Jam makan siang tinggal dua jam lagi. Para laki-laki muda itu sudah menyelesaikan sarapan mereka dan kini, mereka tengah berbincang tentang berbagai hal yang menarik untuk dibahas. Sedangkan, Alden sudah kembali ke pintu masuk untuk berjaga.
Tetapi, ada satu orang yang sedari tadi hanya diam termenung. Ia tidak bergabung dalam percakapan teman-temannya dan sibuk memikirkan sesuatu. Ada yang janggal di hatinya, namun entah apa itu.
"Sunghoon hyung, lo gak apa-apa?" Jungwon adalah orang pertama yang menyadari sikap Sunghoon yang sedikit aneh. Makanya, ia bertanya seperti itu.
Yang ditanyai pun mendongak, lalu menggeleng. "Gak apa-apa, kok. Tenang aja," jawabnya seraya tersenyum samar.
Pemuda berlesung pipit itu hanya mampu menghela napas pelan. Lalu, ia melihat ke arah sebuah papan mading yang penuh dengan kertas-kertas yang tertempel dan terletak di dinding lorong. Karena penasaran, Jungwon bangkit dari duduknya dan berjalan ke sana.
Sesampainya di depan mading, netranya iseng mencari nama ibunya di kertas daftar nama-nama manusia yang selamat. Tak lama kemudian, sebuah senyuman tipis hadir di wajah manisnya tatkala menemukan nama sang ibu.
Yang Jungmi, nama dari ibunya Jungwon.
"Jungwon!"
Dari meja kantin, Sunoo berlari menghampirinya seraya memanggil nama sang teman. Setelah menstabilkan napas, pemuda Kim tersebut membuka suara.
"Lo ngapain berdiri di sini?" Sunoo bertanya kepada Jungwon sebelum melihat mading yang menempel di dinding lorong.
Tanpa perlu dijawab, ia pun langsung tahu, kemudian tersenyum hangat dan menepuk pundak sang teman. "Udah gak sabar, ya?" Tanyanya yang langsung diangguki oleh pemuda Yang tersebut.
Setelah itu, Sunoo segera merangkul Jungwon dengan senyuman yang masih sama sembari berkata, "wah~! Pemimpin kecil ini kangen banget sama keluarganya, ternyata," godanya sambil mencubit pelan pipi sang teman yang lebih muda.
Alhasil, tangannya langsung ditepis pelan oleh Jungwon. Kemudian, pemuda Yang tersebut langsung memicingkan matanya sebal.
"Idih! Gue gak kecil, ya! Kalian aja yang ketinggian!" Balasnya seraya memalingkan wajah ke sembarang arah.
Sedangkan, pemuda bermata rubah itu terkekeh pelan saat mendengar ucapan Jungwon.
"Ya udah, ayo balik. Jangan ngambek terus," ajak pemuda berusia sembilan belas tahun tersebut dan mereka pun hendak kembali ke meja kantin yang ditempati teman-temannya sejak tadi.
Namun, tiba-tiba ada pistol yang menodong mereka berdua tepat di dahi. Hal itu tentu mengejutkan mereka dan kelima temannya yang lain.
"Ternyata, mudah sekali menangkap kalian."
Kelima teman mereka berdua hendak membantu, akan tetapi mereka langsung dikepung oleh orang-orang berpakaian serba hitam dengan senapan yang mengarah ke arah mereka.
"Siapa lo? Keluar!" Pekik Jungwon yang mulai kesal.
"Astaga! Kau pemarah sekali."
Karena tak kunjung menunjukkan diri, lantas laki-laki bermata kucing itu kembali berteriak dan kali ini lebih lantang.
"Gue bilang keluar! Jangan bersembunyi!"
Orang itu menghela napas pelan. "Baiklah, baiklah. Tipis sekali kesabaranmu, anak muda."
Dari arah pantri, seorang lelaki melompat dan mendarat di dekat meja kantin yang ditempati ketujuh pemuda tersebut. Ia memakai baret berwarna merah dengan lencana emas di tengah topi dan memakai seragam tentara ZEO.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGE
Acción[DIHARAPKAN UNTUK MEMBACA S1-NYA TERLEBIH DAHULU!] Tak ada lagi kekacauan, tak ada lagi ketidakadilan, tak ada lagi kekejaman, dan tak ada lagi mayat hidup yang berkeliaran. Semuanya akan kembali seperti sedia kala.