《Epilogue》

561 40 4
                                    

LIMA TAHUN KEMUDIAN ....

Setelah sekian lamanya, akhirnya semilir angin berembus dengan leluasa. Tak ada lagi yang perlu ditakutkan. Tak ada lagi yang namanya ancaman akan mayat hidup ataupun organisasi jahanam itu. Semuanya telah kembali seperti sedia kala.

Kini, semua manusia yang awalnya diselimuti oleh rasa takut tersebut akhirnya tak perlu merasa terancam lagi. Keadilan dan kedamaian yang telah lama punah itu juga akhirnya kembali tercapai.

Ini semua berkat perjuangan dari muda mudi yang tak takut mati dan seluruh orang yang juga berjasa dalam pemberantasan wabah zombi juga organisasi buruk tersebut.

Banyak pula yang gugur dalam memperjuangkan hidup diri sendiri maupun negara.

Termasuk, seorang pemuda bertampang dingin yang ternyata memiliki semangat juang yang begitu tinggi. Tak peduli berapa banyak luka yang ia dapatkan, lelaki itu akan tetap berjuang sampai Tuhan memanggilnya untuk beristirahat.

Dan, nama pemuda itu adalah Park Sunghoon.

Saat ini, Heeseung dan kawan-kawan telah tiba di suatu tempat, yaitu pemakaman umum. Pakaian mereka berdominasi cokelat kayu dan krem, namun tetap sopan. Mereka berjalan menuju sebuah makam yang berada cukup jauh dari makam-makam lainnya.

Dan, yang paling terlihat terpuruk di antara kesepuluh insan itu adalah Lova. Tak pernah terpikir olehnya bahwa Sang Terkasih akan pergi secepat ini. Namun, yang hanya ia bisa lakukan sekarang adalah ikhlas dan menerimanya.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka bersepuluh sampai di makam Sunghoon. Berbeda dengan makam-makam lainnya, makam itu terletak di bawah rindangnya pohon dan dipenuhi oleh bunga-bunga liar yang indah yang bermekaran di sekitarnya.

Makam tersebut sudah lima tahun. Dan, tahun ini Heeseung dan kawan-kawan datang untuk kembali mengenang sang mendiang teman yang telah berjasa besar dalam pertempuran saat itu.

Mereka semua kini berada di samping makam Sunghoon. Rasa rindu tak dapat terelakkan, pula tentu masing-masing hati itu ingin sekali mengulang waktu di mana mereka semua bertemu dan berjuang bersama. Semua itu terasa sangat berharga bagi mereka.

Namun, kini semuanya telah berlalu dan inilah akhir dari perjuangan mereka.

"Lova." Pemuda bermata rusa itu memanggil nama gadis yang tengah memegang sebuket bunga krisan putih di kedua tangan di sampingnya.

Ia lalu menoleh. Orang yang memanggil nama si perempuan kembali berkata, "gak apa-apa, kita semua ada di sini. Gak usah takut, lo pasti bisa."

Lova mengangguk pelan sebagai respons. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kembali. Sesaat kemudian, perempuan bermarga Han itu segera berlutut dan menaruh buket tersebut tepat di depan batu nisan Sunghoon setelahnya.

Diam di tempat selama beberapa saat, Lova kemudian membuka suaranya. "Hai, Kak. Gimana kabar lo di sana? Baik-baik aja, kan?" sapanya dengan air mata yang berusaha ia tahan di kedua pelupuk matanya.

"Kita semua dateng ke sini buat jenguk lo, Kak. Kita semua kangen banget sama lo." Perempuan itu mulai menatap batu nisan di dekatnya dengan sorot mata sendu. Dapat ia lihat ukiran nama tersebut di sana. "Kita semua adalah kawan. Kita terhubung oleh masing-masing hati hingga membentuk sebuah ikatan yang seolah gak akan pernah putus sampe kapan pun."

"Kita semua adalah satu. Namun, kita semua tau kalo lo sebenernya udah capek sama kehidupan lo waktu itu. Makanya, Tuhan manggil lo buat beristirahat di sisi-Nya. Kita tau itu."

Love menjeda penuturannya sejenak karena dadanya makin sesak. Ia mengambil napas sebelum kembali diembuskan guna menetralkan rasa sesaknya.

"Akan tetapi, kita semua gak akan pernah ngelupain lo sampe kapan pun. Meskipun lo udah gak ada, lo tetep bagian dari gue dan yang lainnya, Kak. Jadi, makasih banyak karena udah hadir di kehidupan kami dan semoga lo tenang di alam sana, ya, Kak Sunghoon," ungkapnya dengan nada yang sedikit bergetar.

Usai mengatakan itu, mereka semua menundukkan kepala masing-masing dengan begitu dalam seraya memejamkan mata. Menyalurkan perasaan rindu mereka kepada langit, Tuhan, dan sang mendiang teman.

Beberapa menit kemudian, mereka kembali menegakkan kepala dan membuka mata masing-masing. Namun, Lova tampak masih menunduk seakan tak ingin mengakhiri semua ini.

Oleh karena itu, Sora menepuk pelan bahu sang teman dan berkata, "Va, lo harus kuat. Lo harus tetep hidup. Itu, kan, yang Kak Sunghoon minta dari lo? Maka dari itu, lo harus bangkit dan tegarin hati lo. Gue, kita semua, dan Kak Sunghoon yang ada di atas sana yakin bahwa lo pasti bisa ngelewatin semua ini. Oke?"

Mendengar itu, Lova perlahan bangkit dari posisinya dan berbalik badan dengan senyum tipis yang terukir di wajah. Dengan tenang, ia pun membalas, "oke, gue harus kuat. Kita semua harus kuat dan tetep hidup demi Kak Sunghoon. Ya, kan?"

Lantas, yang lainnya mengukir senyum yang sama seperti Lova dan kemudian mengangguk mantap.

Setelah itu, mereka bersepuluh akhirnya melangkah pergi dari makam sang mendiang teman dengan damai.

END

Terima kasih banyak karena telah mengikuti TZP series ini sampai sini. Dan, sudah saatnya kita berpisah dengan tujuh pemuda tangguh kita beserta beberapa anggota lainnya.

Tetapi, sebelum cerita ini benar-benar ditutup, adakah pesan yang ingin kalian sampaikan untuk TZP series ini?

Kalau tidak ada, tak masalah sama sekali.

Oke, sekian dariku.

STAY HEALTHY AND SEE YOU IN THE NEXT BOOK!

Cheeri🍒

[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang