semua tidak selamanya seburuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh.
Fanfiction"Ren, boleh saya bertanya? apa yang membuat kamu nggak bisa ngeliat perjuangan saya? Apa karna saya terlalu buruk untuk dicintai atau karna dia terlalu indah untuk dilupain?" Ungkap Juna, pada istrinya. Renata menundukkan kepalanya menyembunyikan ai...