Jangan lupa vote dan comments 🙂
"Ren, nggak apa-apa ya mama tinggal sama kita dulu beberapa hari ini, nanti kalau mama udah agak tenang baru aku ajak ngobrol sama papa. Tolong dimaklumi aja ya kalau mama cerewet dan suka ikut campur atau mungkin ngomentari semua hal."
Juna duduk di sofa, mematut kamar tamu yang ditutup dari dalam. Tadi sore mama tiba-tiba menghubungi juna menyuruh anak semata wayangnya itu untuk datang ke rumah. Benar saja dugaan juna kalau ternyata mama dan papa bertengkar hebat hingga mama sudah siap dengan kopernya untuk pergi dari rumah. Papa yang sangat teramat tidak mau disalahkan hampir membuat kesabaran juna habis, bahkan setelah bukti didepan matanya ia malah semakin marah-marah tidak terima, karna merasa dituduh oleh juna dan mama. Juna tidak mau mendebat, yang ia lakukan setelahnya adalah pergi dari rumah membawa sang ibu.
"Mas juna nggak usah ngomong kayak gitu, justru bagus kalau mama mau nenangin diri ke rumah kita, kalau misalnya pergi sendirian dan nggak ngabarin mas juna, gimana?" Tanya Renata sambil tersenyum mengusap bahu juna
Juna menganggukan kepala, pikirannya kacau sekali untungnya ia punya renata yang ada disisinya, yang selalu berusaha memberinya kekuatan
"Saya boleh meluk kamu?"Renata membentangkan tangannya membawa tubuh besar itu dalam pelukannya, mengusap kepala juna yang bertumpu di bahu kecilnya "Mas juna boleh meluk aku kapan aja" ucapnya lirih
Bagi Juna sendiri, kehadiran Renata semakin hari mulai berdampak besar di hidupnya. Tentang banyak hal yang tidak bisa ia bagi dengan siapapun tapi ia bagi dengan Renata, keluh kesah, ketakutan, dan banyak sekali cerita sebelum tidur yang mereka lakukan membuat arti yang besar untuk Juna. seperti yang pernah Renata sampaikan tentang pohon pinus— walaupun ujungnya dipotong sekalipun, walaupun ujung tidak akan tumbuh lagi dan sepenuhnya pohon pinus tersebut tidak akan indah lagi, tapi ia akan tetap tumbuh menjadi lebih tebal dari waktu ke waktu. Mungkin suatu hari ia tidak akan digunakan di hari natal tapi ia bisa menjadi sebuah kertas yang membingkai kisah seseorang.
Renata adalah yang teramat indah menurut Juna, ia tidak pernah takut kehilangan apapun dihidupnya selain mama, tidak pernah takut hingga suatu hari ia bertemu pelukan yang membuatnya ingin bersandar ketika lelah, yang ingin ia dekap ketika resah, yang memberi kekuatan saat ia lemah. Renata adalah pulang yang selalu ingin ia tuju setelah terbang, seperti rumah.
"Saya nggak suka liat mama nangis. Maaf kalau kamu harus liat saya selemah ini"
Renata tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya, perkataan itu berhasil membuat dadanya sesak. Terdengar sangat hangat saat pria itu bersandar pada tubuhnya, juna yang biasa ia lihat selalu bisa melakukan segalanya dengan sempurna hanya seorang manusia biasa yang tidak bisa mengontrol apapun. Tapi menyebalkannya juna selalu berhasil membuatnya bersimpati dan kagum saat melihat cowok itu dengan tenang menengahi kedua orang tuanya, berusaha tenang saat emosi begitu kentara menguasainya. Anak baik, mungkin adalah dua kata yang paling tepat menggambarkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh.
Fanfiction"Ren, boleh saya bertanya? apa yang membuat kamu nggak bisa ngeliat perjuangan saya? Apa karna saya terlalu buruk untuk dicintai atau karna dia terlalu indah untuk dilupain?" Ungkap Juna, pada istrinya. Renata menundukkan kepalanya menyembunyikan ai...